Share

BAB 7

"Kok aku jadi merinding begini ya?" Tiba-tiba saja aku merasa takut. Dan bulu roma ku pun berdiri.

Suasana yang semula dingin kini terasa panas.

Aku pun mengurungkan niatku untuk menggali galian itu. Aku kembali berdiri.

Aku merasa ada sesuatu yang sedang memperhatikan ku. Aku melihat ada bayangan putih lewat. di hadapanku. Dan kini ia berada tepat di belakang ku. "Siapa sih yang sedang berdiri di belakangku ini?" gumamku.

Saat ini aku benar-benar ketakutan. Rasanya aku ingin sekali berteriak minta tolong tapi aku khawatir terdengar oleh ibu. Bisa-bisa nanti ibu histeris dan cemas terhadap ku.

Dengan mengumpulkan segala keberanianku akhirnya aku pun memberanikan diri untuk mencari tahu sosok apa yang ada di belakang ku ini.

Perlahan aku memutarkan tubuhku ke arah belakang dan saat berputar sempurna aku malah tidak melihat apapun di belakang ku lagi selain batang pisang yang berdaun rimbun di sana.

"Hei... Siapa di sana? Jangan bersembunyi! Ayuk cepat keluar! Tunjukkan wujudmu!" Aku memberanikan diri untuk meneriaki sosok tersebut.

Namun tak kunjung ada jua yang keluar. Aku sangat penasaran dengan apa yang menghampiri ku itu.

"Sepertinya aku harus mencari sosok tersebut. Apakah dia bersembunyi dibalik pohon pisang itu?" Aku curiga dengan tumpukan pohon pisang yang itu.

Sebelumnya aku belum pernah ke belakang pohon pisang yang berjarak sekitar sepuluh meter dariku itu karena dilarang oleh ayah dan ibu.

"Sebaiknya aku ke sana deh! Lagian aku penasaran sama apa yang ada di balik pohon pisang itu."

Aku memutuskan untuk mendekati pohon pisang tersebut. Aku berjalan mengendap-endap sembari melirik ke sekitarku. Rasa takut ku memang masih terasa. Meskipun hari masih siang tapi entah mengapa aku merinding berada di sekitar pohon pisang ini.

Saat langkah ku hampir sampai di dekat pohon pisang yang rindang itu tiba-tiba saja aku mendengar germercik dan riuhnya daun pisang yang sudah mati karena hembusan angin. Bunyi itu semakin membuat suasana terasa semakin seram.

"Kenapa anginnya kencang begini ya?" gumamku dengan menoleh ke belakang.

Namun aku tetap melanjutkan perjalanan ku. Dan akhirnya tibalah aku di dekat pohon pisang yang aku curigai itu.

"Kira-kira benar kah sosok yang aku lihat itu ada di balik pohon pisang ini?" gumamku yang bertanya sendiri pada diriku.

Aku mencoba mengintip secara perlahan. Dan apa yang ku lihat di sana yaitu kuburan yang berjejer rapi tapi seperti sudah tidak terawat.

"Astaga... Kenapa banyak kuburan sih di sini?Apakah sosok yang tadi ku lihat adalah penunggu tempat ini? Kok bisa dia menggangguku siang-siang begini?" Bulu tangan ku pun ikut berdiri karena melihat banyaknya kuburan di sana.

Aku kembali teringat bahwa saat ini jam menunjukkan pukul 12.00 siang. Yang mana jam segini adalah jam yang rawan dimana mahkluk kasat mata banyak berkeliaran. Sama halnya dengan di waktu senja.

"Ya Ampun... Aku baru ingat kalau sekarang masih jam dua belas. Pantas aku diganggu oleh mereka!" gumamku sembari mulai menjauh dari tempat itu.

Langkah kakiku kembali tertuju pada galian yang hendak ku gali itu. Aku berencana ingin menggalinya kembali. "Aku kan sudah sampai ke sini tadi aku harus bisa mencari tahu benda apa yang disimpan sosok misterius itu didalam galian ini!"

Aku berencana menggalinya kembali. Aku sudah kembali memegang ranting pohon yang runcing tersebut. Dan saat hendak menancapnya ke tanah tiba-tiba saja terdengar suara orang memanggil-manggil namaku.

"Nisa? Nisa kamu dimana?"

Lagi dan lagi aku kembali merinding. Kali ini aku sudah tak ingin melanjutkan untuk menggalinya lagi.

"Nisa?" Terdengar kembali suara seorang perempuan sedang memanggil namaku.

Aku mencoba mendengarnya secara seksama.

Suaranya semakin jelas terdengar. "Siapa sih yang manggil-manggil? Kok tempat ini angker banget!" Aku pun bergegas berlari meninggalkan tempat itu.

Aku terus berlari namun tak kunjung jua sampai padahal rumahku itu sangat dekat dari pohon pisang itu.

Aku sudah ngos-ngosan dan napasku sudah tersengal-sengal namun aku hanya berlari di tempat itu saja, padahal aku merasa sudah mengitari pohon pisang tersebut namun aku tetap kembali ke tempat itu lagi.

Aku berhenti sejenak. Aku mengatur napas kembali. Bibirku begitu pucat bahkan jika di iris dengan pisau mungkin sudah tidak lagi berdarah dan kaki ku terasa berat hingga tak bisa dilangkahkan lagi.

"Kenapa kaki ku gak bisa dilangkahkan lagi?" gumamku semakin cemas.

Bunyi gemericik dedaunan pun semakin keras hingga membuat ku semakin tegang.

Di saat kaki ku tak bisa dilangkahkan lagi tiba-tiba saja suara-suara yang tadi memanggil namaku kembali terdengar.

"Nisa? Nisa cepat ke sini!" Suaranya memintaku untuk menghampiri sosok yang memanggil ku itu.

"Siapa kamu?" pekik ku berusaha memberanikan diri. Tak dipungkiri kaki ku semakin gemetaran mendengar suara tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status