Bab 40. Tasya Menyebut Alisya ‘Mama Baru’
=======
“Maaf, aku terpaksa membawanya ke sini. Dia menangisi ibunya karena dibawa oleh polisi. Tidak mau berhenti menangis. Saat aku ingatkan dia pada Rena, baru tangisnya reda. Semoga kehadirannya tidak mengganggu kamu dan Rena!” Deva berkata dengan sangat hati-hati.
Pria itu benar-benar harus pintar-pintar menyabarkan diri sekarang. Para wanita di sekelilingnya menuntut dia seperti itu. Tasya putri kandungnya, Alina wanita yang telah berjasa melahirkannya, dan Alisya wanita yang mulai sangat dicintainya. Ditambah Rena, yang awalnya bersahabat kini menjaga jarak dengannya.
Keempat perempuan ini sangat berarti bagi hidupnya. Jika salah satu di antara mereka murka, maka pedih dan perih meremas ulu hatinya. Itu
Bab 41. Deva Menolak Mencabut Gugatan ======= “Kamu seorang perempuan, punya anak lagi! Coba pikirkan bagaimana perasaan Sonya dengan perbuatan kamu ini! Tidakkah kau berpikir, kalau hal yang sama menimpa rumah tanggamu? Di mana otakmu! Atau harta keluarga Wibawa yang menjadi sasaranmu, ha?” tuduh Ratna sinis. “Maaf, Bu. Saya akan menjelaskan siapa saya. Ibu tenang dulu, ya!” Alisya berusaha tenang. “Gak perlu! Sonya telah menjelaskan semuanya tentang pelakor busuk seperti kamu!” “Putri Ibu keliru. Saya dan putri saya Rena adalah pegawai di perusahaan mereka, Bu. Saya pegawai kantor, dan putri saya pelayan Bu Alina.” “Apa maksud kamu!” “Saya bekerja di perusahaan Wibawa. Kebetulan Bu Alina merindukan cucunya sampai sakit-sakitan, maka putr
Bab 42. Ungkapan Perasaan Raja Pada Alisya=======“Intan?” Alisya tercekat.“Iya, kenapa?”“Tidak apa-apa.”Alisya langsung menepis dugaan yang sempat terlintas di benaknya. Mahasiswi yang bernama Intan tentu saja sangat banyak di kota Medan ini. Begitu pikirnya.“Oh, ya, Rena sepertinya sudah membaik. Mungkin besok sudah bisa pulang.”Raja mengalihkan pembicaraan.“Ya, fisiknya sudah membaik, tapi traumanya parah.”“Trauma?”“Ya, Rena trauma melihat air.”“Kita sembuhkan bareng-bareng, ya! Kamu jang
Bab 43. Pertengkaran Alisya dengan Sang Big Bos======Ponsel Raja tiba-tiba berdering. Dengan enggan lelaki itu mengeluarkannya dari saku celananya.“Ya, Pa?” sapanya setelah mengusap layar.“Deva menolak mencabut laporan tenang kecelakaan di kolam renang itu. Dia lebih memilih membela Alisya daripada kesehatan mama.”“Iya, Pa. Lalu?”“Dia juga yang melapor pada polisi tempat persembunyian Sonya.”“Benar, Pa. Terus.”“Deva melawan perintah papa. Jadi, Papa putuskan, akan mencoret namanya dari daftar keluarga!”“Apa! Papa
Bab 44. Perlawanan Anak-anak Sang Big Bos========“Oh, sekarang kau pun membela perempuan kampung itu?”“Papa! Jangan sekasar itu, dong, Pa!”“Ada apa dengan anak-anakku! Apa yang terjadi dengan kalian! Apa yang terjadi dengan kau dan Deva, ha!”“Maaf, Pa! Saya dan Mas Deva, hanya sedang belajar menjadi manusia lebih baik. Belajar untuk bersikap adil dan menghargai manusia lain. Bahwa sesungguhnya setiap manusia itu sama derajat dan kedudukannya. Bukan harta yang menjadi patokannya, seperti ajaran Papa dan Mama selama ini.”“Apa maksud kamu!”“Alisya
Bab 45. Alisya Pulang ke Kontrakan========Alisya berpikir keras. Melibatkan anak-anak Wibawa, jelas dia tak ingin lagi. Kisruh yang telah terjadi ini, tak ingin dia tambahi lagi. Keputusannya keluar dari perusahaan Wijaya, tak akan setengah setengah. Dia akan berjuang tanpa melibatkan keluarga hebat itu lagi.Dengan yakin, Alisya meraih ponselnya, mencari nomor Tiara di sana. Seorang sahabat di masa lalu, saat mereka masih sama sama berstatus mahasiswi dahulu.‘Semoga Tiara bisa mempertemukan aku dengan kakaknya. Bukankah Mas Ardho seorang pengacara hebat? Yah, meskipun masa lalu itu akan terkuak, tak apa, toh
Bab 46. Keputusan Haga Wibawa========Tiara menggendong Rena, lalu berjalan keluar ruangan. Tasya langsung memeluk pinggang Alisya, begitu wanita itu ikut berjalan.“Tasya ikut, Mama! Jangan tinggalin Tasya! Mama mau tinggalin Tasya seperti Mama Tasya, kan? Enggak mau!” tangisnya pecah seketika.Deva dan Raja saling tatap, kedua pria itu tampak sangat kecewa dengan keputusan Alisya. kini, bertambah bingung dengan tangis Tasya.“Tasya, jangan nangis, Nak! ikut Om, yuk! Jangan nangis, dong, S
Perintah Haga Kepada Pengacara Alisya===========“Tasya Sayang!” Alisya berjongkok, menyamakan tinggi badannya dengan putri lelaki yang mulai mendebarkan hatinya itu.“Ya, Ma?” Tasya menjawab sambil mewek. Anak kecil itu tahu persis, apa yang akan disampaikan oleh Alisya. Karena diapun mendengar langsung ancaman sang kakek barusan, lewat ponsel pamannya yang dispeakerkan.“Mama bukan tidak sayang sama Tasya. Mama sayang … banget. Mama juga pengen kita tinggal
Bab 48. Panggilan Sidang Perceraian Buat Fajar=========Semua terkejut. Niken tiba-tiba muncul di ambang pintu. Yang paling kaget adalah Alisya dan Rena. Seorang gadis lain bersama putri bungsu Haga Wibawa.“Kak Alisya? Rena?” Gadis itu berteriak kaget.“Intan! Kamu?” Alisya tak percaya.“Kak … Kakak di sini?” Intan menghambur langsung bersimpuh di kaki Alisya. Gadis itu sesegukan sambil memeluk kaki mantan kakak iparnya itu.“Ante! Danan putun Mammmma Lena!” teriak