Bab 15 Siapa Yang Memb*n*h Bapak ku?Mendapati kenyataan yang seperti ini malah menjadikanku semakin bersemangat untuk lebih bisa membalaskan rasa sakit ku yang kini berlipat ganda. Tentu saja dengan caraku sendiri."Aku sudah sejauh ini melangkah dan mengorbankan segala yang aku punya. Kalaupun polisi tidak bisa bergerak karena aturan, biarkan aku yang bergerak. Tentunya dengan caraku sendiri."***"Sayang .... "Aku menoleh ke arah Mas Alvin yang tiba-tiba muncul di ambang pintu kamar kami. Rupanya suamiku itu baru saja sampai rumah setelah sibuk dengan pekerjaannya sehari ini.Mas Alvin berjalan mendekat dimana aku berada. Dengan wajah sumringah suamiku itu lantas mengecup keningku. Sesuatu hal yang menjadi kebiasaannya setelah kami menikah."Ada apa, Mas? Kok, kamu kelihatan seneng banget hari ini," tanyaku. Mas Alvin mendudukkan tubuhnya di bangku sebelahku."Melihat istriku yang cantik, ya pasti seneng lah," rayu Mas Alvin sambil tersenyum."Jangan bercanda lah," balasku. Lalu m
Bab 16 Benarkah Dia Dalangnya?"Atau kamu yang membun*hnya!!" tuduh Mas Alvin yang kini menatap marah pada Dewi. Dan membuatku semakin tercengang dengan apa yang barusan aku dengar.Mungkinkah suamiku itu betul-betul tidak pernah tahu menahu tentang kecelakaan bapak ku itu?"Alvin, cukup!" tampik Dewi."Apa kamu lupa siapa yang memulai masalah ini?! Hah!" Kali ini Dewi pun terlihat begitu emosi. Wajahnya betul-betul berubah dari sebelumnya.Sedangkan aku? Aku hanya bisa terdiam menatap situasi menegangkan di hadapanku saat ini. Ditambah setelah mendengar ucapan Dewi barusan yang menjadikanku mulai berpikir, jangan-jangan Mas Alvin memang terlibat pada kecelakaan yang dialami bapak ku."Kematian Darmawan bukan karena aku. Tapi kamu!" sergah Mas Alvin seraya menunjuk ke arah wajah sekretaris ibu nya itu."Cukup!!" pekik Bu Mirna yang tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya. Dan seketika itu secara bersamaan Mas Alvin dan Dewi pun saling terdiam.Meski tampak lemas wanita paruh baya itu
Bab 17 Berita TrendingKecelakaan pun tak bisa dihindari. Dengan keadaan setengah sadar dan posisi kepala yang tersandar di dashboard, aku menyadari kalau mobil yang dikemudikan Mas Alvin telah menabrak sebuah tiang listrik yang tepat mengenai bagian dimana aku berada. Karena itu lah yang kemudian aku bisa melihat Mas Alvin masih dalam kondisi yang tidak begitu parah dibanding diriku. Hanya saja dengan penglihatan yang semakin melemah, aku menyaksikan kalau suamiku itu sedang menangis seakan-akan sedang menyesali sesuatu."Apa benar kamu dalangnya, Mas?" batinku menatap Mas Alvin yang tak menyadari keadaanku.Hingga akhirnya penglihatan ku pun mulai menghitam total. Aku tak sadarkan diri. ***Entah sudah berapa lama aku tak sadarkan diri. Sebab, ketika kedua mata ku terbuka, aku telah mendapati diriku yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan kondisi yang masih terasa lemas. Di saat itu aku juga melihat Mas Alvin yang tengah tertidur dengan posisi terduduk dan meletakkam kepa
Bab 18 Siapa Orang Yang Melaporkannya?Benar, dua nama tersebut adalah polisi yang dulu menangani kasus kecelakaan bapak ku yang juga menangani kasus yang sama yang menyeret nama Bu Mirna beberapa waktu yang lalu. Sebab tertangkapnya mereka juga lah yang kemudian banyak yang mengkait-kaitan dengan kasus kecelakaan bapak ku itu sehingga kembali ramai-ramai dibahas di media sosial. Hingga trending seperti yang disampaikan Lastri.Tak hanya itu, ada satu hal lagi yang membuatku terkejut karena berita ini. Dimana ada salah satu akun yang memposting berita ini dan dia mendapatkan banyak views, komentar juga share yang banyak. Dan dia adalah ... Arga."Kamu, Mas, yang ngasih info ke Arga?" tanyaku pada Mas Bima.Mas Bima menggeleng. "Enggak, Lay," jawabnya."Kalau bukan Mas Bima, terus siapa yang jadi narasumbernya Arga? Apa iya Arga cari tau sendiri soal ini?" pikirku dalam hati."Layla!" panggil Mas Bima yang membuyarkan lamunanku."Mas .... " Aku menatap Mas Bima dengan serius. "Menurutm
Bab 19 Pengakuan"Apa, Mas?" tanyaku penasaran. Menatap wajah Mas Alvin dengan amat serius.Namun, bukannya langsung menjawab, suamiku itu malah menunjukkan wajah lesu nya yang mana membuatku semakin penasaran dengan apa yang akan ia sampaikan."Aku .... "Aku semakin serius menatap Mas Alvin yang masih saja menggantungkan ucapannya."Aku ... cuma mau bilang ....""Bilang apa, Mas?" tanyaku tak sabar."Hmm ... Besok saja kalau sudah kembali ke rumah. Aku cerita lebih lanjut. Sekarang kamu fokus ke kesehatanmu lebih dulu, ya," kata Mas Alvin. Dan aku hanya bisa menurut meski diselimuti rasa penasaran karena ucapannya yang masih menggantung. ***Pagi pun menjelang. Ketika sinar matahari telah berhasil menembus kaca ruang di mana aku dirawat, di saat itulah aku telah bersiap untuk meninggalkan tempat ini. Yang mana kata dokter, karena luka-luka yang aku alami tak begitu parah membuatku bisa lebih cepat untuk pulang.Aku terus menatap Mas Alvin yang masih sibuk membereskan barang-barang
Bab 20 Bukan Bu Mirna, Lantas Siapa? "Maafkan aku, Mas," ujar ku lirih tanpa mengubah posisi ku. Mas Alvin tak memberi respon, ku pikir ia akan marah karena mendengar pengakuanku barusan. Namun rupanya aku salah. Sebab, ketika secara perlahan aku melihat ke arahnya, Mas Alvin malah tampak sedang berusaha membendung butiran bening yang sudah menumpuk di kedua matanya agar tidak tumpah. Mengapa suamiku itu malah terlihat sedih? Apa mungkin dirinya memang penyebab kecelakaan bapak ku dan kini ia merasa bersalah padaku? "Aku pergi dulu, ya. Istirahatlah," ucap Mas Alvin seraya beranjak dari tempatnya. Aku hanya bisa menatap pilu kepergian suamiku itu. Entah mengapa, mengakui semuanya malah membuatku bersedih. Aku merasa bersalah karena telah memanfaatkan orang sebaik Mas Alvin. Tapi di sisi lain, aku juga dibuat bingung sekaligus bertanya-tanya dengan sikap yang ditunjukkan Mas Alvin kali ini. Apa yang sebenarnya membuatnya ingin menangis setelah mengetahui semuanya? ***"Sayang."
Bab 21 Dinyatakan Hamil, Namun ..."Kamu sakit, Lay. Kita ke dokter, ya," ujar Mas Bima yang tak kalah khawatir melihat kondisiku."Enggak, ah, Mas. Mungkin ini kurang istirahat aja. Lagian, baru juga kemarin pulang dari rumah sakit," tolak ku beralasan. Menarik kembali tanganku dari pelipis ku.Sayangnya, penolakan yang aku lakukan tidak berlaku pada Mas Alvin. Akhirnya, tanpa pikir panjang suamiku itu lantas menggendongku dan setengah berlari ke arah luar. Kemudian diikuti oleh Mas Bima yang berada tak jauh di belakangku. ***"Selamat ya, Pak, istri Anda sedang hamil dua minggu. Kandungannya sehat, hanya saja perlu istirahat supaya tidak terlalu stres," kata Dokter yang baru saja memeriksa ku.Mendengar apa yang baru saja disampaikan wanita berjas putih itu, aku bukannya merasa senang akan tetapi malah sebaliknya. Aku merasa kehamilan ini sungguh tidak aku inginkan. Mengingat bagaimana posisi ku sekarang.Terlebih dengan kehamilan ini, tentu saja akan membuatku lebih sulit untuk te
Bab 22 Mengkambing hitamkan Dewi? Hingga beberapa detik kemudian, aku kembali tersentak lantaran ponselku bergetar. Sebuah pesan WA masuk dari Mas Bima. [Akan aku gunakan kesempatan ini buat mendekati Dewi. Aku tau, kamu mencurigai dia, kan?]Senyumku seketika mengembang setelah membaca pesan dari Mas Bima. Ini yang aku inginkan! ***Malam harinya, tatkala Mas Alvin masih sibuk dengan urusannya, di saat itu tiba-tiba aku mendapatkan pesan singkat dari Mas Bima. Pesan yang ku yakini pasti membahas tentang Dewi, seperti yang ia sampaikan sepulang dari rumah sakit tadi. [Gagal] Aku menghela napas panjang membaca pesan yang barusan dikirim dari Mas Bima. Walau hanya satu kata, tetapi aku mengerti maksudnya. Meski merasa sedikit putus asa, namun ... bagaimanapun juga kakak sepupu ku itu sudah berusaha. [Gak cuma gak bisa senyum, tapi dia juga gak bisa ngomong. Sepanjang jalan kami hanya diam. Gak ada obrolan. Aku dicuekin, Lay] Aku tertawa kecil ketika pesan Mas Bima masuk lagi. Je