Share

Pertemuan tak terduga

"Sabar dikit kenapa sih?"

Notifkasi grup whatsup nya berulang kali terdengar nyaring dari kamar mandi bersautan dengan suara nyaring hair dryer yang sedang digunakannya. Ngaret dan lelet adalah nama tengah Liona, begitulah Meta dan Livy mendeskrifsikannya. Liona bisa menghabiskan hampir satu jam di kamar mandi, hanya untuk bersiap.

Pintu kamar mandi terbuka dengan rambut yang semi kering, handuk masih melilit ditubuhnya. Tangannya sibuk memilih pakaian mana yang akan ia kenakan. Apa semua wanita sepertinya juga?

Pilihannya jatuh pada jeans longgar warna biru dan baju kaos putih kedodoran yang menjadi favoritnya. Hanya sapuan kecil untuk wajah mungilnya karena Liona kepalang irit menggunakan make up. Jarinya sibuk antara membalas chat untuk menenangkan teman- temannya sekaligus membuat janji dengan ojek online yang juga sudah nangkring di depan gang rumahnya.

Dengan tergopoh- gopoh Liona berjalan setengah lari ke arah meja yang telah di pesan temannya itu. Dari jarak sepuluh langkah Liona sudah melihat wajah kedua temannya yang mengerikan, pasti sebentar lagi ia akan mendapat omelan karena kelewat telat. Bukan hanya satu jam, tapi dua jam setengah. Bahkan seorang menteri pun akan sangat keberatan menunggu presiden yang telat ke pertemuan. Tapi saat Liona melihat kedua teman- temannya mengambil ancang- ancang untuk mengomel Liona menyambar terlebih dulu.

“oke gue telat, gue minta maaf oke. Pesenan kita malam ini gue yang bayar. Puas?”

Kalimat ajaibnya mampu menyihir mood dari kedua temannya secara ajaib, pasalnya mereka langsung menampilkan wajah yang sumeringah.

“Lo pengertian banget si Na kalo akhir bulan kaya gini emang kudu banyak berbagi.” Celetuk Livy

Meta hanya tertawa tanda setuju pada teman di sampingnya itu. Mereka membicarakan banyak hal mulai dari tanggal pemberangkatan, keperluan, akomodasi, planning, budgeting dan beberapa hal kecil lainnya. Begitu kurang lebih cara mereka merencanakan liburan kecil awal bulan depan.

Dipertengahan pembahasan yang sedang asik- asiknya Livy seketika terkejut dengan apa yang telah dilihatnya. Livy terdiam seketika sebelum akhirnya satu nama keluar dari bibirnya.

“Arka..” Desisan Livy mengundang penasaran Meta dan Liona yang ikut menoleh. Liona sedikit terkejut melihat Arka yang tiba- tiba berada di sana.

Livy tersenyum lebar, matanya bergerak senada dengan pergerakan tubuh Arka yang semakin mendekat. Namun sebelum sempat menyapa dan bersuara Arka membelok ke kursi Liona dan meraih pergelangan Liona secara tiba-tiba. Sebelum sempat memprotes Liona sudah di seret paksa oleh Arka.

“Ikut aku”. Seret Arka meninggalkan dua makhluk yang menyisakan kebingungan dengan situasi yang dilihatnya.

.

.

Satu jam sebelumnya---

Arka tersenyum sumeringah memuji dan merinci wajahnya yang tampan dicermin. Dia memakai setelan terbaik di hari istimewanya. Setelah makan siang keluarga untuk sambutan kecil yang hangat malam ini perayaan yang sesungguhnya akan segera di mulai.

Tak tanggung- tanggung pesta di adakan dengan mengosongkan satu restoran khusus untuk perayaan ini. Selain pesta ulang tahunnya ini juga di anggap sebagai pesta penyambutan dirinya setelah kepulanganya dari jepang beberapa bulan yang lalu.

“Aku tidak sabar melihatnya.” Senyumnya merekah.

Aula sudah di penuhi banyaknya tamu undangan tapi Arka tak menemukan seseorang yang dicarinya. Beberapa kali ia mengecek ponsel dan menelpon seseorang tapi tak pernah mendengar jawaban dari pemilik momor. Karena terlalu fokus pada ponselnya ia tak sadar menabrak seseorang.

“ya ampun, maaf pak. Saya benar- benar tidak sengaja.” Ucap seorang pria yang jelas- jelas tahu bahwa Arka lah yang sebenarnya menabrak nya karena berjalan tanpa melihat langkah.

“Tunggu.,, bukankah kamu dari divisi yang sama dengan Liona? Kamu lihat dia?” sergapnya langsung.

“Liona tidak datang pak, dia ada janji dengan temannya. Setahu saya dia juga makan malam di restoran sebelah kantor kita, mungkin dia akan menyusul nanti jika berubah pikiran. Kenap_”

Sial, pria itu kesal karena Arka mengabaikannya, bahkan sudah pergi sebelum kalimatnya lengkap.

***

“Ka, lepasin.. lepas sakit tau. Kamu kenapa sih?”

Liona memberontak tak terima di seret paksa oleh Arka tanpa tahu jelas apa kesalahannya. Arka tak menggubris ocehan Liona dan terus menarik lengan Liona yang mungkin sudah memerah ke dalam mobilnya.

“Kamu udah bikin aku malu, kamu..”

“DIAM..” Bentak Arka sudah terlanjur kesal.

Liona seketika bungkam tak lagi berani menatap Arka. Saking terkejutnya dengan bentakan Arka matanya bahkan sudah berkaca- kaca.

“kenapa kamu gak dateng hah.. kenapa? Aku bikin party itu cuma karena kamu Na.” Suara Arka masih terdengar kesal. Liona kaget dengan sesuatu yang baru di dengarnya. Dia hanya diam dan berusaha menerka apa yang Arka maksud, tak ingin salah paham.

“kamu gak salah Na, aku suka sama kamu, bahkan cinta. Dari dulu, apa kamu terlalu bodoh untuk baca sikap aku ke kamu? itu bahkan sudah kuperjelas kan? dan kamu masih tidak mengerti?”

Liona tambah di buat bingung, dia berusaha mencoba merangkai kalimat yang cocok tapi lagi- lagi Arka mendahuluinya.

“Inget pas kita kuliah dulu? kita bahkan gak terlalu dekat saat itu, hanya aku yang diam-diam suka dan merhatiin kamu Na. Cuma aku terlalu bodoh dengan sikap dingin aku dan gak pernah punya kesempatan untuk bilang apapun karena rasa gengsi. Dan sekarang kamu muncul lagi ke kehidupan aku, jangan harap aku bakal lepasin kamu. Kamu yang datang ke kehidupan aku lagi Na, jadi kamu harus bertanggung jawab.”

Nah loh, belum apa- apa udah di mintain tanggung jawab. Liona tampak terlihat bodoh dan masih terdiam tertunduk lebih tertarik melihat bordir jahitan di jeans yang di pakainya.

“Jawab aku Na, kenapa diam?” Arka memegang bahu Liona kasar dan mengarahkannya menghadap pada dirinya sendiri. Mata mereka bertemu, Arka tampak benar- benar menyedihkan. Kesal dan kecewa telah menyatu menjadi satu warna.

“Maaf, aku gak tau Ka. Jujur ini terlalu tiba- tiba.” Cicit Liona.

Bukan sekali dua kali Liona berpikir bahwa Arka memiliki perasaan padanya. Semenjak folder foto dirinya yang ia temukan di komputer milik Arka, Liona sempat memikirnya tapi segera melupakan hal itu karena Liona rasa dirinya terlalu mengada- ngada.

“Jadi pacar aku sekarang.” Sergap Arka tajam ke mata Liona.

Liona tak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan, pernyataan macam apa itu. Bahkan banyaknya novel yang dia baca tak pernah satupun pernyataan cinta seperti yang di dengarnya barusan, bukankah itu lebih terdengar seperti pernyataan bukan pertanyaan?

“Ka mana bisa begitu, kamu gak bisa sembarangan mutusin sesuatu. Aku bahkan gak punya perasaan apapun sama kamu”

"Aku tau, tapi kita bisa coba dulu kan. Lagian kita udah saling kenal."

"Tetap saja itu gak mudah, aku gak bisa terima kamu Arka. Kalau Livy tau tentang ini, aku gak mau dia salah paham sama aku. Apalagi dengan sikap kamu tadi yang tiba- tiba nyeret aku di depan mereka, Livy pasti marah besar dan minta penjelasan dengan semuanya."

Benar, Livy sudah pasti marah. Liona bahkan tak sanggup untuk menemuinya dalam waktu dekat. Tapi semua ini harus di selesaikan secepatnya sebelum kesalahpahaman semakin memperparah situasi. Liona tidak ingin persahabatannya besama Livy hancur karena pria ini.

“Bisa gak kamu gak bahas orang lain?”

“Dia temen aku Ka, aku gak mau dia salah paham.”

“CUKUP..aku gak mau kamu bahas orang lain saat kita ngomong berdua.”

Liona keos dan tak bisa bersuara lagi mendengar bentakan kedua dari Arka. Mobil di nyalakan dan meluncur dengan mode sepi tanpa satupun memulai kata apalagi kalimat.

"Jangan harap kamu bisa pulang."

.

.

.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status