Share

Bab 11

Lie dan Yong baru saja memasuki halaman manor putra mahkota Rui yang berada di tengah hutan terlarang yang berada dibawah kaki bukit barat kerajaan MingQi.

Lie menatap manor putra mahkota Rui dengan takjub, ia tak habis pikir, bagaimana bisa junjungannya membangun bangunan sebesar ini di tengah hutan dengan begitu megah dan mewah padahal hutan tersebut sudah sangat lama tak terjamah oleh manusia.

Bukankah akan sangat disayangkan jika keindahan dan kemegahan yang manor tersebut miliki disembunyikan tanpa dinikmati banyak orang? Keindahan dan kecantikan manor putra mahkota Rui sangat sayang jika dilewatkan.

Sayang Lie baru saja sadar, jika putra mahkota Rui bukanlah pemuda yang ingin berbagi miliknya begitu saja. Buktinya, saat posisi pewaris kerajaan goyah, ia tidak tinggal diam walaupun saat ini ia tengah melakukan rencana persembunyian untuk memuluskan rencana yang selama ini telah ia susun.

"Pantas saja kau betah disini, manor putra mahkota Rui begitu tenang dan asri" puji Lie pada adiknya Yong.

"Hehehe, syukurlah jika gege Lie menyadari hal itu" kekeh Yong.

"Gege iri padamu, disaat kau menikmati menghirup udara segara tanpa kepalsuan dan tipu muslihat, gege malah harus menghirup bau busuk kebohongan yang tidak pernah ada habisnya diistana dalam" keluh Lie disela - sela perjalanan mereka menuju ruang kerja putra mahkota Rui

"Jika kakak Lie lelah, tidak ada salahnya untuk sering berkunjung kesini mencari udara segar dan menjernihkan pikiran. Ben gong sama sekali tidak akan keberatan" sahut putra mahkota Rui yang  entah sejak kapan telah berada di terasa pavilium utama.

Lie langsung saja membungkuk hormat saat menyadari putra mahkota Rui baru saja nimbrung dalam obrolan mereka "hormat hamba pada yang mulia putra mahkota, semoga anda selalu diberi lindungan keselamatan, lindungan kesehatan serta berumur panjang" kata Lie sopan

"Bangunlah kakak Lie, Ben gong memintamu kemari bukan untuk mendapat penghormatanmu, Ben gong meminta kakak Lie kemari karena Ben gong butuh bantuanmu" kata putra mahkota Rui yang menurut pendengaran Lie seperti sebuah perintah.

Lie menegakan tubuhnya dengan patuh, Yong yang berada disisinya lantas menertawakan kekakuan saudaranya "kurasa gege Lie belum mampu beradaptasi dengan sikap anda yang terlalu ramah. Gege Lie mungkin terkejut dengan sikap anda di pertemuan pertama semenjak kejadian itu yang begitu mengejutkan, yang mulia" kata Yong yang membuat putra mahkota Rui mengangguk geli.

"Kurasa apa yang kau katakan benar Yong, melihat ekspresi kakak Lie yang kaku dan tegang membuat Ben gong merasa bersalah bersikap terlalu ramah di pertemuan pertama sejak kejadian itu. Mungkin kakak Lie berpikir, Ben gong adalah orang yang begitu terburu - buru" balas putra mahkota Rui menertawakan kebodohannya.

Lie yang merasa dirinya tengah menjadi topik pembicaraan yang menarik oleh dua pemuda dihadapannya lantas menekuk wajahnya masam. Ia dengan kesal berkata "Jika kalian berdua hanya ingin mengejek dan menertawakanku, lebih baik aku pulang saja!" Kata Lie merajuk

******

Disisi lain, Ai baru saja tiba di kediaman Feng yang kini nampak gaduh karena kepergiannya. Ai menatap para pelayan dan pengawal yang hilir mudik dengan langkah tergesa - gesa dan juga terburu - buru hingga mereka bahkan tak menoleh ataupun menatap Ai yang baru saja menapakan kakinya di halaman kediaman keluarga Feng.

"Paman Zhong!" Teriak Ai ketika pria paruh baya itu hendak melewatinya tanpa menoleh menatap Ai.

Kepala pelayan Zhong yang merasa terpanggil lantas menghentikan langkahnya dan mendongak menatap sosok yang baru saja memanggilnya. Saat wajahnya terangkat, seketika kepala pelayan Zhong menampilkan raut wajah cerah. Wajah yang sedari tadi khawatir dan cemas kini telah digantikan oleh raut wajah lega saat menatap nona muda yang sejak beberapa jam yang lalu sibuk mereka cari diseluruh kediaman Feng.

"Nona Ai, dari mana saja anda?" Tanya kepala pelayan Zhong dengan nada khawatir

"Kami sudah mencari anda sedari tadi, syukurlah anda pulang dengan keadaan selamat" tambahnya

Ai meringis merasa bersalah karena telah membuat keributan dan membuat semua orang karena kepergiannya tanpa memberitahukan siapapun. Ai lantas meminta maaf kepada kepala pelayan Zhong dengan rasa penuh penyesalan

"Maafkan Ai paman Zhong, Ai keluar tanpa memberitahu paman terlebih dahulu. Ai bersalah, Ai tidak akan membuat keributan ataupun menyusahkan kalian lagi" sesal Ai

"Apa yang anda katakan nona Ai?" Tanya kepala pelayan Zhong yang begitu terkejut dengan apa yang baru saja di dengarnya.

Mungkin usianya yang sudah tua membuat pendengarannya menjadi bermasalah. Tentu saja ia akan beranggapan seperti itu, selama ia mengabdikan dirinya di kediaman keluarga Feng, ia tidak pernah sekalipun mendengar nona mudanya meminta maaf pada bawahannya walupun ia berbuat salah sekalipun.

Biasanya nonanya akan bersikap acuh dengan mereka apabila nona muda mereka berhasil membuat mereka kelelahan akan sikap dan perilakunya. Tapi hari ini, nona mudanya baru saja menyesali perbuatannya, mungkinkah nona mudanya terbentur sesuatu sebelum ia kemari? Jika memang ia tolong kembalikan kesadaran dan kewarasan nona mudanya saat ini, karena jujur saja, kepala pelayan Zhong entah mengapa merasa ngeri dan tidak nyaman dengan perubahan sikap nona mudanya yang begitu tiba - tiba.

.

.

.

"Mengapa kau terus termenung seperti itu Rong, jika kau tak kunjung juga berbicara, aku akan meninggalkanmu disini sendirian" ancam Yu Su yang mulai bosan hanya dengan menatap sang calon pewaris takhta yang termenung memikirkan sesuatu sejak beberapa jam yang lalu.

Pangeran Rong menghela nafas lelah, ia sejak tadi terus memikirkan nona muda yang ditabraknya siang tadi. Pikiran pangeran Rong tidak bisa lepas dari nona muda tersebut. Sebab ini adalah pertama kalinya ia diperlakukan seacuh itu oleh seorang nona muda.

Biasanya pangeran Rong akan mampu membuat lutut para nona muda di ibukota MingQi lemas hanya dengan pesona dan ketampanannya, namun nona muda yang ia tabrak siang tadi sama sekali tak menunjukan ekspresi yang selalu ia dapatkan dari para nona muda lainnya.

Nona muda itu nampak sangat berani, ia bahkan tak merasa takut ataupun tersipu malu saat mereka tak sengaja bersitatap. Anehnya melihat tatapan tajam dan tidak suka yang diberikan nona muda yang ditabraknya membuat pangeran Rong kepikiran dan merasa tidak nyaman.

Pangeran Rong yang biasa mendapat tatapan penuh puja dari para nona muda merasa tidak terima saat mendapat tatapan tidak suka dan tajam untuk pertama kalinya dalam hidupnya.

"Mungkinkah kau kepikiran dengan nona muda yang kau tabrak siang tadi?" Tebak Yu Su.

Pangeran Rong kembali mendesah.

"Ini kali pertamanya Ben Wang diperlakukan seacuh itu oleh seorang nona muda" aku pangeran Rong yang berhasil membuat sarjanawan muda Ji Yu Su tertawa.

"Sangat wajar jika orang yang selalu mendapat tatapan penuh puja dari banyak orang merasa tersinggung ataupun marah ketika pertama kali mendapat tatapan benci dan tidak suka dari seseorang" gumam Yu Su terkikik.

"Tks, berhentilah tertawa atau Ben Wang memukulmu" ancam pangeran Rong yang kesal dengan sahabatnya yang seakan mengejek suasana hatinya yang berubah suram dan gelap.

"Sudahlah, mengapa kau terus memikirkan hal itu. Bukankah kau keluar dari istana untuk bersenang - senang?" Tanya Yu Su mengingatkan tujuan utama sahabatnya lari dari kepenatan istana yang semakin gencar mencari dukungan dari berbagai pihak untuk mendapat perhatian pangeran Rong.

"Kau benar, tujuan utamaku melarikan diri dari para predator agresif dan buas itu untuk mencari udara segar dan bersenang - senang!" Sahut pangeran Rong mulai mengingat tujuan utamanya.

*******

Disaat pangeran Rong merasa tidak nyaman dengan tatapan yang diberikan Ai siang tadi, disisi lain dikediaman keluarga Feng, Ai tengah bermain bersama dengan Bobo dihalaman pavilium Lan.

Qiang yang sedari tadi mengamati adiknya yang tertawa lepas mengelitiki binatang buas yang sangat jinak pada adiknya itu hanya mampu menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Bukakah tadi ia begitu ketakutan bermain dengan Bobo? Mengapa sekarang mereka nampak begitu akrab hingga keberadaanku terabaikan?" Gumam Qiang tidak habis pikir dengan apa yang dilihatnya.

Tentu saja ia tidak bisa percaya, pemikiran adiknya sangat cepat berubah - ubah. Lihatlah, hanya dalam waktu beberapa jam saat ia meninggalkan adiknya di kediaman, Ai sudah bermain dengan Bobo seperti seorang teman yang baru saja melepas rindu dengan teman lamanya.

"Mei mei" panggil Qiang berusaha merebut perhatian Ai yang masih tertuju pada Bobo.

Ai yang merasa terpanggil lantas menoleh menatap saudaranya yang entah sejak kapan berdiri tidak jauh dari tempatnya saat ini.

"Gege, sejak kapan gege disana?" Tanya Ai tak menyadari keberadaan Qiang sebelumnya.

"Gege sudah disini sejak tiga puluh menit yang lalu, mei mei saja yang terlalu asik bermain dengan Bobo hingga tak menyadari keberadaan gege" rajuknya.

Ai meringis tidak enak hati, ia lalu menghampiri saudaranya dan meninggalkan Bobo yang masih bermain di atas permukaan tanah kasar halaman pavilium Lan.

"Dimana Guang, bukannya tadi ia pergi bersama Gege?" Tanya Ai yang menyadari pengawal pribadinya tak ada disisi Qiang.

"Guang saat ini tengah menjemput pengawal pribadi yang akan di utus yang mulia kaisar Wei untuk menjagamu" jawab Qiang yang membuat Ai melotot terkejut

"Pengawal pribadi? Tks, harus berapa banyak orang lagi yang akan terus mengikutiku setiap hari? Ini tidak adil, Ai juga ingin bersenang - senang, Ai juga ingin bebas bepergian kemana saja tanpa ada yang mengawal" keluh Ai tidak terima.

"Sudahlah mei mei, ini semua juga demi kebaikan dan keselamatanmu. Apakah kau ingin setiap hari diteror perasaan takut dan was - was karena mara bahaya yang selalu mengintaimu?" Tanya Qiang yang langsung mendapat gelengan dari Ai.

"Maka dari itu, kau harus terima dan mulai beradaptasi dengan penambahan pengawal disekitarmu. Sebab baik ayah, ibu, maupun gege tak bisa selamanya menemani dan menjagamu disini" tambah Qiang yang membuat Ai merenung.

"Apakah kalian akan pergi keperbatasan lagi?" Tanya Ai dengan raut wajah sendu saat memaknai kata 'tak bisa selamanya menemani dan menjagamu disini'

"Untuk saat ini ayah dan ibu berusaha meminta keringanan pada yang mulia kaisar Wei, semoga saja yang mulia berbaik hati mengabulkan keinginan ayah dan ibu yang ingin mengambil cuti perang sementara waktu" jawab Qiang yang tahu keresahan hati adiknya.

"Sudahlah, mei mei tak usah memikirkan masalah tugas berat seperti dunia militer dan perang, otak yang berada dibalik kepala cantikmu tidak akan kuat memikirkan semuanya. Sekarang, mei mei harus temani gege makan malam" ajak Qiang merangkul pundak adiknya penuh sayang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status