LOGINSetelah menyelesaikan study-nya, Zylva Tsania mendadak harus menikah demi menyelamatkan perusahaan keluarganya yang tengah bangkrut. Zylva yang tidak pernah berkencan dan menjalin hubungan dengan lelaki mana pun, menjadi takut dan marah besar. Dia terpaksa mengubur impiannya untuk membuka butik! Ditambah lagi, pria yang dijodohkan dengannya juga dikenal lemah, buta, dan buruk rupa, sampai harus menyembunyikan wajahnya di balik topeng. Yang paling mengerikan adalah pria itu tetap angkuh, sehingga kalangan atas memberi julukan “Tuan Muda Angkuh” padanya. Akankah Zylva bisa menjalani semua ini?
View MorePagi itu datang tanpa suara. Matahari memang terbit di balik bukit yang mengelilingi kastel, tapi cahayanya tidak pernah benar-benar menyentuh dinding-dinding batu tempat mereka tinggal. Udara dingin merambat pelan melalui celah jendela, membuat ruangan terasa kosong… dan anehnya terlalu hening.Zylva terbangun dengan rasa gelisah yang langsung menusuk dada.Ia meraih sisi tempat tidur sebelahnya—kosong.Selimutnya acak-acakan. Bantalnya dingin.Dan di atas seprai, tergeletak sarung tangan hitam milik Zack.Zylva memegangnya perlahan. Bukan cuma dingin… sarung tangan itu terasa lembap. Seperti seseorang menggenggamnya erat semalaman, lalu melepaskannya dalam keadaan putus asa.“Zack…?” panggilnya pelan.Tidak ada jawaban. Tidak ada suara langkah. Tidak ada tanda keberadaan.Ia berdiri, menatap ke luar kamar. Koridor masih gelap, lampu-lampunya belum dinyalakan. Biasanya, Zack bangun lebih pagi darinya. Meski lelaki itu jarang tidur nyenyak, ia selalu memastikan kastel tetap hidup—seka
“Apa yang salah dengan mata Zack sebenarnya apakah dia menyembunyikan sesuatu?” gumam Zylva Malam semakin larut, tapi di dalam kastel itu, waktu seolah berhenti. Api di perapian menjilat-jilat kayu, memantulkan cahaya ke wajah Zack dan Zylva yang masih duduk berdekatan. Zylva belum melepaskan sandarannya dari bahu Zack, tapi ia bisa merasakan tubuh pria itu mulai menegang. "Zack?" panggilnya pelan. Tak ada jawaban. Zylva menegakkan tubuhnya, menatapnya dengan dahi berkerut. Mata Zack terbuka, menatap ke depan… tapi tatapannya berbeda. Dingin. Seperti kosong. “Zack?” ulang Zylva, kini lebih cemas. Senyum muncul di bibir Zack. Tapi itu bukan senyum yang ia kenal. Senyum itu... miring. Sinis. “Dia tidur,” bisik Zack—atau sesuatu yang memakai wajahnya. “Sekarang giliranku.” Zylva bergidik. “Apa maksudmu?” “Apa kau benar-benar mengira dia sesederhana itu? Lembut, rapuh, bisa disembuhkan oleh kata-kata manis?” Suara Zack terdengar lebih berat, lebih tajam. “Aku bagian ya
Zylva membuka pintu kamar perlahan. Langkahnya pelan, khawatir membangunkan Zack yang sejak tadi diam tak banyak bicara selama perjalanan pulang dari hotel. Ia mendorong kursi rodanya ke dalam kamar yang remang, aroma kayu dan obat menguar dari udara dingin ruangan itu.“Aku bisa sendiri,” gumam Zack.“Biar aku bantu buka sepatumu,” jawab Zylva tanpa ragu, tetap jongkok di depan Zack. Tangannya dengan lincah melepas sepatu pria itu, lalu meletakkannya di samping pintu. Zack tidak banyak bergerak, hanya memandangi rambut Zylva yang tergerai ke depan, hampir menutupi wajahnya.“Kenapa kau selalu melakukan hal seperti ini?” tanya Zack, suaranya pelan, nyaris seperti angin.“Karena aku istrimu,” jawab Zylva singkat, menatapnya sebentar sebelum berdiri.Zack memalingkan wajah. “Kau tidak perlu bersikap seperti istri sempurna. Aku tahu ini bukan keinginanmu.”Zylva terdiam. Ia menatap Zack beberapa saat sebelum akhirnya berkata, “Memang bukan keinginanku. Tapi kalau kita sudah di sini... bu
Mobil hitam itu melaju tenang di jalanan kota yang mulai dipenuhi cahaya pagi. Di kursi belakang, Zylva duduk diam dengan tangan terlipat di pangkuannya, sementara Zack di sampingnya hanya menyandarkan kepala pada sandaran, matanya tetap tertutup, wajahnya tersembunyi di balik topeng.“Lelah?” tanya Zylva, memecah keheningan.“Sedikit,” jawab Zack singkat. “Terlalu banyak suara tadi malam.”Zylva mengangguk pelan. Ia pun merasakannya. Pesta keluarga yang dipenuhi wajah-wajah asing, sorot mata penuh tanya, dan bisik-bisik menusuk—semuanya terlalu berat untuk seseorang yang bahkan belum sepenuhnya siap menjadi istri.“Kau tidur cukup semalam?” tanya Zylva lagi, kali ini lebih hati-hati.Zack menggeleng pelan. “Tidak bisa. Punggungku nyeri kalau terlalu lama di tempat asing.”Zylva menoleh, ingin bertanya lebih jauh, tapi urung. Ia belum tahu batas mana yang boleh ia lewati. Mereka masih terlalu asing meski sudah berbagi atap.Sesampainya di kastel keluarga—begitu semua orang menyebut ru
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
reviews