Libra menopang dagunya dengan sebelah tangan, sedangkan tangan satunya ia gunakan untuk memijat kakinya yang sakit. Libra bahkan sampai kesusahan tidur semalaman karena rasa nyeri di kakinya. Libra menguap dengan mata terpejam.
Kiran memperhatikan itu, Libra yang beberapa kali hampir jatuh tertidur. Pemuda itu menepuk pipinya agar kembali sadar. Kiran yang tidak tega membawa tasnya pindah duduk di sebelah Libra.
"Kamu sakit?"
Libra menoleh lalu menggeleng. Tapi Kiran yang sudah mengenal pemuda itu selama bertahun-tahun tentu tidak akan tertipu. "Habis ngapain sih kok kakinya sakit gitu?"
"Jalan."
Kiran mengernyit, jawaban Libra kurang akurat. Sejauh apa dia berjalan sampai bisa pegal-pegal gitu kakinya. Libra kembali menguap, kali ini sambil menarik kedua tanganya keatas. Sangat menggemaskan, Kiran tersenyum. Kapan lagi bisa lihat Libra selucu ini.
Kiran mengeluarkan botol minumannya, "Minum dulu biar segeran."
Selena masih terlihat linglung, gadis itu mengerjapkan mata. Beberapa kali memang pernah Libra datang menjemput atau mengantarnya. Namun, baru kali ini pemuda itu masuk ke rumah dan duduk di depannya sekarang. Bahkan sampai ngobrol dengan Mamanya juga.Wow, such an amazing thing. Sungguh tidak terduga."Kok bisa datang ke sini?" tanya Selena akhirnya.Libra masih memasang wajah tenang, meskipun jantungnya kini berdebar kencang. Sebenarnya masih merasa canggung meski kini ia di tinggalkan berdua saja dengan Selena."Mau ngasih ini," ujarnya dengan menyodorkan bunga.Selena segera mengambilnya, darahnya berdesir beserta perasaannya yang tiba-tiba menghangat. Gadis itu mengambil kartu yang terselip.Sorry, Baby.Sama dengan apa yang di katakannya pagi tadi. Ini antara Libra malas mencari kata-kata lain atu memang dia yang tidak kreatif."Engga suka?"Selena mengangguk tersenyum. Libra menuru
Semua orang memang sudah terbiasa melihat wajah dingin Selena, kelakuan gadis itu yang bar-bar juga kerap membuat siapapun enggan menyapanya. Tidak ada orang yang bisa dibilang dekat dengan Selena kecuali orang itu sudah lama mengenal gadis kaya itu.Libra Aditya pengecualian tentu saja.Pemuda itu spesial, harus diperlakukan istimewa. Tapi biasanya orang yang paling kau sukai adalah orang yang mudah membuatmu kesal, bukan?Sama halnya kali ini, cuaca yang mendung saja sudah membuat gadis itu memiliki mood yang buruk. Apalagi Libra yang berjalan berdampingan dengan Kiran.Okay, itu sudah biasa. Sudah menjadi pemandangan yang lumrah. Tapi masalahnya, Selena masih kesal juga dengan apa yang terjadi semalam. Dia masih mengingat jelas Libra menatap gadis lain.Selena sampai tidak bisa tidur semalaman, otaknya berpikir alasan Libra melarangnya ke Mister mungkin untuk itu. Dia meng
Libra membuka pintu kamar kosnya dengan lesu. Ia melepas jaket dan melempar tas ke sembarang arah. Langsung merobohkan dirinya ke atas ranjang. Ia jadi memikirkan Selena. Apa yang salah dengan dirinya? Libra merasa apa yang ia lakukan sudah benar. Tapi, kenapa Selena terlihat begitu marah dan seperti tidak menyukainya lagi. Tidak bisa begini, hubungan mereka tidak bisa seperti ini terus. Libra harus kembali dekat dengan Selena lagi, ia tidak boleh membiarkan gadis itu jauh darinya. Hanya ketika bersama Selena, Libra bisa merasa lepas dan bahagia. Libra melihat layar ponsel, membuka roomchatnya dengan Selena. Mengetikkan sebuah pesan. Sudah tidur? Libra berdecak ketika beberapa menit ia menunggu namun belum ada balasan. Pemuda itu mendudukkan dirinya, melihat pesan yang ia kirim sekali lagi. Lalu, kembali melemparkan ponsel itu ke kasur. Sementara Selena menggigit bibir bawahnya sambil membaca chat Libra le
Selena pergi dengan langkahnya yang cepat. Gadis itu mengabaikan Libra yang terus memanggil namanya di belakang. Selena kesal setengah mati karena Libra yang menurutnya menjengkelkan. Sudah sedekat itu tapi status hubungan tidak jelas. Alasan belum siapnya seorang Libra Aditya juga masih abu.Apa Kiran juga mengalami hal yang sama dengannya, di php Libra? Tidak, tidak. Kentara sekali kalau hanya Kiran yang obsesi, Libra juga risih tapi masih membiarkan Kiran dekat dengannya. Selena jadi semakin kesal sendiri mengingat dulu banyak rumor Kiran dan Libra berkencan. Untung saja tidak benar."Mau kemana?"Selena mendengus, Libra berhasil mensejajarkan langkah. "Bukan urusan elu."Libra tidak sakit hati sama sekali dengan tingkah Selena. Ia sadar itu salahnya sendiri. Rasa tidak siapnya untuk menjalin hubungan membuat Selena semakin menjauh. Mungkin berpikir kalau Libra hanya main-main. Padahal, sebenarnya tidak.
Selena mengerjap, ekspresi Libra di depannya tidak terbaca. Pemuda itu terlihat marah, sedih, dan gusar. Tapi, kenapa? Karena dirinya kah? "Kenapa lu?" tanya Selena. Ia memasang wajah tidak pedulinya walau hatinya khawatir. Selena memutuskan tidak akan lemah lagi sekarang. Libra mengeratkan cengkraman tangan di lengan Selena. Kemudian ia menoleh, melihat pantai. Libra menarik napas sebelum menghembuskannya pelan. Berusaha menenangkan hatinya sendiri. Tangannya melepaskan Selena. "Sorry," ujarnya pelan sebelum pergi. Selena mengernyit, kebingungan sendiri dengan sikap Libra. Di ikutinya kemana pemuda itu pergi dengan pandangannya. "Kenapa sih tuh anak?" Libra menepuk pipinya dua kali, mengumpat dalam hati. Kok bisa-bisanya dia terbawa perasaan seperti tadi. "Elo punya perasaan sama Libra ya?" Selena sedang melihat hasil fotonya ketika pertanyaan itu keluar dari Ilham. "Dia pacar gue," celetuk
Begitu sampai di Jakarta, Libra menghubungi Kiran. Libra mengumpat gadis itu tidak menjawab teleponnya. Libra memesan taxi dan pergi ke rumah Kiran. Perasaannya tidak tenang dari tadi, pikirannya yang semula didominasi oleh Selena sekarang digantikan ibunya. Libra khawatir akan terjadi apa-apa dengan wanita yang sangat ia cintai. "Pak, bisa tolong lebih cepat?" Libra terus menghubungi Kiran, tidak ada jawaban, membuat Libra terus mengumpat dalam hati. "Kiran? KIRAN!" Libra dengan tidak sabaran menekan bel rumah Kiran. Tangan pemuda itu bergetar saking khawatirnya. Ia termundur selangkah saat pintu putih itu terbuka. "Libra?" Kiran meneguk ludah melihat seorang Libra berada di depan pintu rumahnya. Bukankah pemuda ini bilang kalau ia akan kembali besok. "Kamu gak jadi pulang besok?" "Nyokap gue, gimana keadaannya sekarang? Dia dimana? Kok bisa kecelakaan?" tanya Libra tidak sabaran. Kiran meremat ta
Tidak biasanya yang setiap melangkah selalu percaya diri dan kelihatan angkuh, Selena pagi ini datang ke kampus dengan menunduk. Ia menghindari melihat wajah Libra, cowok itu kan sukanya datang semaunya. Penampilan Selena juga hari ini agak berbeda, gadis itu memakai crop top hijau yang dipadukan dengan long jeans putih, membuat kaki panjangnya semakin terlihat panjang. Proporsi tubuh Selena adalah impian semua gadis, memiliki wajah kecil dan tubuh ramping yang tinggi. Gadis itu juga kaya dan cerdas, siapa yang tidak iri. Vina bahkan walau berteman lama tetap saja sering mengutarakan betapa irinya dengan Selena. Tapi, yang dirasakan Selena berbeda. Gadis itu tidak bahagia karena cintanya tidak berhasil. Selena merasakan ada orang di depannya, karena itu dia menghindar ke kiri. Tapi orang itu juga ke arah yang sama, Selena berpindah ke kanan. Sama saja, orang itu juga ke kanan. Selena menghela napas pelan, sungguh dia ti
Pukul sebelas malam Selena baru memasuki rumah. Gadis itu memutar film di tv besar dan mewah yang ada di dalam kamarnya. Selena terus menguap sepanjang jalan pulang tadi, tapi begitu sampai rumah rasa kantuknya menghilang. Gadis itu berganti pakaian nyaman dan menghapus make up tipis di wajahnya. Selena menyandarkan tubuhnya di sofa, ia tidak fokus dengan film di depannya. Selena menghela napas, ingatannya terus tertuju pada pemuda bernama Libra. "Kenapa sih Libra Libra Libra terus?" amuknya pada diri sendiri. Selena melihat ponselnya bergetar, ada notifikasi chat. Nomor tak dikenal. Tapi Selena tahu siapa itu. Teman mengobrolnya tadi, Vina yang menjodohkan. Namanya Rafael, putra tunggal pemilik hotel ternama. Kaya, tampan, dan lebih tua dari Selena. Dia mahasiswa semester akhir. Kalau dilihat-lihat dia adalah tipe Selena. Wajahnya tidak membosankan, lesung pipi yang muncul ketika Raf