Pagi itu tepat di hari ulang tahun Selena, gadis itu memasang wajahnya yang riang dengan membawa sekotak kue bersamanya. Gadis itu dengan santai berjalan menuju pekarangan rumah kos Libra. Menyapa Alif yang sedang mengambil makanan dari pengantar makanan.
Alif memasang wajah kaget dan kaku ketika melihat Selena, tapi gadis itu tidak berpikir macam - macam. Ia ingin merayakan ulang tahunnya bersama Libra jadi Selena harus tetap ceria. Gadis itu dengan santai membuka pintu kamar Libra.
Biasa saja, terlihat sama seperti hari - hari sebelumnya. Masih tetap gelap.
"Hai, Love. Aku ulang tahun, lho. Jadi, ayo kita rayakan bersama," kata Selena menaruh kue yang dia bawa ke atas meja. Lalu berjalan ke arah gorden dan membukanya.
Selena juga membuka sedikit jendela kamar Libra, membiarkan udara segar masuk. Kemudian Selena berbalik. Raut wajahnya yang semula ceria berubah.
Bola mata Selena bergerak mencari sosok yang biasanya ada, tapi sekarang tidak ada. Ap
Selena bilang dia tidak akan pernah pergi ke luar negeri, dia menolak dengan kasar saat Papanya memberi tugas untuk menyelesaikan proyek besar di negara manapun. Tapi, saat mendengar negara kali ini adalah Australia, Selena tanpa pikir panjang langsung mengiyakan tawaran dari sang Papa.Karena itu di sinilah Selena, di kota Sydney.Gadis dengan rambut ash blonde yang dibiarkan terurai itu berjalan ringan menyusuri jalan, ia menyelesaikan proyek lebih cepat dan tinggal lebih lama. Untuk liburan alasannya, tapi bagi Vina dan Aswa itu adalah alasan yang bodoh.Mereka berpikir Selena pergi karena berharap bisa bertemu dengan Libra. Well, engga salah sih. Tapi engga seratus persen hal tersebut benar. Australia adalah negara impiannya untuk tinggal kelak, karena itu dia bersedia kemari dan menerima proyek yang ditawarkan."Sorry," ucapnya ketika tanpa sengaja menabrak bahu seseorang.Orang itu tidak menjawab dan langsung berlalu pergi. Cih, tidak sopan!
Biasanya remaja yang baru lulus SMA akan bersemangat sekali untuk melanjutkan kuliah. Dalam bayangan mereka kuliah akan menjadi indah, kuliah dengan baju bebas dan bertemu kating yang keren atau teman angkatan yang bisa di jadikan incaran. Tidak ada yang salah dengan itu, karena yang mereka khayal kan adalah apa yang tergambar di novel atau drama.Karena sudah mahasiswa, mereka bisa bebas memakai apa saja yang ingin mereka kenakan.Seperti seorang gadis yang memakai kaos oversize, celana pendek dan sepatu putih yang dengan santai membuka pintu kelas. Gadis itu hanya melirik dosen sekilas kemudian duduk di bangku belakang.Dia menghiraukan tatapan dari teman kelasnya yang sinis. Gadis itu bahkan menjulurkan lidah ke arah dosen yang kembali menarik fokus mahasiswa lain."Karena mahasiswi tidak sopan, Selena Aprilia sudah datang maka, kelas ini sudah lengkap." Dosen muda yang penuh kharism
Selena menyilangkan kedua tangannya di dada, juga menyilangkan kaki. Bahkan meski di pelototi oleh mama, Selena tetap seperti itu. Tidak ada sopan santun yang dia tunjukkan.Astra yang tepat di depannya menatap tajam Selena. Seperti ada permusuhan. Dunia sangat sempit sepertinya, orang tua Selena mengenal baik dengan keluarga Astra. Mereka bahkan memiliki rencana liburan bersama. Tapi Selena tidak peduli, gadis itu berdiri, "Maaf om, tante, Selena ada perlu di luar"Orang tua Astra saling tatap, mama Selena juga langsung menunduk memijit kepalanya. Papa Selena menarik tangan Selena untuk duduk kembali, tapi Selena yang tidak tahan satu ruangan dengan Astra menatap papanya memohon.Anton menghela nafas, dan akhirnya mengangguk. Menimbulkan senyum cerah seorang Selena."Pergi dulu ya semua"Tingkat kesopanan Selena benar-benar di angka nol. Gadis itu bebas dan keras kepala.
Selena memegang minumnya dengan kedua tangan, jantungnya terus berdegup kencang karena Libra yang duduk di depannya. Selena benar-benar merasa dia seperti berada dalam drama. Libra sangat tampan, kelewat tampan malah."Udah lama manggung di sini?" tanya Selena akhirnya. Selena tetap Selena, dia tidak suka suasana canggung apalagi dengan si tampan Libra."Baru beberapa bulan aja" jawab Libra cuek. Selena menghembuskan nafasnya pelan. Tidak semudah yang dia kira. Selena pikir Libra akan melanjutkan obrolan.Libra mengeluarkan sebatang rokok, menaruhnya di sela bibir dan membakar ujungnya. Hal sederhana seperti itu membuat Selena tersenyum. Cara Libra sangat keren."Gak masalah kan gue ngerokok?" tanya Libra santai setelah menghembuskan rokoknya.Selena menggeleng, dia tidak pernah dekat dengan cowok perokok. Aswa tidak merokok, papa juga tidak suka. Tapi Libra tidak masalah karena dia tampa
Libra menghela nafasnya pelan. Memainkan bibir mungilnya yang menawan membuat Selena tidak bisa berpaling dari wajah tampan Libra.Entah bisa menjadi pertanda baik atau tidak ketika Libra harus satu kelompok dengan Selena, Kiran, dan juga Astra. Libra merasa jika Kiran dan Selena tidak akan bisa akur melihat apa yang terjadi pagi tadi di koridor.Sedangkan Astra, pemuda itu terlihat kelewat santai. Wajahnya yang manis dengan lesung pipi yang menawan adalah asetnya yang berharga untuk memikat para gadis.Libra kira Astra bisa menjadi model dengan wajah seperti itu."Ada dua cewek cakep dan elo liatin gue? Gak homo kan lo?" celetukan Astra membuat Libra reflek mengumpat dengan suara kecil.Selena mengangkat alis lalu tersenyum kecil. Sepertinya Selena benar-benar gila, dia menganggap cara mengumpat Libra sangat sexy."Langsun
Selena menatap diam chat grup tersebut. Grup chat dirinya dengan Libra, Kiran, dan Astra. Kiran yang membuatnya tapi grup itu sepi sekarang, benar-benar sepi.Gadis itu menggigit jarinya. Kombinasi mereka ber-empat sedikit buruk. Libra yang dingin, Astra yang pemalas, Kiran yang juga sedikit pendiam, dan Selena sendiri yang canggung harus memulai bagaimana agar grup ini ramai. Paling tidak membahas pembagian tugas agar cepat selesai.Selena : GuysTidak ada yang merespon bahkan sampai sepuluh menit. Selena mengumpat, ingin rasanya mendatangi mereka satu-satu.Astra : Muncul oy lo padaAstra : Tugas di kerjain!Selena membulatkan mata. Kaget sekaligus senang juga akhirnya ada yang merespon.Selena : Iya ih, pada kemana dah?Selena : Tra, elo bagi gih tugasnyaAstra : Nunggu yang lain muncul dulu dahAstra : Anyway, berasa ch
Hembusan nafas pelan namun sarat dengan rasa lelah yang luar biasa terdengar dari seorang Libra Aditya. Pemuda itu merebahkan dirinya di kasur dengan tangan menutupi mata.Hidup begitu keras baginya. Tidak ada yang benar-benar berpihak, tidak ada yang peduli selain diri-sendiri. Libra merasakan sakitnya sendiri, dia merasakan perihnya sendiri, dia selalu berdarah sendirian dan menyembukan luka sendiri.Sudah hampir lima tahun lamanya pemuda itu meninggalkan rumah. Meninggalkan ibunya yang selalu ia tentang.Kekehan pelan yang terdengan berubah menjadi tawa keras yang terdengar pilu. Tubuhnya meringkuk di kasur, ada air mata yang membasahi pipinya.Libra benci saat dia merasa lemah, dia benci saat dirinya tidak damai dengan keadaan. Libra benci saat dia tertidur setelah menangisi keadaan dan bangun dengan perasaan belum nerima.Tidak ada sosok pelindung bagi pemuda itu. Tidak
I'd spend ten thousand hours and ten thousand moreOh, if that's what it takes to learn that sweet heart of yoursAnd I might never get there, but I'm gonna tryIf it's ten thousand hours or the rest of my lifeI'm gonna love youLibra menoleh saat ponselnya bergetar, sebuah notifikasi chat masuk. Nomor tak di kenal tapi Libra tahu siapa yang mengirimnya.Sudah makan? Bagaimana kabarmu? begitu pesan yang Libra dapat.Libra menggeleng, "Buruk"Satu kata keluar dari mulutnya tapi dia tidak membalas pesan tersebut. Libra kembali memainkan gitarnya.We're under pressureSeven billion people in the world tryna fit inKeep it togetherSmile on your face, even though your heart is frowningPonsel Libra kembali bergetar tapi kali ini terus-menerus, menandakan bukan chat yang masuk tapi sebuah panggilan telfon. Masih dari nomo