Apa yang Caspian takutkan terjadi.
Elora berubah, sama seperti perubahan yang terakhir. Dengan mudah Elora melepaskan diri dari jerat, berputar di udara dan mendarat dengan mulus di tanah. Sepasang mata tak ramah itu mengamati Caspian lalu menyorotkan ejekan.
Caspian mempelajari pola perubahan Elora, dan menemukan sebuah teori bahwa perubahan yang terjadi pada Elora bergantung dari emosi yang sedang ia rasakan. Hanya saja Caspian masih belum memahami kaitan antara satu emosi dengan perubahannya.
Sejauh ini Caspian sudah menemui tiga macam perubahan yang bisa Elora lakukan, dan yang sekarang menurut Caspian yang paling berbahaya. Perubahan ini sama seperti perubahan Elora yang terakhir, yang mengajak Caspian untuk bertarung hingga salah satu dari mereka mati.
Elora masih dalam wujud manusia, hanya saja sepasang tangan dan kakinya berubah menjadi cakar tajam. Mata hitamnya dilingkari warna emas yang dingin.
“Siapa dia?” ulang kakeknya.
Elora mengira belum begitu lama sejak ia tertidur. Udara masih dingin menusuk tulang, cahaya yang menerpa kelopak matanya tidak setajam mentari pagi yang kadang kala mengganggu. Elora menggeliat, lalu mengerjap pelan. Ruangan yang ia lihat terasa asing. Mengapa ia sering sekali terbangun di tempat yang sama sekali baru, gerutu Elora dalam hati.Elora duduk lalu menyibakkan selimut. Ia sudah terlalu lama tinggal di kastil Caspian yang megah, dan terbiasa berada dalam kamar yang luas. Sehingga kamar ini, meskipun ditata dengan sederhana dan minim perabotan, terasa sesak.Dua jendela berbentuk kotak menempel suram di dinding. Kaca kotornya memberikan pemandangan buram hutan di luar sana. Pantas saja, dengan rapatnya dedaunan itu, serta tebalnya debu yang menempel di jendela, membuat matahari sulit untuk menerobos kemari.Bau kayu lapuk, lembab, dan lumut memenuhi indra penciuman Elora. Anehnya, setiap kali Elora menghidu bebauan ini, ada perasaan nyaman yang membaw
Berbahaya.Hanya dengan mendengar kata itu saja, darah di dalam tubuh Elora berdesir. Menurutnya, ada kata yang lebih tepat dari berbahaya. Kata itu muncul begitu saja dalam pikiran Elora.Mematikan.“Ada sebuah sejarah panjang yang kelam dari kawanan ini,” Arapeta melanjutkan. Matanya menatap penuh arti pada Elora, mungkin meminta persetujuan.Elora tak merasa punya ikatan apapun dengan kawanan pelindung bulan ini. Jadi seburuk apapun masa lalu yang akan Arapeta ungkapkan tak akan membuat Elora keberatan.Elora justru takut jika fakta yang didapatnya nanti mempengaruhi penilaiannya terhadap dirinya sendiri.Elora memilih untuk diam. Ia hanya membalas tatapan Arapeta, berharap Arapeta mengerti jika Elora tak masalah dengan cerita apapun yang disampaikan Arapeta.“Sang Pelindung Bulan merupakan kawanan tertua yang dikenal oleh para manusia serigala. Konon, hanya merekalah yang mampu bertemu dengan Hëna di dalam k
“Ada apa?” Elora berusaha tidak kelihatan gembira mendapati Caspian berdiri di ambang pintu kamarnya.Caspian masih mengenakan pakaian yang sama, hanya saja Elora baru menyadari perbedaan pada wajah Caspian. Elora tahu ada yang berbeda pada Caspian sejak mereka berangkat ke sini, tapi baru sekarang Elora memahami di mana letak perbedaan itu. Lingkaran hitam di bawah mata Caspian tercetak dengan jelas, raut mukanya terlihat lelah dan tulang pipinya sedikit lebih menonjol.Apakah tenaga Caspian terkuras karena harus mengurus Elora?“Kau sudah mengambil keputusan?” tanya Caspian. Satu bahunya bersandar di kusen pintu, kedua tangan dilipat di depan dada.“Belum,” jawab Elora. Ia kembali mengerling ke arah buku.Caspian mengikuti arah pandangan Elora. “Masih belum membacanya?”Elora menelan ludah. “Aku ….” Ia tak sanggup melanjutkan. Mengatakan kalau Elora takut pada sebuah buku,
“Saat itu aku sedang merintis karir di Dreamcatcher. Persaingan sangat ketat untuk mendapatkan proyek iklan yang bagus.”Elora memulai ceritanya setelah mereka menemukan tempat yang nyaman di tepi teluk Milford Sound. Langit sangat cerah siang ini, warna birunya begitu bersih tanpa sapuan awan. Caspian mengajak Elora keluar dari rumah Arapeta. Dia mengatakan soal memanfaatkan waktu dengan baik selama berada di Milford Sound.“Sudah datang ke sini tetapi tidak menikmati alamnya adalah kesalahan terbesar seumur hidup,” ucap Caspian. Elora mau tak mau menyetujui pernyataan itu.Caspian memilih sepetak tanah kosong di tepi teluk yang dinaungi pepohonan, berada di garis perbatasan antara hutan dengan pantai. Tempat yang ideal untuk berbicara soal rahasia, karena tidak terlalu banyak orang yang lalu-lalang.Dari sini Elora bisa melihat rombongan turis yang sedang mengantre naik ke kapal wisata, yang akan membawa mereka menelusuri tepi te
Elora hanya punya waktu satu minggu sebelum mereka kembali ke Gibbston. Caspian akan menjadi tuan rumah dalam pertemuan tahunan para manusia serigala, sehingga dia harus pulang setidaknya sehari sebelum acara. Caspian menawarkan untuk kembali ke sini setelah acara selesai, tetapi Elora tidak mau merepotkannya lebih jauh lagi.“Kau harus di sini setidaknya selama satu tahun,” kata Arapeta, ketika Caspian dan Elora menyampaikan rencana mereka. Arapeta tengah memberi makan hewan ternak di samping rumah ketika Caspian dan Elora mendatanginya. Bau kotoran ayam, humus, dan rumput segar menjadi satu, menyerang hidung Elora dengan tiba-tiba begitu ia sampai.“Hanya ada satu minggu. Elora juga tidak mungkin selama itu di sini, dia harus bekerja,” tawar Caspian.Arapeta melirik kepada mereka tanpa sebersit emosi tersirat di wajahnya. “Kau memintaku membantunya dalam waktu satu minggu?”“Hanya agar Elora bisa mengendalikan p
Sesuatu yang tak nampak. Tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Hal yang paling penting dalam jiwa, yang mampu mengendalikan amarah dan gejolak kekuatan. Rasa. Rasa untuk orang-orang yang paling penting dalam hidup. Rasa yang membuncah, mengalir, menenangkan pikiran, hati, raga. Rasa yang hanya dimiliki oleh segelintir yang beruntung….“Ini lebih seperti teka-teki ketimbang petunjuk,” ucap Elora seraya menghela napas.“Teka-teki juga bagian dari petunjuk,” sahut Caspian.Elora mendorong buku ke sisi meja di hadapan Caspian, lalu menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.“Aku lelah,” gumam Elora. “Memang benar kata Arapeta... Seminggu itu mustahil.”Caspian yang duduk di sebelah Elora, menghadap ke Elora sembari menyangga kepala dengan tangan.“Kau yang ada bersamaku dalam jarak sedekat ini juga terdengar mustahil beberapa waktu yang lalu. Pada awal-awal pertemuan kita.&rdquo
“Kau yakin?”Entah sudah keberapa kalinya Caspian menanyakan hal itu. Elora tak lagi mengangguk, ia hanya melenguh malas.“Kukira kau pernah bilang tak ada perasaan apapun pada Javier,” kata Caspian lagi.“Javier orang yang penting untukku. Cinta yang dimaksud bukan melulu cinta untuk kekasih kan? Cinta untuk keluarga, sahabat, apapun itu.”“Ya, aku tahu. Tapi—”“Apa kalian memanggilku hanya untuk menyaksikan perdebatan tak penting ini?” potong Hunapo.Sudah sekitar lima menit mereka bertiga berdiri di halaman belakang rumah Arapeta. Secara teknis namanya halaman belakang, tetapi sebenarnya ini adalah bagian dari hutan yang membentang hingga berkilo-kilometer jauhnya.“Tidak,” jawab Elora cepat. “Seperti yang aku katakan tadi, kurasa aku sudah menemukan hal yang bisa membantuku mengendalikan perubahan.”“Ya. Cinta. Kau sudah mengatak
Cuaca di Milford Sound konon tak pernah bisa ditebak. Siang hari matahari begitu terik, setengah jam kemudian badai datang tanpa aba-aba. Atau bisa saja malam yang penuh bintang berubah menjadi hujan tak berkesudahan.Pagi ini rintik air menyambut Elora begitu ia keluar dari rumah Arapeta. Ia hanya mengenakan jaket tipis sebagai pelindung dari serangan hujan yang semakin deras. Hunapo meminta Elora untuk berlari menyusuri hutan, seolah terjangan angin dingin yang menggigit saat ini tak berarti apapun untuknya.“Kendalikan emosimu! Kau harus bisa tenang dalam situasi apapun!” teriak Hunapo, layaknya seorang komandan yang membekali pasukannya dengan kata-kata mutiara sebelum terjun ke medan perang.Elora tak melihat Caspian dimanapun saat ia keluar tadi. Ia mengira Caspian akan menantinya di lorong di depan kamar Elora, bersandar di dinding yang catnya sudah terkelupas. Atau Elora pikir Caspian akan mengetuk pintu kamarnya pagi-pagi buta untuk membangu