“Siapa kau—“ “Diam dan cium aku,” bisik Caspian. Elora belum sempat mengeluarkan umpatan saat Caspian mengunci tatapan mata Elora dengan sepasang mata biru kobalt yang bagai berpendar dalam remangnya koridor * Elora, seorang creative director di sebuah perusahaan periklanan, Dreamcatcher, mengalami perubahan besar dalam hidupnya setelah bertemu Caspian, model sekaligus pemilik perkebunan anggur terbesar di Queenstown, New Zealand. Insiden pada suatu malam kembali mempertemukan mereka berdua, dan membuat Elora mengetahui bahwa dirinya ternyata adalah manusia serigala … dan juga jodoh yang ditakdirkan Hëna, sang dewi bulan, untuk Caspian. Caspian sendiri tengah disibukkan dengan upaya mengusut dalang di balik kematian Cooper, sahabat sekaligus Beta dalam Sacred Storm, kawanan yang dipimpin Caspian. Takdir yang mempertemukan Caspian dan Elora, dan takdir pula yang memisahkan mereka, seiring dengan terungkapnya kasus kematian Cooper dan juga fakta tentang siapa Elora sebenarnya. “Liar, spontan, berani. Aku menyukainya,” bisik Caspian di telinga Elora. “Tapi sayang sekali aku sudah bersumpah tak akan melakukan apapun padamu … sampai kau mengizinkannya. Jadi tunggulah sampai aku berhasil mendapatkanmu.” “Jangan bermimpi.”
View MoreAku ikut berbahagia untukmu.
Itu yang semua orang katakan pada pesta lajang salah satu teman kantor Elora malam ini.
Tapi bagi Elora, ucapan itu hanyalah omong kosong.
Elora tidak bisa ikut berbahagia pada kenyataan bahwa seorang wanita akan melepas kebebasannya demi laki-laki. Makhluk paling brengsek yang ada di muka bumi ini.
Elora meludah ke dalam gelas minuman yang telah kosong. Hingar bingar kelab malam sama sekali tidak menarik minatnya sekarang karena hal yang paling Elora inginkan saat ini adalah berbaring di sofa di apartemennya, sembari menikmati secuil pemandangan danau Wakatipu yang gelap.
Jika bukan karena teman kantornya yang sekarang sedang merayakan pesta adalah teman yang membantunya mendapatkan proyek besar dari klien, Elora tentu tidak akan datang ke acara ini.
“El, ayo ikut aku!” teriak salah satu teman kerja Elora, seorang pria, yang sepertinya sudah setengah mabuk. Dia menarik paksa tangan Elora, menyuruhnya untuk bangkit dari sofa beludru berwarna merah marun yang nyaman. Elora menggeleng enggan, sembari menyentakkan tangan agar terlepas.
Satu tatapan kesal nan dingin Elora layangkan pada temannya. Tanpa perlu berkata-kata, temannya itu berjengit pergi dengan pandangan bersalah. Seharusnya dia, seperti semua lelaki di sekitar Elora, tahu bahwa Elora paling benci disentuh oleh lelaki.
Demi menghindari terjadinya tawaran berulang, mungkin dari temannya yang lain lagi, Elora bergegas berdiri dan menuju ke toilet.
Elora menyusuri lorong berpenerangan rendah, melewati pintu koboi kayu yang secara ajaib mampu meredam kebisingan musik EDM di kelab. Elora memutuskan untuk merokok, yang sepertinya bisa menghilangkan stres dan rasa kecewa. Elora membuka tas kerjanya, sebuah tas jinjing kecil berwarna hitam, dan mengambil sebungkus rokok dan sebuah pemantik.
Elora berhenti di lorong, bersebelahan dengan pintu masuk ke toilet laki-laki. Ia mengeluarkan sebatang rokok berfilter, dan menyulutkan api dari pemantik ke ujung rokoknya. Baru saja melakukan satu hisapan dan mengepulkan asap berwarna putih tipis, seseorang masuk dari arah kedatangan Elora.
Elora hanya melirik sekilas, untuk tahu apakah orang itu salah satu temannya atau bukan. Ternyata hanya seorang lelaki asing. Elora kembali melanjutkan aktivitasnya, tetapi siapa sangka lelaki itu mendatangi Elora sembari melepas pakaian bagian atas. Dan begitu Elora ada dalam jangkauannya, lelaki itu mengaitkan satu tangan dan menarik tubuh Elora mendekat.
“Siapa kau—“ Elora belum sempat mengeluarkan umpatan saat lelaki itu mengunci tatapan mata Elora dengan sepasang mata biru kobalt yang bagai berpendar dalam remangnya koridor.
“Diam dan cium aku,” bisik lelaki itu.
Ketika Elora tak bergeming, lelaki itu pun memiringkan wajah dan menyambar bibir Elora.
Elora mencoba berontak hingga rokok dan tas terjatuh dari tangannya. Namun cengkeraman lelaki ini pada Elora begitu kuat. Yang aneh adalah, lelaki ini begitu mahir mencium hingga amarah Elora berganti secepat kilat dengan kenikmatan.
Lelaki itu memainkan bibir Elora dengan bibirnya, dan menjelajahi rongga mulut Elora dengan lidahnya yang begitu lihai. Elora tenggelam untuk sejenak. Ia mendengar beberapa suara yang sepertinya hendak menuju ke lorong, tetapi mengurungkan niat karena melihat ada sejoli yang sedang bermesraan.
Semua bagaikan mimpi yang membuai, sampai lelaki itu mengarahkan tangannya ke perbatasan rok pendek Elora, mencoba menjelajah kulit di balik pantyhose tipis yang Elora kenakan.
Memanfaatkan kesempatan selagi lelaki itu lengah, Elora mengumpulkan tenaga dan mendorong lelaki itu dengan kasar. Satu tamparan Elora daratkan ke pipi lelaki yang lebih tinggi satu kepala darinya ini. Lelaki itu nampak terkejut, namun hanya sesaat. Dalam satu kedipan mata, raut wajahnya kembali berubah dingin, cenderung malas.
“Brengsek,” maki Elora, disusul acungan jari tengah dari jemarinya yang lentik dan bersaput kuteks berwarna merah.
“Seharusnya kau lakukan itu dari tadi,” balas lelaki itu. Dia membungkuk untuk mengambil pakaiannya di lantai, sebuah kaus hitam, yang kemudian dia kenakan kembali. Elora sempat menelan ludah saat melihat betapa sempurnanya tubuh lelaki di hadapannya.
“Kalian semua brengsek!” Emosi mulai menguasai Elora saat ia mengatakan itu.
Si lelaki berambut cepak itu mengangkat satu alis. Bukannya marah karena berulang kali diumpat dan ditampar, lelaki itu justru kelihatan heran. “Kalian? Memang sebelum aku, ada yang menciummu tiba-tiba?”
“Pergi kau!” jerit Elora. “Pergi sekarang juga dari hadapanku!!”
“Tunggu dulu. Aku bisa jelaskan—“
Belum selesai lelaki itu berbicara, Elora meraih tas jinjingnya dan memukulkannya ke lengan berotot lelaki itu. “Pergi kau! Enyah kalian semua, lelaki jahanam!”
Elora tak peduli pada lelaki yang sepertinya kewalahan menghadapi serangannya yang bertubi-tubi. Lelaki itu pun pergi. Dia memberikan satu kerlingan terakhir, yang Elora artikan sebagai sebuah rasa iba untuk dirinya.
Setelah yakin bahwa Elora sendiri di lorong itu, Elora merosot ke lantai … dan ia mulai menangis.
*
“Apa yang sudah aku lakukan?” tanya Archer. Ia tidak terdengar takut, malah cenderung penasaran.“Tak usah pura-pura bodoh. Kami mengawasi gerak-gerikmu di North Island, dan kami tahu kedatanganmu ke sini membawa sebuah misi.”Rahang Kate terkatup rapat. Seharusnya ia mendesak Archer agar mau mengatakan yang sebenarnya tadi, sehingga Kate tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Apakah Archer tengah menyelidiki sebuah kejahatan besar yang berkaitan dengan kawanan manusia serigala?Apa mereka termasuk dalam jaringan obat-obatan terlarang yang dulu diperdagangkan oleh Cooper?Terlalu banyak kemungkinan di dalam benak Kate, hingga membuat kepalanya sakit.“Aku tidak mengerti apa yang kalian katakan,” ucap Archer.Satu tembakan terdengar, disusul oleh suara sesuatu yang berat jatuh ke tanah.“Berani berboohong lagi, dan kali ini nyawa Alphamu akan melayang.”Kate mematung. Apa merek
Kate tak bisa menemukan Caspian dimanapun pagi ini. Dia tidak ada di ruang kerja, di kamar, di bagian manapun di kastil. Ia baru saja hendak menelepon Caspian, saat ponselnya berbunyi dan sebuah pesan masuk. Itu dari Caspian.Tolong berikan dokumen yang ada di atas meja kerjaku kepada Aiden. Kau harus memberikannya pagi ini juga.Kate mengangkat satu alis dan mengerenyit. Dokumen apa yang membuat Caspian memberi perintah yang begitu mendesak? Kate pun kembali ke ruang kerja Caspian dan mengambil sebuah amplop cokelat dari atas meja kerjanya. Sebuah amplop dengan tulisan RAHASIA berwarna merah.Karena hari masih pagi dan jarak yang ditempuh tidak begitu jauh, Kate memutuskan untuk berjalan kaki menuju ke tempat Aiden. Sesampainya di sana, bukannya bertemu dengan Aiden, Kate justru disambut oleh Archer di depan pintu masuk.“Aku mau bertemu Aiden.”“Ada apa?”Kate mengacungkan amplop cokelat ke hadapan Archer. “Ca
“Aku rasa aku bertemu jodohku.” Caspian melengkungkan sebelah alis mendengar kata-kata Kate. “Aku rasa?” ulang Caspian, sangsi. “Kalau kau masih ragu dan menggunakan kata ‘aku rasa’, kupikir dia bukan benar-benar jodohmu. Kau bisa langsung mengetahui jodohmu begitu kalian bertatapan mata. Seperti aku dan—“ Kate mengangkat satu tangan ke hadapan wajah Caspian, memintanya untuk berhenti. “Aku tahu.” Ia lalu menggaruk bagian belakang kepala yang tidak gatal. “Maksudku—yeah… dia jodohku.” “Tapi?” sahut Caspian. “Tapi … aku tidak tahu apakah dia merasakannya juga.” Caspian meletakkan buku yang tengah ia baca ke atas meja kerja. Dia sedang membaca jurnal peninggalan Alpha yang menyinggung soal keluarga leluhur Elora saat tiba-tiba Kate masuk ke ruang kerja dan mengatakan hal yang membuat Caspian mengernyit. “Begini saja,” kata Caspian sembari memijat pangkal hidung, “ceritakan padaku dari awal pertemuanmu dengannya.” Kate mengangkat bahu lal
Pesta tahunan manusia serigala.Menurut Amber ini adalah acara paling konyol yang diadakan oleh sekumpulan makhluk mitos terkuat di muka bumi. Sebagai keturunan langsung dari salah satu pimpinan kawanan manusia serigala terbesar di Inggris, sedari kecil ayah Amber sudah menanamkan pikiran bahwa pesta perjodohan membuat manusia serigala terlihat lemah. Romansa bukanlah hal yang cocok untuk kaum mereka.“Kau akan mengenakan pakaian seperti itu ke pesta?” Brittany menusuk Amber dengan tatapan khasnya yang sinis dan menyebalkan. “Lebih baik kau kembali ke Inggris sekarang juga dan katakan pada ibumu kalau aku tidak akan membantumu mencari pasangan.”“Kenapa aku harus punya pasangan?” protes Amber, yang lalu menoleh ke cermin panjang di sampingnya. Benda itu memantulkan sosok Amber yang pucat, dengan rambut merah keriting yang mencolok, serta sebuah sweater usang warna biru dan celana jins yang robek di bagian paha dan lutut. Oh, j
Elora bergeming saat pria yang hampir memasuki usia seratus tahun itu menjatuhkan cangkir teh dari tangannya. Itu wajar. Tidak akan ada orang yang tidak terkejut menyaksikan kehadiran tamu tak diundang di salah satu ruangan pribadi di rumah penuh penjagaan seperti ini. Lelaki ini pastilah hendak bersantai, mungkin sembari membaca buku favoritnya, menikmati masa pensiun di rumah megah yang dibangunnya dari kerja keras.“Selamat malam,” sapa Elora. Ia berusaha bersikap sopan, setidaknya mungkin itu bisa menebus kelancangannya karena sudah menerobos masuk ke rumah Alfonso. Ya, dia adalah pria kaya raya yang dulu pernah Elora kunjungi bersama Caspian dan Brittany. Secara teknis mereka belum pernah bertemu dan bercakap-cakap dengan layak, karena yang Elora temui waktu itu adalah manusia serigala yang menyamar menjadi Alfonso.Elora melepaskan diri dari dinding, setelah cukup lama bersandar di sana sembari menunggu kedatangan Alfonso.“Maaf karena ak
“Siapa kau?”“Kau tak punya hak untuk tahu.”Elora memastikan tali yang melilit seorang pria di hadapannya bersama dengan kursi yang didudukinya sudah kuat, sebelum Elora menyeret kursi pria itu melintasi ruang tamu, menuju ke luar.“Hei! Apa yang kau lakukan! Ke mana kau akan membawaku!” Pria itu berteriak, setengah marah setengah takut. “Lepaskan aku! Aku akan memberikan apapun yang kau inginkan! Lepaskan aku!”Awalnya Elora tak menanggapi teriakan itu, tetapi lama kelamaan ia merasa terganggu. Walapun tak ada orang lagi dalam jarak setidaknya satu kilometer dari tempat Elora berada sekarang, dan saat ini sudah lewat tengah malam, tetap saja Elora merasa gelisah, khawatir jika ada orang yang mendengar mereka. Bagaimanapun juga, pekerjaan seperti ini tidak pernah Elora lakukan sebelumnya.Hëna lah yang menuntunnya ke rumah ini, yang berada jauh di tengah hutan, tempat di mana nyaris mustahil ada
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments