“Makam orangtuaku?” Elora membeo.
“Ya, dan juga dua saudaramu.”
“Di mana?” Tangan Elora mengepal di pangkuannya. Wajah kedua orangtuanya, Jacinda, dan Jason melintas dengan samar dalam benaknya. “Apa kau yang mengubur mereka semua?”
Alfonso mengerling, sejenak sorot matanya melembut. “Ya. Aku dan beberapa manusia serigala yang bekerja di kepolisian. Karena kami yang menemukan jasad mereka, dan sudah tidak ada kawanan Pelindung Bulan yang tersisa untuk bisa memakamkan Alphanya dengan layak.”
“Bawa aku ke sana.”
“Sebelum itu, ada satu hal yang ingin aku tanyakan padamu.”
“Katakan.”
“Buku hitam itu,” Alfonso memberi jeda, “apa kegunaannya?”
Elora mengalihkan pandangan kepada Caspian, meminta pertimbangan apakah harus mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Caspian menatap Elora lurus-lurus, nyaris tanpa ekspresi.<
Caspian, Brittany, dan Elora menyisir rumah dan menemukan Alfonso yang asli disekap di dalam lemari baju yang ada di kamar besarnya, bersama dengan pembantu dan supirnya. Setelah memanggil bantuan dan memastikan tak ada lagi penyusup, mereka kembali ke hotel.“Penyusup itu sudah tahu kalau kita akan datang, dan mereka berpura-pura menjadi penghuni rumah.” Brittany berbicara setelah dia selesai melakukan panggilan telepon. “Alfonso mengalami syok dan tidak bisa diajak bicara, jadi kita tidak bisa menemuinya dalam waktu dekat. Kurasa sebaiknya kalian segera kembali ke Queenstown. Setidaknya di sana Elora aman karena berada di tengah-tengah kawanan.”Caspian dan Elora mau tak mau menyetujui usul Brittany.“Terima kasih atas bantuanmu, Brit,” ucap Caspian. Brittany mengangguk, dan mengamati pakaiannya yang rusak. “Ini kaus kesukaanku,” katanya sambil cemberut.Caspian memutar mata. “Aku akan belikan yang b
Caspian bagaikan menghilang ditelan bumi saat Elora mencoba mengejarnya. Elora mengira Caspian bakal menghilang selama berhari-hari, tapi ternyata dia muncul pagi-pagi sekali di kamar Elora saat Elora masih terlelap. Caspian mengguncang pelan tubuh Elora.“El, bangun.”Elora membuka mata, dan mendapati Caspian berbaring menyamping di sisinya. Mata birunya menatap Elora lekat-lekat dengan sorot lembut. “Hari ini kau kerja, kan?” katanya lagi.Elora mengerjap-ngerjapkan mata. “Jam berapa sekarang?”“Jam empat pagi.”Elora mengerang pelan, menggeliat, lalu menarik selimut lebih tinggi hingga menutup pipinya. Caspian tertawa pelan.“Kau kemana saja?” tanya Elora. Matanya kembali terpejam, tetapi kesadaran sudah menguasainya.“Jalan-jalan,” kata Caspian. “Ke makam Cooper.”Elora mengeluarkan tangan dari balik selimut lalu menyentuh pelan pipi Caspian
Charlie menyambut Elora di ruang rapat dengan senyum cerah di wajahnya.“Creative Director terbaikku!” serunya dengan kedua tangan terbuka seolah hendak memeluk Elora.Elora menyentakkan kepala ke belakang dan mengerutkan alis. “Tidak biasanya kau begini,” kata Elora. Ia tak menyambut niatan Charlie yang mencoba untuk memeluknya. Elora menarik kursi di samping Charlie kemudian duduk di situ.Charlie berdeham, lalu beringsut mendekat. “Jangan permalukan aku di depan klien,” bisiknya di telinga Elora.Elora melirik ke sekeliling, baru ada mereka berdua dan beberapa orang dari departemen lain. “Aku tidak sedang mempermalukanmu. Kliennya belum datang, kan?”“Yah, memang belum.” Charlie memijat pangkal hidung, sepertinya banyak urusan berat akhir-akhir ini dalam hidupnya. “Tapi kita sedang berlatih keakraban antar atasan dan anak buah. Karena itu akan menambah nilai di mata para klien.&rd
“Kalian saling kenal?” Elora menunjuk Caspian dan laki-laki itu bergantian.“Tidak,” jawab Caspian.“Tentu saja,” jawab lelaki itu. “Sepertinya tadi kita belum berkenalan, Nona. Namaku Aiden.” Dia lalu mengulurkan tangan pada Elora, yang dengan cepat ditangkis oleh Caspian. Aiden terkejut dan nyaris terlonjak. “Oh!” Dia memandang tak percaya pada Caspian, lalu tertawa lirih sampai bahunya berguncang.“Apa dia kekasihmu?” tanya Aiden, ia kelihatan geli.“Ya. Ada masalah?” balas Caspian, dingin.Aiden mengangkat tangan dan menariknya ke dada. “Tidak, tidak ada!”Jujur saja, menurut Elora gerakan Aiden terlalu berlebihan. Sepertinya dia sengaja membuat Caspian kesal. “Kalau begitu, sampai ketemu lagi, Elora dan Caspian!” Aiden melambai lalu masuk ke dalam lift. “Ah, aku ingin bertemu lagi dengan Charlie. Ada hal yang lupa aku sampai
Aiden sedang menyesap salah satu anggur koleksinya, yang ia bawa dari mansionnya di North Island ke kastil lamanya di Queenstown. Sudah begitu lama ia tidak kembali ke sini, setelah beberapa tahun yang lalu ia memutuskan untuk pindah dan memulai hidup baru, lepas dari bayang-bayang lelaki yang selalu mengunggulinya dalam persaingan bisnis. Ternyata keputusan yang Aiden lakukan tepat. Bisnisnya bisa lebih berkembang di North Island, dan kini ia kembali setelah tahu bahwa pesaingnya sudah meninggal.Biasanya saat Aiden tengah duduk di balkon sembari menikmati anggur serta suasana musim gugur yang dingin dan kelabu ini, tak akan ada anggota kawanan yang berani mengusiknya. Namun kali ini, Aiden mendengar suara langkah kaki yang mendekat, dan saat Aiden menyadari bau yang muncul setelahnya adalah bau yang asing, Aiden langsung berhenti menggoyang-goyangkan gelas anggur di tangannya.“Bagaimana kau bisa masuk?” tanya Aiden, tanpa melihat siapa yang muncul di ked
“Aku akan benar-benar mengakhiri hubungan kita jika kau terus-terusan seperti ini.” Elora melotot sampai otot-otot matanya terasa pegal pada Caspian yang berdiri di hadapannya.Pagi ini, setelah Elora selesai mandi dan sedang berganti baju, Caspian tiba-tiba saja menyergapnya dari belakang dan menghujani punggung Elora dengan ciuman. Godaan yang sangat besar menjalari Elora dengan cepat, dan jika bukan karena Elora harus berangkat pagi-pagi ke lokasi syuting iklan untuk perusahaan Eclipse, mungkin ia akan tenggelam dan menyerahkan diri pada Caspian, seperti biasanya.Caspian memajukan bibir dan menjelajah wajah Elora dengan pandangannya. “Jangan pergi,” katanya, setengah merajuk.Elora menghela napas panjang. “Lama-lama aku jadi merasa seperti ibumu, bukannya kekasihmu.”Setelah mengatakan itu, Elora mendengar pintu kamarnya diketuk dan suara Kate menyusul. “El?! Apa kau di dalam?! Sepertinya aku menemukan sesuatu
Sesaat, semuanya hanya terdengar seperti lengkingan panjang di telinga Elora, sampai ia menyadari kalau itu suara pertarungan yang berasal dari luar mobil. Elora memegangi kepalanya yang berdenyut hebat. Selain kepala dan beberapa bagian tubuhnya yang terasa sakit, selebihnya Elora baik-baik saja.Elora melenguh keras, bersusah payah melepaskan sabuk pengaman, dan dari penglihatannya yang kabur ia melihat perkelahian di luar sana. Aiden melawan beberapa manusia serigala. Dia kelihatan kewalahan, dan jelas kalah jumlah. Elora terpaku di tempat, tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Hal pertama yang terlintas di pikirannya adalah menelepon Caspian.Elora mencari-cari tasnya dan ternyata tasnya jatuh di bawah dasbor, isinya berceceran di lantai mobil. Ia membeliak dengan panik, berusaha menemukan keberadaan ponselnya. Hal selanjutnya yang Elora tahu adalah pintu mobilnya ditarik lepas dan tubuhnya ditarik paksa keluar. Elora menjerit dan memukul-mukul tangan yang menjamba
Elora duduk di antara pertarungan bagaikan tengah menyaksikan sebuah pertunjukkan yang penuh dengan warna merah dan lolongan. Caspian mencabik dan menghabisi mereka semua tanpa ampun, hingga tak ada yang tersisa. Sekeliling Elora berubah menjadi lautan darah dan potongan tubuh-tubuh manusia serigala.Setelah Caspian menghabisi mereka semua tanpa terkecuali, dia berdiri di tengah-tengah area pertarungan itu, napasnya naik turun dan cairan kental menetes-netes dari cakarnya. Caspian menoleh mencari Elora dan dia mengubah dirinya menjadi manusia saat berjalan mendekati Elora.Caspian tidak mengatakan apapun, hanya sepasang matanya yang berbicara, menyampaikan apa yang kini dia rasakan. Elora tahu Caspian tengah berpikir seribu kali untuk sekadar menyentuhnya. Dan jujur saja saat ini ketakutan menguasai Elora, ia tak bisa menerima sentuhan dari lelaki manapun. Traumanya kembali bangkit.“Kau … apa kau bisa berjalan?” tanya Caspian, hati-hati. Elor