Home / All / Hëna: Arranged by The Moon (Indonesia) / The Pepper Spray and The Skinny Jeans

Share

The Pepper Spray and The Skinny Jeans

Author: Sianida
last update Last Updated: 2021-07-11 20:51:20

Caspian kembali sambil membawa tas Elora, sebuah kemeja berwarna putih berukuran besar, dan celana jins.

“Jangan mendekat,” perintah Elora. “Lemparkan semuanya ke atas sofa.” Elora menunjuk sofa yang ada dihadapannya dengan dagu.

Caspian berdecak sembari menelengkan kepala ke satu sisi. “Kenapa lagi? Aku tidak akan menerkammu. Aku sudah janji.”

“Aku tidak percaya padamu.” Bahkan pada lelaki manapun di dunia ini, tambah Elora dalam hati.

Caspian melontarkan raut wajah yang menyatakan ‘aku lelah dengan drama ini, tapi lebih baik kuturuti saja’, kemudian melemparkan semuanya ke atas sofa yang ada di dekat Elora.

“Sekarang keluar dari sini. Aku mau berpakaian.”

“Aku sudah pernah melihatmu tanpa pakaian. Kenapa sekarang aku harus keluar?”

“KELUAR!” bentak Elora, dan dengan brutal menyambar tasnya, mencari semprotan merica. Caspian mengangkat kedua tangan sebagai tanda bahwa dia menyerah. “Oke, oke. Aku akan pergi.”

Dia berbalik, tetapi kemudian kembali lagi. “Kemejanya pasti kebesaran, karena itu punyaku. Tapi celananya sesuai ukuranmu … kurasa. Itu celana milik wanita yang tidur di sini dan pulang tanpa mengenakan bawahan. Kau tahu … dia minta melakukannya di dalam mobil saat perjalanan pul—“

“Tutup mulutmu dan pergi dari hadapanku.” Elora kini sudah bersiap dengan semprotan merica di tangan. Botol kecil berwarna hitam itu dia arahkan kepada Caspian. “Aku tidak peduli dengan kisah cintamu.”

“Kau harus. Karena kau jodohku.” Caspian kembali pada dirinya yang dingin dan misterius. Kedua matanya berkilat dalam warna biru yang terang.

Elora tak mengatakan apapun, ia menekan tutup semprotan agar cairan yang memberikan rasa perih itu keluar dari wadahnya. Tentu saja dalam jarak sejauh ini, butir-butir airnya tidak bisa menjangkau wajah Caspian. Caspian mendengus singkat, dibarengi ekspresi geli. Sorot matanya melembut untuk sesaat.

Akhirnya Caspian keluar dari kamar.

Di tengah pergulatan Elora dengan celana jins entah milik siapa, yang berukuran satu nomor lebih kecil dari ukuran Elora, ponselnya berulang kali berdering. Itu pasti Havier, yang sedang panik karena Elora tak kunjung muncul padahal hari ini adalah hari penting.

Setelah berhasil memasukkan bagian bawah tubuhnya ke pakaian ketat itu, Elora mengambil ponsel dari dalam tas dan mulai menelepon balik Havier.

“Kau dimana?” Havier langsung menodongkan pertanyaan penuh tekanan pada dering pertama.

“Ceritanya panjang.”

“Apa ini ada hubungannya lagi dengan model itu? Karena terakhir kali kau bilang soal cerita, kau cerita soal dia.”

Hening sejenak. “Ya.”

Elora bisa mendengar pekik tertahan dari seberang sana, mirip seperti orang tercekik. “Jangan katakan padaku, kau pergi ke kelab malam, mabuk, lalu tidur di rumahnya??”

Sial. Kecuali bagian kelab malam dan mabuk, tebakan Havier hampir akurat.

“Kubilang ceritanya panjang. Sekarang aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku akan sampai di kantor sekitar satu jam lagi.” Elora kembali melirik jam di atas meja. “Masih cukup waktu sebelum pertemuan dengan calon klien kita.”

“Ya. Sebenarnya aku meneleponmu bukan karena hal itu.”

Elora yang sedang mengenakan kemeja sambil menjepit ponsel di antara telinga dan pundak, berhenti dari aktivitasnya. “Lalu kenapa kau meneleponku berkali-kali?”

“Pagi ini ada polisi datang ke sini mencarimu. Mereka bilang mobilmu ditinggalkan begitu saja di tengah jalan dan menyebabkan kehebohan. Polisi mengira kau diculik atau terjadi sesuatu padamu.”

Tentu saja mereka berpikir begitu. Elora menggigit-gigit ujung ibu jarinya, sesuatu yang tanpa sadar ia lakukan saat sedang cemas. “Apa semua orang kantor tahu?”

“Tidak. Hanya bos dan aku, karena aku asistenmu dan kita dekat. Bos memintaku untuk menghubungimu, tadi juga aku pergi ke apartemenmu. Syukurlah kalau ternyata kau tidak apa-apa.”

“Aku akan minta maaf pada bos nanti.”

“Kau harus ceritakan padaku saat kita bertemu. Sekarang, datang dulu ke sini, lakukan pekerjaanmu, lalu urus mobilmu yang ada di kantor polisi.”

“Roger.”

*

Tak ada pilihan lain selain diantarkan kembali oleh Caspian. Kali ini dia tidak mengendarai sepeda motor, melainkan sebuah mobil convertible berwarna hitam. Saat Elora turun, kamar Caspian ada di lantai dua, dan keluar ke halaman, Elora baru menyadari bahwa sedari tadi ia berada di dalam sebuah kastil kecil yang elegan.

Kastil itu tersusun dari bongkahan batu besar berwarna abu-abu, yang menjulang dan menyatu dengan hutan di sekitarnya. Elora mengedarkan pandangan takjub ke sekeliling. Ia tak pernah menyangka ada tempat tersembunyi bak negeri dongeng di Queenstown.

Seolah mengingatkan Elora, Caspian menginjak pedal gas, membuat knalpot meraung dan Elora terlonjak.

“Naik.” Caspian mengedikkan dagu, menunjuk kursi penumpang yang kosong di sampingnya. Dengan hati-hati Elora naik. Sepanjang perjalanan ia merasa was-was, takut jika Caspian tiba-tiba melakukan sesuatu padanya.

“Kenapa memandangiku terus? Terpesona?” seloroh Caspian, setelah mereka keluar dari ladang anggur dan masuk ke jalan raya.

“Aku tidak memandangimu terus-terusan,” kilah Elora, yang tentu saja sebuah kebohongan.

“Kau tidak mau tahu apa yang terjadi semalam? Hm?” tanya Caspian. Dia mengenakan kacamata hitam, yang membuat Elora semakin tak nyaman karena ia jadi tidak tahu Caspian sedang melihat ke arah mana.

Jujur saja Elora penasaran setengah mati soal apa yang terjadi padanya tadi malam. Tetapi Elora enggan untuk menanyakannya pada Caspian.

“Apa kau pernah mendengar … soal manusia serigala?” Pertanyaan itu datang tiba-tiba, dan sekujur tubuh Elora merinding dibuatnya.

“Itu hanya mitos. Dongeng. Jangan cekoki aku dengan kisah bodoh.”

“Bagaimana kalau itu bukan dongeng?”

Laju mobil terhenti karena kendaraan yang mulai padat di depan mereka. Caspian menoleh kepada Elora, dan Elora bisa merasakan tatapan tajam menusuk dari balik kacamata hitam itu. “Kalau kukatakan padamu … bahwa aku adalah manusia serigala … dan kau adalah jodoh yang ditakdirkan untukku. Apakah kau percaya?”

Cara Caspian mengucapkannya … itu tidak terdengar main-main. Aliran darah di tubuh Elora menggelegak, nadinya berpacu kuat bersamaan dengan Caspian yang semakin dalam menatapnya. Elora merasakan suatu tarikan, yang mendorongnya agar mendekatkan diri pada Caspian dan merengkuh bibir menggoda itu.

TIINN!!

Suara klakson dari mobil di belakang mereka membuat Elora kembali pada kesadarannya. Rantai pandangan mereka terputus, dan Caspian menjalankan mobil.

Tadi … nyaris saja Elora mencium Caspian tanpa tahu alasannya.

*

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hëna: Arranged by The Moon (Indonesia)   Bonus Chapter - Kate and (Perhaps) Her Mate

    “Apa yang sudah aku lakukan?” tanya Archer. Ia tidak terdengar takut, malah cenderung penasaran.“Tak usah pura-pura bodoh. Kami mengawasi gerak-gerikmu di North Island, dan kami tahu kedatanganmu ke sini membawa sebuah misi.”Rahang Kate terkatup rapat. Seharusnya ia mendesak Archer agar mau mengatakan yang sebenarnya tadi, sehingga Kate tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Apakah Archer tengah menyelidiki sebuah kejahatan besar yang berkaitan dengan kawanan manusia serigala?Apa mereka termasuk dalam jaringan obat-obatan terlarang yang dulu diperdagangkan oleh Cooper?Terlalu banyak kemungkinan di dalam benak Kate, hingga membuat kepalanya sakit.“Aku tidak mengerti apa yang kalian katakan,” ucap Archer.Satu tembakan terdengar, disusul oleh suara sesuatu yang berat jatuh ke tanah.“Berani berboohong lagi, dan kali ini nyawa Alphamu akan melayang.”Kate mematung. Apa merek

  • Hëna: Arranged by The Moon (Indonesia)   Bonus Chapter - Kate and (Perhaps) Her Mate

    Kate tak bisa menemukan Caspian dimanapun pagi ini. Dia tidak ada di ruang kerja, di kamar, di bagian manapun di kastil. Ia baru saja hendak menelepon Caspian, saat ponselnya berbunyi dan sebuah pesan masuk. Itu dari Caspian.Tolong berikan dokumen yang ada di atas meja kerjaku kepada Aiden. Kau harus memberikannya pagi ini juga.Kate mengangkat satu alis dan mengerenyit. Dokumen apa yang membuat Caspian memberi perintah yang begitu mendesak? Kate pun kembali ke ruang kerja Caspian dan mengambil sebuah amplop cokelat dari atas meja kerjanya. Sebuah amplop dengan tulisan RAHASIA berwarna merah.Karena hari masih pagi dan jarak yang ditempuh tidak begitu jauh, Kate memutuskan untuk berjalan kaki menuju ke tempat Aiden. Sesampainya di sana, bukannya bertemu dengan Aiden, Kate justru disambut oleh Archer di depan pintu masuk.“Aku mau bertemu Aiden.”“Ada apa?”Kate mengacungkan amplop cokelat ke hadapan Archer. “Ca

  • Hëna: Arranged by The Moon (Indonesia)   Bonus Chapter - Kate and (Perhaps) Her Mate - 1

    “Aku rasa aku bertemu jodohku.” Caspian melengkungkan sebelah alis mendengar kata-kata Kate. “Aku rasa?” ulang Caspian, sangsi. “Kalau kau masih ragu dan menggunakan kata ‘aku rasa’, kupikir dia bukan benar-benar jodohmu. Kau bisa langsung mengetahui jodohmu begitu kalian bertatapan mata. Seperti aku dan—“ Kate mengangkat satu tangan ke hadapan wajah Caspian, memintanya untuk berhenti. “Aku tahu.” Ia lalu menggaruk bagian belakang kepala yang tidak gatal. “Maksudku—yeah… dia jodohku.” “Tapi?” sahut Caspian. “Tapi … aku tidak tahu apakah dia merasakannya juga.” Caspian meletakkan buku yang tengah ia baca ke atas meja kerja. Dia sedang membaca jurnal peninggalan Alpha yang menyinggung soal keluarga leluhur Elora saat tiba-tiba Kate masuk ke ruang kerja dan mengatakan hal yang membuat Caspian mengernyit. “Begini saja,” kata Caspian sembari memijat pangkal hidung, “ceritakan padaku dari awal pertemuanmu dengannya.” Kate mengangkat bahu lal

  • Hëna: Arranged by The Moon (Indonesia)   Bonus Chapter - Fourth Year

    Pesta tahunan manusia serigala.Menurut Amber ini adalah acara paling konyol yang diadakan oleh sekumpulan makhluk mitos terkuat di muka bumi. Sebagai keturunan langsung dari salah satu pimpinan kawanan manusia serigala terbesar di Inggris, sedari kecil ayah Amber sudah menanamkan pikiran bahwa pesta perjodohan membuat manusia serigala terlihat lemah. Romansa bukanlah hal yang cocok untuk kaum mereka.“Kau akan mengenakan pakaian seperti itu ke pesta?” Brittany menusuk Amber dengan tatapan khasnya yang sinis dan menyebalkan. “Lebih baik kau kembali ke Inggris sekarang juga dan katakan pada ibumu kalau aku tidak akan membantumu mencari pasangan.”“Kenapa aku harus punya pasangan?” protes Amber, yang lalu menoleh ke cermin panjang di sampingnya. Benda itu memantulkan sosok Amber yang pucat, dengan rambut merah keriting yang mencolok, serta sebuah sweater usang warna biru dan celana jins yang robek di bagian paha dan lutut. Oh, j

  • Hëna: Arranged by The Moon (Indonesia)   Bonus Chapter - Third Year

    Elora bergeming saat pria yang hampir memasuki usia seratus tahun itu menjatuhkan cangkir teh dari tangannya. Itu wajar. Tidak akan ada orang yang tidak terkejut menyaksikan kehadiran tamu tak diundang di salah satu ruangan pribadi di rumah penuh penjagaan seperti ini. Lelaki ini pastilah hendak bersantai, mungkin sembari membaca buku favoritnya, menikmati masa pensiun di rumah megah yang dibangunnya dari kerja keras.“Selamat malam,” sapa Elora. Ia berusaha bersikap sopan, setidaknya mungkin itu bisa menebus kelancangannya karena sudah menerobos masuk ke rumah Alfonso. Ya, dia adalah pria kaya raya yang dulu pernah Elora kunjungi bersama Caspian dan Brittany. Secara teknis mereka belum pernah bertemu dan bercakap-cakap dengan layak, karena yang Elora temui waktu itu adalah manusia serigala yang menyamar menjadi Alfonso.Elora melepaskan diri dari dinding, setelah cukup lama bersandar di sana sembari menunggu kedatangan Alfonso.“Maaf karena ak

  • Hëna: Arranged by The Moon (Indonesia)   Bonus Chapter - Second Year

    “Siapa kau?”“Kau tak punya hak untuk tahu.”Elora memastikan tali yang melilit seorang pria di hadapannya bersama dengan kursi yang didudukinya sudah kuat, sebelum Elora menyeret kursi pria itu melintasi ruang tamu, menuju ke luar.“Hei! Apa yang kau lakukan! Ke mana kau akan membawaku!” Pria itu berteriak, setengah marah setengah takut. “Lepaskan aku! Aku akan memberikan apapun yang kau inginkan! Lepaskan aku!”Awalnya Elora tak menanggapi teriakan itu, tetapi lama kelamaan ia merasa terganggu. Walapun tak ada orang lagi dalam jarak setidaknya satu kilometer dari tempat Elora berada sekarang, dan saat ini sudah lewat tengah malam, tetap saja Elora merasa gelisah, khawatir jika ada orang yang mendengar mereka. Bagaimanapun juga, pekerjaan seperti ini tidak pernah Elora lakukan sebelumnya.Hëna lah yang menuntunnya ke rumah ini, yang berada jauh di tengah hutan, tempat di mana nyaris mustahil ada

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status