Tubuh Clara sudah telanjang bulat saat ini. Sudah seharusnya Bima juga melakukan hal yang sama. Telanjang bulat.
Itu baru adil."Clara..." erang Bima frustasi.Namun Clara tidak peduli. la menilai penolakan Bima saat ini juga tidak terlalu kuat. la harus menerobos pertahanan lelaki itu. Mengambil kesempatan ini dan memanfaatkannya sebaik mungkin.Clara berjalan mengitari tubuh kekar Bima, lalu melepaskan kemeja basah yang masih melekat di tubuhnya dengan perlahan.Bima pasrah. la tidak mampu menolak. Otaknya sendang berseteru berdebat. Sehingga ia tidak terlalu fokus pada apa yang Clara lakukan padanya.Bima hanya merasakannya. Dan rasanya terlalu nikmat untuk ditolak.Lalu, tiba tiba saja mata indah Clara terbelalak lebar. Terkesiap dengan apa yang ia lihat di punggung Bima.Sebuah bekas luka terlihat di punggung kekar dan berotot itu. Terbentang memanjang dari bahu kanan hingga hampir mencapai pinggang kirinyaHari ini mama dan papa nya pulang. Namun, Clara sama sekali tidak tampak bersemangat. Padahal biasanya, gadis itu pasti sangat menantikan saat saat seperti ini.Soalnya, Tuan dan Nyonya Bagaskara pasti membawakan oleh oleh yang diinginkan sang putri kesayangan setiap mereka pulang dari luar negeri. Tas dan sepatu branded. Tentu saja.Dibandingkan dengan pakaian bermerek, Clara memang lebih menyukai sepatu dan tas.Gadis itu terinspirasi dengan sebuah kata bijak, yang mengatakan bahwa sepatu indah dan bagus, akan membawanya ke tempat tempat yang indah.Lalu apakah itu harus yang branded?Sebenarnya sih tidak. Namun, sejauh ini kualitas sepatu terbaik memang sangat berpengaruh dengan harganya yang juga fantastis.Dan merek merak branded itu juga pasti selalu menjaga kualitas barang mareka.Dan tas indah?Dengan alasan yang sama. Bagi Clara, tas adalah sebuah tempat penyimpanan barang yang selalu di bawa bawanya.
Tante Rossy, mamanya Renata, menyerahkan semua urusan butik pada asisten dan staff nya. Dan ia akan menghabis waktu dengan sang putri untuk memasak bersama, atau ke mall dan ke salon bersama, atau bahkan hanya sekedar lenyeh lenyeh menonton televisi di rumahnya.Ada kalanya Clara merasa iri. Namun, mengingat dirinya yang masih memiliki keluarga lengkap, dan mereka semuanya juga menyayanginya, Clara mengurungkan niatnya untuk iri.Jika saja papa, Mama, serta kakaknya Reno, tidak begitu sibuk dengan bisnis mereka masing masing, hidupnya pasti akan sempurna.Ini? Papa dan mama sibuk dengan membuka jalan untuk pengembangan perusahaan, sedangkan kak Reno sibuk menjalankannya dengan baik. Menjelajahi setiap jalan yang dibuka oleh orang tuanya.Mana sempat mereka meluangkan waktu untuk Clara, yang dianggap sudah cukup dewasa mengurus diri?Apa aku minta saja posisi di perusahaan ya? pikir gadis itu tiba tiba. Asal saja ide itu tercetus. Setidakn
Clara dan kedua orang tuanya memulai hari itu dengan menonton di bioskop. Pada dasarnya itu hanya mau Clara nya aja sebenarnya. Sedangkan Eva dan Dirga, kedua orang tua gadis itu hanya mengikuti keinginan hati putri kesayangan mereka.Eva dan Dirha sangat sadar, kalau saat ini putri mereka sedang butuh perhatian.Dapat dilihat dari status status yang diunggahnya di media sosial.Postingannya belakangan semakin intens dan kebanyakan mengeluh.Papa dan mamanya menyangka saat ini Clara mungkin sedang stress atau jenuh dengan kegiatan sekolah.Mereka tidak tau saja, kalau masalah sebenarnya gadis itu adalah terkait urusan hati.Cinta memang tidak memandang usia dan status sosial. Bagi beberapa orang, mungkin cinta yang dirasakan Clara pada Bima hanyalah cinta monyet. Namun bagi yang merasakannya seperti Clara, mereka akan sadar bahwa perasaannya itu tulus.Masalah nafsu?Hei, ayo lah. Itu adalah insting dan kebutuha
Clara kembali melanjutkan makannya setelah mendelikkan bahunya cuek."Nggak tahu, Mah. Revan dan Clara kan beda kelas, Mah.""Bukannya kalian dekat? Sama sama aktif di OSIS, kan?""Kok Mamah tahu?" Lagi lagi Clara heran dengan sebanyak apa orang tuanya tahu semua aktifitasnya."Bima mengabari setiap kegiatan kamu ke Mama dan Papa. Katanya Revan pernah datang ke rumah, dan ngajak kamu makan malam. Mau omongin masalah rapat OSIS ya katanya?"'Aiihhh... Kok Kak Bima bocor banget sih?' gerutu Clara di dalam hati.Tapi, paling tidak dia nggak bocor masalah nakal nakalnya Clara terhadap lelaki itu. Kalau sampai Masalah itu bocor dan ketahuan oleh Papa dan Mamanya, bisa gawat.'Bisa bisa, kak Bima dipecat. Dan gue nggak bisa ketemu dia lagi.' batin gadis itu lagi."Mmm... Bocor banget tuh orang." gerutu Clara pelan. Namun, masih bisa terdengar di telinga Eva dan Dirga. Mereka hanya tertawa dan menggelengkan kepala deng
Tiba di rumah, Clara bergegas turun dari mobil dan berlari naik ke kamarnya.Melihat itu sontak saja pasangan suami istri Bagaskara, Eva dan Dirga, kebingungan dengan tingkah Putri kesayangan mereka itu."Sayang, kamu nggak mau lihat oleh-olehnya dulu?" Teriak Eva pada Clara yang sudah berada di tengah-tengah anak tangga."Nanti aja Mah, taruh aja dulu di situ!"balas Gadis itu sambil terus berlari kecil menaiki anak tangga.Semakin bingung saja mereka akan sikap Clara. Sejak tadi gadis itu memang tampak aneh.Masuk ke dalam kamarnya Clara segera melemparkan tas selempang yang ia kenakan kata tempat tidur. Lalu berlari ke kamar mandi untuk membasuh tubuh.Tubuhnya penuh dengan aroma masakan Cina yang khas. Yang umumnya memang lebih banyak menggunakan bawang putih.Setelah selesai mandi, Clara mengenakan baju dengan gaya kasual.Celana jeans ketat, baju kebesaran berbahan rajut ala Korean styledengan pot
Just for today. Let me be free!Pasting Clara di story salah satu akun media sosial yang paling sering ia buka.Lalu mulai menikmati peselancarannya di media sosial.Clara baru menyimpan ponselnya saat saat Renata mengetuk pintunya dari luar.Tidak sulit mencari mobil Clara. Tidak banyak yang menggunakan mobil jenis ini"Masuk cepat. Kita akan pergi ke suatu tempat.""Kemana?" tanya Renata. Sambil mengambil posisi di samping Clara.Well, ya. Lagi pula hanya itu tempatnya bisa duduk.Clara tidak menjawab. la langsung menghidupkan mesin mobil, lalu menancap gas keluar dari parkiran."Kemana sih kita sebenarnya?" tanya Renata penasaran.Yang ditanya tidak menjawab sama sekali. Clara malah melirik sekilas sahabatnya itu. Lalu tersenyum lebar."Ke rumah Arini." jawabnya santai."What? Ngapain?" pekik Renata bingung. Ada ada saja melakukan sahabatnya itu. Bikin sakit kepala.
Namun kondisi Clara, juga apa yang baru saja Clara alami saat ini membuat Renata terbawa perasaan.Seperti yang dikatakannya pada Clara tadi, ia sangat tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak mencintainya balik.Andai saja Clara tau, bahwa orang yang membuat Renata merasa seperti itu adalah kakaknya sendiri. Reno..."Ren... Lo belom jawab pertanyaan gue. Lo lagi dekat sama seseorang? Siapa?" tanya Clara dengan nada lebih menuntut."Bukan siapa siapa. Lupain aja." Renata berusaha mengelak."Nggak bisa. Gue mau tau. Gue ceritain semuanya sama Lo, kenapa juga Lo main rahasia-rahasiaan sama gue? Ada apa sih? Siapa yang lagi dekat sama Lo?" desak Clara keras kepala."Udah ah. Nggak penting juga masalah gue. Sekarang kita fokus ke masalah Lo aja dulu. Setelah apa yang lo lihat tadi, apa Lo yakin mau lanjutin perjuangan Lo untuk ngedapatin Bima?"Diingatkan lagi tentang itu, wajah Clara Kemabli merengut murung.
TEEEEEETTTTTT...Suara bel tanda pulang sekolah berbunyi. Semua siswa siswi Bina Bangsa Senior High School, tempat di mana Clara menuntut ilmu, berhamburan keluar kelas.Mau di sekolah kampung atau kota, mau sekolah biasa atau unggulan. momen seperti ini tidak ada bedanya.Semua menunggu jam istirahat dan pulang.Namun, bagi sekolah Bina Bangga Senior High School. hari ini mereka diminta untuk berkumpul di lapangan. Ada pengumuman yang akan disampaikan oleh pembina OSIS dan dewan guru.Clara keluar kelas paling belakang. Malas berebutan jalan dan lari larian. Belum lagi risiko ketabrak tubuh kawan.Apalagi jika harus ketabrak tubuh teman cowok yang berkeringat.Yiiluuuuhhh!!"Clara!" Renata beriari kecil di belakangnya dan mengalungkan sebelah tangan ke leher Clara."Awh!" pekik Clara hampir terjungkal karena gerakan sahabatnya itu."Masih lesu aja. Happy dong happy!""Tolong. gue masi