Clara berusaha mati matian untuk menenangkan debaran jantungnya yang menggila.
"Ih, kenapa sih juga jantung gue harus berdisco kaya gini? Bukan urusan dia juga kalau gue mau keluar sama siapa!" gerutu gadis itu dengan kesal. Sayangnya, gerutu an itu hanya mampu diucapkannya di dalam hati.Nyatanya, di depan Bima yang terlihat sangat marah saat ini, Clara hanya mampu terdiam kaku. Ia menggigit bibir bawah dengan kuat tanpa sadar.Bisa bisa bibirnya berdarah."Maaf kak..." Clara cukup terkejut saat tiba-tiba mendengar Revan mengambil alih pembicaraan. "Saya Revan, teman sekolahnya Clara." lanjut pemuda itu memperkenalkan diri.Revan bahkan mengulurkan tangannya untuk bersalaman kini. Posisi tubuhnya sedikit membungkuk menghormati.Namun sayang, Bima malah tampak tidak ingin menggubris. Alih alih menyambut tangan Revan, ia malah menatap pemuda itu dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan mata elangnya yang tajam dan mendominasi.Mengesalkan bukan?Padahal dia cuma seorang bodyguard di sini. Tapi lagaknya sudah seperti tuan rumah.Untung saja Clara cinta. Kalau tidak, sudah dimakinya lelaki itu.Gadis itu mengerut dengan bibir maju beberapa senti. Menggemaskan.Bima melirik gadis itu sekilas. Lalu cepat cepat membuang pandangan.Bibir manyun itu membuat Bima ingin melumatnya habis habisan. Membuat Clara kehabisan napas. Yang mungkin akan lebih panas dari pada apa yang terjadi di dalam mobil siang tadi.Di sisi lain, Revan yang merasa diabaikan menjadi kikuk dan salah tingkah. Ia hampir saja menarik kembali uluran tangannya, namun Bima sudah menjabatnya sebelum itu terjadi."Saya mau mengajak Clara keluar, Kak. Apakah boleh? Ada beberapa hal yang perlu kami bahas tentang even mendatang di sekolah kami." kata Revan dengan aturan bahasa yang sangat bagus.Bahasa Revan yang lugas dan sopan memang tidak pernah gagal menawan hati siapa pun. Pemuda itu menyadarinya, dan semakin mengasah kemampuannya tersebut.Tapi sayangnya, kemampuan yang dimiliki Revan tersebut sama sekali tidak berpengaruh pada Bima. Sang bodyguard yang disangka Revan adalah kakaknya Clara itu tetap memandang tajam ke arah dirinya."Kenapa sih lo harus minta izin? Dia bukan wali gue ." ketus Clara sambil menarik tangan Revan untuk segera keluar dari sana.Revan terkejut. "Eh... Aku pikir... Bukannya ini ka--""Bukan! Dia bodyguard gue." Potong Clara cepat."Lagian," lanjut Clara ke arah Bima, "ngapain juga kamu larang larang saya mau keluar sama siapa. Udah. urus aja sana urusan kamu sendiri!" bentak gadis itu kesal."Ingat, saya adalah nona di rumah ini." Clara menekankan posisinya dengan mata melotot ke arah lelaki itu.Bayangan Bima bersama wanita lain seperti yang diceritakan Renata tadi sontak saja membuatnya semakin marah.Biasanya Clara tidak pernah mau menunjukkan posisinya sebagai nona besar dari keluarga terpandang. Dan ia juga bersikap sangat sopan pada para pelayan.Walau sering membuat orang tua sakit kepala karena kelakuannya selama ini yang suka berpesta, namun Clara termasuk sosok yang dicintai para pekerja di rumahnya.Namun, kali ini beda. Bima sudah membuat gadis itu marah dan sakit hati. semua itu karena perasaan yang dengan lancang tumbuh di hatinya.Karena itu kah Bima semakin besar kepala? geram Clara di dalam hati.Berani beraninya Bima melarangnya keluar sama lelaki lain, sedangkan dia sendiri dengan gampangnya bermesra mesra ria dengan wanita lain!Bima menatap Clara tajam dengan rahang yang semakin mengeras. Kata-kata Clara barusan seakan menyentaknya untuk menyadari siapa dirinya. Sialnya, ia memang hanya sekedar pesuruh di dalam keluarga gadis itu."Karena itu lah saya bertanya pada Anda, NONA." Bima sengaja memberi tekanan pada kata 'nona' itu. Jika saya adalah kakak atau papa Anda, saat ini Anda sudah saya tarik masuk ke dalam kamar, lalu mengunci Anda di dalam sana."Hati Clara menciut mendengar suara Bima yang dingin. Seakan mampu membekukannya hingga ke tulang sumsum. Namun, demi gengsi, di tahannya rasa takut itu."Revan udah jelasin kan sama kamu. Ada yang harus kami bahas bersama. Penting!" lanjut gadis itu masih dengan nada keras. Padahal ia sendiri tidak yakin sepenting apa pembahasan yang akan disampaikan Revan padanya.Tapi biar saja lah. Namanya juga membela diri."Urusan anak muda. Orang tua sih mana ngerti!" ketus gadis itu lagi.Setelah mengatakan itu, Clara kembali menggandeng tangan Revan untuk keluar. Ia membalikkan tubuh dan tidak lagi ingin peduli dengan ekspresi seram yang menghiasi wajah Bima.Pasangan muda mudi berusia remaja itu masuk ke dalam mobil milik Revan-- atau lebih tepatnya adalah mobil orang tua Revan-- dan melaju keluar dari pekarangan rumah megah itu.Begitu mobil tersebut menghilang dari pandangan mata Bima yang saat ini menatap kepergian mereka dari serambi rumah, seorang pengawal yang tadi diminta Bima untuk menggantikan dirinya mengawal Clara datang menghampiri."Bagaimana ini, Pak? Tidak disusul? Bisa gawat kalo tuan Reno dan kedua orang tua mereka tahu." lelaki itu terlihat khawatir.Bima menatap tenang ke arah lelaki yang mengenakan seragam yang sama dengannya itu. Setelan jas dan celana hitam yang rapi. Anggotanya dalam menjalankan keamanan keluarga ini."Tenang saja. Tolong siapkan mobil, saya akan menyusul." perintah Bima pada sang anggota."Tapi mereka sudah keburu hilang dari pandangan. Pak." sahut lelaki itu lagi bingung."Saya sudah memasang pelacak di ponsel Clara." sahut Bima tenang. Tidak ada yang tahu bagaimana sebenarnya perasaan lelaki itu saat ini.Kepergian Clara dengan pemuda bau kencur itu. sejujurnya membuat hati Bima panas. Darahnya mendidih hingga rasanya ingin melayangkan kepalan tangannya ke wajah pemuda yang sama sekali tidak bersalah itu.Otaknya semakin kacau saja selama menjadi bodyguard sang nona muda.Sialnya. Bima sangat sadar bahwa dirinya cemburu!Perasaan yang tidak seharusnya tumbuh di dalam hatinya.Tapi... mau dikata apa? Sudah terlanjur. Mau protes pun, harus pada siapa?Bukan kah hati adalah bagian paling bebas di dalam diri seorang manusia? Termasuk pada Bima dan Clara.Bima kembali merasa jengkel!Bisa bisanya gadis itu menciumnya tadi siang, dan malamnya malah keluar dengan pria lain.Ingin rasanya tadi Bima menarik tubuh rampingnya itu dengan kasar, lalu membopongnya masuk ke dalam kamar. Menguncinya di sana sehingga tidak berkeliaran dengan pria mana pun.Apalagi dengan pakaian seterbuka itu!Oke baiklah. Dress yang dikenakan Clara tadi tidak terlalu terbuka. Namun, jelas mampu membuat pikiran lelaki manapun berimajinasi liar.Pakaian yang dikenakan Clara tadi bahkan sudah membuat darah Bima berdesir hanya dengan memandangnya saja.Dress berbahan katun putih dengan kerah lebar hingga cukup banyak menampakkan kulit mulusnya di area itu, membuat Bima ingin mengerang menahan hasrat yang melesak dari dalam dirinya.Bima bahkan bisa melihat tali bra hitam yang mengintip dari balik kerah dress yang berbahan renda itu.Pakaian yang Clara kenakan tadi memiliki potongan pinggang dan mengembang pada bagian bawah. Bisa bahaya jika angin meniup cukup kencang
Tidak lama setelah itu, pasangan remaja tersebut memanggil pelayan dan melakukan pembayaran.Bima pun melakukan hal yang sama.Mereka keluar dari Cafe tersebut, dan Bima mengikuti mereka dalam jarak yang cukup aman. Sehingga keduanya tidak mengetahui keberadaan lelaki itu.Well, kalau mereka tahu pun. Bima tidak akan peduli. Bukankah tugasnya memang untuk menjaga Clara?Walaupun saat ini, ia melakukan ini semua untuk urusan pribadi.Bima menemukan mobil yang ditumpangi Revan dan Clara langsung menuju ke rumah. Mereka tidak pergi ke mana-mana lagi. Dan itu membuat Bima tenang.Walau rasa marah masih bersemayam di dalam dadanya.Clara turun dari mobil, melambai, dan langsung turun ke dalam.Tanpa menunggu Clara tiba di dalam rumah. Bima langsung melajukan mobil masuk ke dalam garasi. Melewati Clara yang tercengang melihatnya lewat.Saat Clara tiba dan masuk ke dalam rumah, Bima sudah menunggunya di ruang tenga
"Menghukum?" batin Clara memekik kaget. Apa maksud Bima dengan menghukum?Lalu sejurus kemudian samar samar Clara mendengar suara Renata yang menggoda di dalam kepalanya."Hukuman termanis dan terseksi datang dari pasangan yang sedang cemburu. Huhuhuhu." Sahabatnya itu pernah berkata suatu ketika.Jangan tanyakan hukuman yang bagaimana yang dimaksud oleh Renata. Otaknya memang penuh dengan adegan dewasa.Dewasa? Adegan dewasa?Sebuah ide gila terlintas di otaknya yang telah terkontaminasi. Dan itu seketika membuat wajah Clara merah padam. Melebih tomat masak dan kepiting rebus!Tapi benarkah Bima merasa cemburu? Dari kata katanya..."Apa yang kau pikirkan, hah?" ketus Bima. "Kenapa pula wajahmu menjadi merah padam seperti itu?" gumam lelaki itu sambil kembali memasang wajah datar."Dasar anak muda jaman sekarang. Otaknya nggak ada yang beres." sinis Bima melanjutkan sambil mengangkat tubuh langsing Clara dengan
Well, sebenarnya gerakan gadis itu bukannya sama sekali tidak mengganggu. Gangguan itu datang dengan cara yang berbeda.Kaki yang menendang dan tangan yang memukul membuat dress sebatas lutut itu dengan mudah berayun-ayun. Kembali menggoda iman Bima.Apalagi bagian roknya mengembang di bawah.Dan sialnya Clara tidak mengenakan legging pendek di dalamnya.Mengingat gadis itu keluar dengan seorang menunda dengan pakaian demikian membuat darah Bima kembali mendidik. Dipukulnya bokong Clara yang bulat dan sintal itu dengan gemas."Diam lah!" geram Bima yang semakin kesulitan berkonsentrasi karena paha putih dan mulus gadis itu berada begitu dekat dengan wajahnya.Shit!Bagaimana pun juga, Bima adalah seorang lelaki normal. Bagian tubuhnya yang menjadi identitas kelelakian di bawah sana sudah bereaksi sebagaimana mestinya. Menggeliat dengan penuh semangat. Hingga berdiri tegak. Menuntut hak nya untuk berjumpa dengan pasangann
Pagi itu, Clara masih merasa geram pada Bima. Tiba tiba saja ide licik muncul di dalam benaknya. Clara akan membuktikan apakah Bima memang benar benar mati rasa padanya atau itu hanya topeng lelaki itu saja.Pagi itu, ia mengenakan serangan sekolahnya yang kekecilan. Lalu membuk beberapa kancing bagian atas untuk memamerkan bongkahan bulat kenyal dadanya.Clara sendiri merasa geli saat melihat belahan payudaranya yang menyembul keluar. Gadis itu menggigit bibirnya ragu, namun segera ditepisnya semua keraguan itu."Nggk pa pa, nanti sampai di sekolah aku kan mengancingkannya lagi." gumam gadis itu menguatkan tekat.la juga melipat roknya di bagian pinggang. Sehingga memamerkan paha mulusnya dengan lebih banyak.Merasa cukup seksi, ia meraih tas sekolahnya dan berjalan menuju pintu keluar. Gadis itu menekan handle pintu, dan kembali merasa kesal karena pintu itu masih dikunci dari luar.Tidak lama berselang, bunyi klik pun terdenga
"I love you, and I want you to be mine." kata Clara penuh dengan rasa percaya diri.Apakah ia tidak merasa gugup saat mengatakannya?Tentu saja iya, la memang merasa gugup. Dadanya terasa penuh dan berdebar kencang. Namun, Clara mengeraskan hati.Sudah kepalang maju,gengsi rasanya jika ia mundur saat ini.Jika sudah memulai, maka selesaikan. Begitu prinsip gadis itu.Clara dapat merasakan tubuh Bima semakin tegang mendengar pengakuan darinya barusan.Lelaki itu seakan sedang berusaha untuk tidak terpengaruh dengan ciuman Clara, juga dengan kata katanya. Namun, ia Bima juga tidak mampu menampik, di saat yang sama lelaki itu juga ingin melepaskan semua pertahanan diri yang susah payah ia pertahankan.Dobrakan palu godaan dari Clara terlalu besar dan kuat bagi seorang pria normal seperti Bima. Dirinya bukan malaikat. Dan penggoda di hadapannya ini begitu gencar ingin membuatnya takluk.Bagaimana pun juga Bima adalah seorang
Clara masih merasa kesal ketika ia tiba di sekolah.Lagi panas panasnya, tiba tiba sikap Bima kembali dingin membeku seperti tumpukan es batu di puncak gunung salju!Selama perjalanan tadi, Clara memilih untuk duduk di jog belakang. Di bangku penumpang.Duduk di samping Bima hanya membuat dirinya semakin sakit. Membuat dirinya ingat kembali momen memalukan tadi.Clara sangat yakin bahwa Bima juga benar benar terhanyut dalam ciuman dan gairah yang sama sama mereka rasakan.Tapi kenapa?Mengapa lelaki itu bersikap seolah hanya Clara yang keganjenan dan kegatelan?"lihhhh... Sebel sebel sebeeeellII!" Jerit Clara di dalam hati, namun gerakan kesalnya terbawa nyata dan dapat dilihat semua orang yang berada di sekitarnya.Teman teman sekelasnya melirik heran pada gadis itu. Renata tiba saat Clara mulai merebahkan kepalanya di atas meja dengan pasrah. Dan gadis itu kembali menghentakkan tubuhnya dengan kesal.
Jam pulang sekolah tiba. Dan sesuai dengan instruksi Renata, Clara mengirimkan pesan pada Bima bahwa dirinya akan mengikuti rapat OSIS sampai sore nanti.Padahal sebenarnya, walaupun siang itu memang ada rapat OSIS, namun Clara sama sekali tidak berniat untuk mengikuti nya.Apalagi setelah insiden jam istirahat tadi. Pasti akan terasa janggal dan tidak nyaman berada dalam ruangan yang sama dengan Fenny. Di sekretaris OSIS.Setelah beberapa menit, masih tidak ada balasan dari Bima. Clara menatap Renata untuk menanyakan pendapatnya."Gak dibalas." ucap Clara pada Renata yang sedang asik membaca sebuah novel berlambang 21 di salah satu sudut.Fiuuhh. Tidak usah heran kenapa Renata pro sekali urusan hubungan dewasa. Hobinya saja baca novel dan nonton film dewasa.Gadis itu sudah khatam dengan segala macam teori.Tapi, sejauh ini Clara percaya saat Renata mengatakan bahwa gadis itu masih perawan. Mau diserahkan untu Reno kata