Share

Story 8

Clara berusaha mati matian untuk menenangkan debaran jantungnya yang menggila.

"Ih, kenapa sih juga jantung gue harus berdisco kaya gini? Bukan urusan dia juga kalau gue mau keluar sama siapa!" gerutu gadis itu dengan kesal. Sayangnya, gerutu an itu hanya mampu diucapkannya di dalam hati.

Nyatanya, di depan Bima yang terlihat sangat marah saat ini, Clara hanya mampu terdiam kaku. Ia menggigit bibir bawah dengan kuat tanpa sadar.

Bisa bisa bibirnya berdarah.

"Maaf kak..." Clara cukup terkejut saat tiba-tiba mendengar Revan mengambil alih pembicaraan. "Saya Revan, teman sekolahnya Clara." lanjut pemuda itu memperkenalkan diri.

Revan bahkan mengulurkan tangannya untuk bersalaman kini. Posisi tubuhnya sedikit membungkuk menghormati.

Namun sayang, Bima malah tampak tidak ingin menggubris. Alih alih menyambut tangan Revan, ia malah menatap pemuda itu dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan mata elangnya yang tajam dan mendominasi.

Mengesalkan bukan?

Padahal dia cuma seorang bodyguard di sini. Tapi lagaknya sudah seperti tuan rumah.

Untung saja Clara cinta. Kalau tidak, sudah dimakinya lelaki itu.

Gadis itu mengerut dengan bibir maju beberapa senti. Menggemaskan.

Bima melirik gadis itu sekilas. Lalu cepat cepat membuang pandangan.

Bibir manyun itu membuat Bima ingin melumatnya habis habisan. Membuat Clara kehabisan napas. Yang mungkin akan lebih panas dari pada apa yang terjadi di dalam mobil siang tadi.

Di sisi lain, Revan yang merasa diabaikan menjadi kikuk dan salah tingkah. Ia hampir saja menarik kembali uluran tangannya, namun Bima sudah menjabatnya sebelum itu terjadi.

"Saya mau mengajak Clara keluar, Kak. Apakah boleh? Ada beberapa hal yang perlu kami bahas tentang even mendatang di sekolah kami." kata Revan dengan aturan bahasa yang sangat bagus.

Bahasa Revan yang lugas dan sopan memang tidak pernah gagal menawan hati siapa pun. Pemuda itu menyadarinya, dan semakin mengasah kemampuannya tersebut.

Tapi sayangnya, kemampuan yang dimiliki Revan tersebut sama sekali tidak berpengaruh pada Bima. Sang bodyguard yang disangka Revan adalah kakaknya Clara itu tetap memandang tajam ke arah dirinya.

"Kenapa sih lo harus minta izin? Dia bukan wali gue ." ketus Clara sambil menarik tangan Revan untuk segera keluar dari sana.

Revan terkejut. "Eh... Aku pikir... Bukannya ini ka--"

"Bukan! Dia bodyguard gue." Potong Clara cepat.

"Lagian," lanjut Clara ke arah Bima, "ngapain juga kamu larang larang saya mau keluar sama siapa. Udah. urus aja sana urusan kamu sendiri!" bentak gadis itu kesal.

"Ingat, saya adalah nona di rumah ini." Clara menekankan posisinya dengan mata melotot ke arah lelaki itu.

Bayangan Bima bersama wanita lain seperti yang diceritakan Renata tadi sontak saja membuatnya semakin marah.

Biasanya Clara tidak pernah mau menunjukkan posisinya sebagai nona besar dari keluarga terpandang. Dan ia juga bersikap sangat sopan pada para pelayan.

Walau sering membuat orang tua sakit kepala karena kelakuannya selama ini yang suka berpesta, namun Clara termasuk sosok yang dicintai para pekerja di rumahnya.

Namun, kali ini beda. Bima sudah membuat gadis itu marah dan sakit hati. semua itu karena perasaan yang dengan lancang tumbuh di hatinya.

Karena itu kah Bima semakin besar kepala? geram Clara di dalam hati.

Berani beraninya Bima melarangnya keluar sama lelaki lain, sedangkan dia sendiri dengan gampangnya bermesra mesra ria dengan wanita lain!

Bima menatap Clara tajam dengan rahang yang semakin mengeras. Kata-kata Clara barusan seakan menyentaknya untuk menyadari siapa dirinya. Sialnya, ia memang hanya sekedar pesuruh di dalam keluarga gadis itu.

"Karena itu lah saya bertanya pada Anda, NONA." Bima sengaja memberi tekanan pada kata 'nona' itu. Jika saya adalah kakak atau papa Anda, saat ini Anda sudah saya tarik masuk ke dalam kamar, lalu mengunci Anda di dalam sana."

Hati Clara menciut mendengar suara Bima yang dingin. Seakan mampu membekukannya hingga ke tulang sumsum. Namun, demi gengsi, di tahannya rasa takut itu.

"Revan udah jelasin kan sama kamu. Ada yang harus kami bahas bersama. Penting!" lanjut gadis itu masih dengan nada keras. Padahal ia sendiri tidak yakin sepenting apa pembahasan yang akan disampaikan Revan padanya.

Tapi biar saja lah. Namanya juga membela diri.

"Urusan anak muda. Orang tua sih mana ngerti!" ketus gadis itu lagi.

Setelah mengatakan itu, Clara kembali menggandeng tangan Revan untuk keluar. Ia membalikkan tubuh dan tidak lagi ingin peduli dengan ekspresi seram yang menghiasi wajah Bima.

Pasangan muda mudi berusia remaja itu masuk ke dalam mobil milik Revan-- atau lebih tepatnya adalah mobil orang tua Revan-- dan melaju keluar dari pekarangan rumah megah itu.

Begitu mobil tersebut menghilang dari pandangan mata Bima yang saat ini menatap kepergian mereka dari serambi rumah, seorang pengawal yang tadi diminta Bima untuk menggantikan dirinya mengawal Clara datang menghampiri.

"Bagaimana ini, Pak? Tidak disusul? Bisa gawat kalo tuan Reno dan kedua orang tua mereka tahu." lelaki itu terlihat khawatir.

Bima menatap tenang ke arah lelaki yang mengenakan seragam yang sama dengannya itu. Setelan jas dan celana hitam yang rapi. Anggotanya dalam menjalankan keamanan keluarga ini.

"Tenang saja. Tolong siapkan mobil, saya akan menyusul." perintah Bima pada sang anggota.

"Tapi mereka sudah keburu hilang dari pandangan. Pak." sahut lelaki itu lagi bingung.

"Saya sudah memasang pelacak di ponsel Clara." sahut Bima tenang. Tidak ada yang tahu bagaimana sebenarnya perasaan lelaki itu saat ini.

Kepergian Clara dengan pemuda bau kencur itu. sejujurnya membuat hati Bima panas. Darahnya mendidih hingga rasanya ingin melayangkan kepalan tangannya ke wajah pemuda yang sama sekali tidak bersalah itu.

Otaknya semakin kacau saja selama menjadi bodyguard sang nona muda.

Sialnya. Bima sangat sadar bahwa dirinya cemburu!

Perasaan yang tidak seharusnya tumbuh di dalam hatinya.

Tapi... mau dikata apa? Sudah terlanjur. Mau protes pun, harus pada siapa?

Bukan kah hati adalah bagian paling bebas di dalam diri seorang manusia? Termasuk pada Bima dan Clara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status