Share

Story 9

Author: Gavriel
last update Last Updated: 2024-03-31 20:34:47

Keesokan harinya, Noah benar benar mengurus perihal pernikahan mereka berdua. Tidak perlu acara yang mewah, Noah dan Valerie kini sudah sah menjadi suami istri di mata hukum.

"Aku tidak percaya kalau aku akan menjadi istri orang lain," gumam Valerie ketika berada di mobil.

Noah yang mendengarnya tidak berkomentar.

"Tunggu sebentar Noah!"

Noah langsung menghentikan mobilnya.

"Ada apa?"

"Aku ingin makan itu, boleh kan?"

Noah melihat restoran cepat saji yang mereka lewati. Tanpa menunggu lama, Noah langsung memutar stir dan mengarahkan ke area drivethru.

"Jangan pesan terlalu banyak. Makanan cepat saji tidak baik untuk bayimu," kata Noah.

"Iya iya." Namun tetap saja Valerie memesan makanan cepat saji itu cukup banyak.

Dia memakan di mobil dan menjatuhkan beberapa remahan di mobil Noah.

Noah hanya meliriknya, tapi Valerie tahu jika lelaki itu tidak senang dengan sikapnya saat ini.

"Aku akan membersihkannya, aku janji," kata Valerie.

"Oh ya kemarin kamu keluar kota ngapain?"

"Ada sedikit urusan."

"Lain kali, kalau kamu pergi keluar kota, bisakah bilang padaku?"

Noah diam.

"Bisa kan, Noah?

"Aku takut di rumah sendirian. Rumah yang kita tinggali, seperti ada yang mengawasi."

"Kamu takut bukan karena rumah itu rumah tua, kan?"

Valerie merasa jika pertanyaan Noah menohok ulu hatinya.

"Tentu saja bukan! Kamu pikir aku perempuan seperti apa?

Noah tentu tahu seperti apa perubahan hidup Valerie. Perempuan yang bahkan belum pernah ditinggal sendirian itu mana mungkin bisa betah berada di rumah sederhana miliknya.

"Mulai hari ini, kamu harus memasak untukku," kata Noah.

"Aku? Memasak?"

"Kamu bisa belajar."

Entah sampai kapan Valerie bisa memasak, tapi Noah harus melatih Valerie mandiri mulai hari ini.

"Baiklah, karena kamu sudah bekerja aku akan memasak. Tapi, kalau aku bekerja, aku tidak perlu memasak ya."

Noah mengangguk.

Tak lama kemudian mereka berdua sudah sampai di rumah Noah.

"Masuklah, aku akan pergi ke kantor."

Valerie turun kemudian melambaikan tangannya pada Noah. Setelah bayangan mobil Noah pergi, dia pun masuk ke rumah.

Di dalam kulkas tidak ada bahan yang bisa di masak. Jadi Valerie memutuskan untuk pergi ke swalayan untuk berbelanja sedikit bahan.

Namun ketika dia berada di swalayan, Raya sahabatnya menelponnya dan ingin mengajaknya bertemu.

"Aku sedang di swalayan dekat kota. Apa kamu mau ke sini Ray, dekat sini ada kafe," kata Valerie.

"Oke, aku juga sedang keluar kantor. Aku akan ke sana sekarang."

Mereka pun bertemu di kafe dekat swalayan. Raya yang sedang keluar kantor memanfaatkan waktunya untuk menemui Valerie yang sempat menghilang tanpa kabar.

"Lalu sekarang kamu bagaimana? Kamu akhirnya menikah dengan Noah?"

Valerie mengangguk. "Tapi rahasiakan ini dulu."

"Kenapa? Bukankah bagus kalau orang orang tahu."

"Noah melarang ku mengatakan ini. Lagi pula, aku sedang hamil."

Mata Raya membulat karena terkejut.

"Kamu serius! Hamil anak Noah!"

Valerie mengangguk pasrah.

"Tapi, kehidupanmu sebelumnya seperti tuan putri. Apakah kamu bisa hidup dengan Noah, laki-laki pas-pasan itu, Valerie?"

"Aku akan bekerja, karena tidak mungkin mengandalkan Noah sendirian."

Mata Raya berbinar cerah. "Aku ada pekerjaan untukmu, apa kamu mau, Valerie?"

"Pekerjaan? Untukku? Tentu saja aku mau!"

"Kalau begitu besok datanglah ke kantorku. Aku akan mengenalkan mu pada seseorang. Dia akan memberikanmu pekerjaan."

Valerie yang merasa jika ada angin segar datang ke hidupnya pun menjadi bersemangat.

"Baiklah! Aku akan ke kantormu besok!"

***

Pagi itu di meja makan sudah terdapat tudung saji untuk menutupi makanan. Noah yang melihatnya langsung menghampiri. Dia pikir Valerie sudah berhasil memasak sesuatu untuk hari ini.

"Apa dia sudah bisa memasak?" gumam Noah. Dia pun membuka tudung saji tersebut, tapi keningnya langsung mengerut ketika melihat hanya ada dua telur mata sapi di atas meja.

Suara pintu terdengar berderit dari kamar Valerie. Perempuan itu berjalan ke arah Noah dengan senyum yang terlihat bangga.

"Ini sarapan untuk kita?" tanya Noah.

Valerie mengangguk.

"Hanya ini?"

"Iya hanya ini. Aku akan bekerja hari ini Noah, jadi aku sepertinya akan sibuk," kata Valerie dengan jumawa.

"Begitu ya," gumam Noah. Mau tak mau dia pun duduk kemudian menyantap makanan yang sudah dimasak oleh Valerie. Meskipun hanya telur goreng, dia harus menghargai Valerie karena perempuan itu setidaknya mau memasak.

Ketika menelan makanannya, Noah merasa ada yang aneh dengan telur yang dia makan.

"Kamu masukkan apa ke dalam telur ini?" tanya Noah.

"Garam, memangnya apalagi."

"Kupikir bukan garam."

Noah menyisakan makanan di atas meja, lalu dia membawanya ke wastafel. Dia lalu pergi meninggalkan Valerie yang merasa tidak ada yang aneh dengan masakannya.

"Noah tunggu aku!" panggil Valerie. "Antar aku ya!"

"Masuklah," suruh Noah.

Valerie dengan riang masuk ke mobil Noah. Dia tidak sabar untuk segera bekerja dengan teman Raya.

Dalam pikiran Valerie saat ini, dia tak mau membuat Noah bekerja sendirian. Karena dia tahu bahwa gaji Noah pasti tak akan cukup untuk mereka berdua.

"Kamu yakin akan baik baik saja?" tanya Noah. "Kamu sedang hamil muda."

"Tak masalah, kata Raya pekerjaannya di dalam ruangan. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan."

"Memangnya aku memikirkan apa?"

Valerie langsung menutup mulutnya.

"Di depan sana Noah, aku akan berjalan dari sana."

Noah menghentikan mobilnya, kemudian dia menurunkan Valerie di sana.

Mobil Noah masih di tempat yang sama sampai Valerie menghilang dari matanya.

"Apa dia akan baik baik saja?" gumam Noah yang perasannya mulai tidak enak.

Valerie masuk ke dalam lobi sebuah perusahaan. Raya yang sudah sejak tadi menunggu di sana langsung menyambutnya.

"Ayo aku kenalkan dengan temanku," ajak Raya.

Valerie pun menurut, dia mengikuti Raya di belakangnya.

"Aku bilang pada temanku, kalau kamu adalah desainer yang andal."

"Jangan berkata seperti itu, itu kan sudah lama."

"Tapi bakat kan tetap sama, tidak seperti kakakmu."

Lift berhenti kemudian pintu terbuka. Raya membawa Valerie ke sebuah ruangan.

Tidak ada siapa siapa di sana.

"Aku tinggal ya."

Belum sempat Valerie bertanya, Raya sudah pergi meninggalkannya.

Valerie melihat ke sekelilingnya, sekarang dia bingung harus bagaimana karena tak ada seorang pun yang bisa dia tanya. Hingga sebuah pintu dibuka dari luar kemudian seorang lelaki tinggi dengan rahang yang tajam masuk ke ruangan.

"Kamu Valerie?" tanya lelaki itu sambil berjalan melewati Valerie. Dia kemudian duduk di kursi kemudian melihat sebuah dokumen yang ada di depannya.

"Raya yang sudah merekomendasikan kamu untuk menjadi asistenku," katanya.

Valerie sontak terkejut, karena dia pikir dia akan bekerja sebagai desainer. Bukan asisten seperti yang dikatakan oleh lelaki itu.

Lelaki itu mendongak menatap wajah Valerie yang sedang bingung.

"Bagaimana? Kamu tidak mau dengan posisi ini?"

"Saya mau!" sambar Valerie. Mau bagaimanapun, dia tetap membutuhkan pekerjaan ini. Mungkin untuk sementara dia akan menjadi asisten sampai dia bisa keluar sebelum perutnya membesar. Ya, seperti itu, pikir Valerie.

"Kamu belum menikah, kan? Akan repot kalau kamu sudah menikah."

Teringat dengan ucapan Noah beberapa waktu yang lalu, jika dia tidak boleh mempublish tentang pernikahan mereka sampai anak mereka lahir.

Entah apa alasannya, tapi Valerie setuju dan tahu jika Noah memiliki maksud lain yang baik untuk mereka berdua.

"Belum, saya belum menikah."

Lelaki itu tersenyum.

"Kalau begitu, kamu sudah mulai bekerja mulai besok. Sampai kantor jam delapan, sebelum aku datang kamu sudah harus ada di mejamu."

"Baik Pak," balas Valerie dengan semangat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • I Love Bodyguard   156

    Ponsel Kevin berdering, Julian mengambil ponselnya dari saku celana milik Kevin."... Ya?""Ini ponsel milik Kevin, kan?" tanya seorang perempuan di ujung telepon."Ya benar, tapi pemilik ponselnya pingsan. Kamu bisa menjemputnya ke sini karena aku tidak mau mengantarnya," kata Julian."Di mana dia? Beri aku alamatnya sekarang."Setelah meminta izin pada Emily, akhirnya Julian memberikan alamat tersebut kepada Karina."Sepertinya yang menelpon adalah kekasihnya," kata Julian usai menutup teleponnya."Biarkan saja dia begitu, kamu mau minum?" tanya Emily. "Oh ya, aku akan mengobati lukamu dulu."Emily membawa Julian masuk ke dalam.Sejak dia putus dengan Kevin, Emily tidak pernah membawa lelaki masuk ke apartemennya. Dan baru kali ini dia mengizinkan pria yang baru dia kenal untuk masuk ke sana.Emily pikir karena Julian adalah sepupu Noah, maka dari itu dia mengizinkannya untuk masuk.

  • I Love Bodyguard   Story 155

    Valerie mengajak Emily untuk makan malam di sebuah restoran mewah dengan pencahayaan lembut dan dekorasi yang elegan. Karena Emily adalah teman Noah, jadi tidak ada salahnya jika dia ingin membangun hubungan yang baik dengan Emily. Apalagi profesinya yang sangat berhubungan dengan pekerjaan Valerie."Maafkan aku, tapi dia memaksa untuk ikut," kata Noah menunjuk Julian dengan matanya."Tak apa-apa, lebih ramai lebih baik, kan?"Mereka berempat pun duduk di sebuah meja bulat yang sudah dipesan oleh Valerie sebelumnya.Julian yang berkarakter mudah akrab dengan orang baru pun tidak kesulitan ketika memulai obrolannya dengan Valerie."Untuk keberhasilan peragaan busana malam ini. Terima kasih karena telah bekerja keras," kata Valerie pada Emily.Emily tersenyum. "Aku hanya melakukan pekerjaanku, dan terima kasih sudah mempercayakannya kepadaku."Mereka berempat pun mulai mengobrol membicarakan masalah pekerjaan dan kehidupan

  • I Love Bodyguard   Story 154

    Valerie duduk di meja kerjanya, ia melihat-lihat desain terbaru untuk pertunjukkan busana yang akan datang.Pintu dibuka oleh sekertarisnya kemudian muncul seorang wanita tinggi yang cantik. Emily masuk dengan senyum yang menawan.Valerie menyambutnya dengan senyum yang ramah. Emily adalah model yang dikenalkan Noah kepadanya. Dia mengatakan bahwa Emily adalah seorang model yang berbakat dan profesional."Selamat datang, saya sangat senang karena Anda bisa bergabung dengan kami untuk pertunjukkan busana ini," kata Valerie.Emily tersenyum. "Mana mungkin saya bisa menolaknya ketika Valerie langsung yang memintanya," Emily terkekeh." Dia jarang meminta bantuan, jadi saya sangat senang bisa membantunya."Valerie menjabat tangan Emily. "Tapi tetap saja, saya ingin mengucapkan terima kasih." Apalagi saat melihat potongan video Emily ketika berada di atas panggung catwalk, dia langsung tertarik pada model tersebut saat pertama kali melihatnya.

  • I Love Bodyguard   Story 153

    "Julian!" teriak Isadora sangat senang saat melihat bayangan sepupunya itu muncul di ambang pintu rumahnya.Dia menghampiri Julian kemudian memeluk lelaki itu."Sekarang kenapa kamu agak berbeda?" tanya Isadora, dia memindai wajah Julian dengan serius."Kenapa? Apa aku bertambah tampan?"Isadora memukul lengan Julian, lelaki itu hanya meringis. Sepupunya itu mencari keberadaan Maxim, tapi siang itu suami Isadora tentu saja sedang bekerja tidak seperti dirinya. Yang keluyuran tidak jelas seperti sekarang."Tiga pria bodoh akhirnya dapat berkumpul lagi," kata Isadora dia mempersilakan Julian masuk."Siapa maksudmu? Havier, Maxim dan Noah?"Isadora mendecakkan lidahnya. "Anakku, jangan sampai kamu mirip dengan pamanmu ini ya. Mama tidak mau kamu mirip dengannya," kata Isadora sambil mengusap perutnya."Kamu tidak ingin punya anak?" tanya Isadora.Julian yang sedang mengambil apel tanpa sengaja menjatuhkan

  • I Love Bodyguard   Story 152

    Noah duduk dengan tidak tenang setelah dia menyuruh River untuk mengobati lukanya.Ada rasa bersalah yang mendalam saat dia tahu bahwa asisten pribadinya itu hampir terbunuh karena perintahnya.Hidup Zack di masa lalu sudah terlalu berat, dan kini dia harus bertemu dengan dirinya yang selalu memberikan tugas berbahaya kepada asistennya tersebut.Suara langkah mendekat, Noah melihat River berjalan ke arahnya."Bagaimana dengan keadaanmu." Noah mendongak, matanya tak bisa berbohong. Dia akan merasa bersalah jika terjadi apa-apa pada Zack."Saya baik-baik saja, Tuan."Hening."Apa ada hal yang menganggu pikiran Anda, Tuan?" River merasa jika Noah sedang memikirkan sesuatu.Noah mengangguk pelan."Aku ingin melepaskan Zack," kata Noah. River terkejut mendengar Noah berkata seperti itu."Apa karena Zack tidak melakukan tugasnya dengan baik? Itu murni bukan kesalahannya, Tuan. Kerjasama kami tidak...

  • I Love Bodyguard   Story 151

    PLAK!Irena menampar wajah Noah. Sontak lelaki itu memandang tajam wajah Irena."Jika bukan karena Felix, aku pasti sangat menderita waktu itu. Aku hamil anak Havier. Aku masih muda saat itu. Aku bisa apa saat ada seseorang yang memberikanku bantuan, meski dia meminta imbalan. Dia mengajakku bekerjasama untuk membalas perbuatan kalian.""Padahal kamu menyukainya, kan? Jangan menyalahkan orang lain atas perbuatanmu sendiri. Kalau saja kamu tidak menggoda Havier, kalau kamu tidak membuat nenekku marah, kamu tidak akan diusir dari rumah itu."Noah melewati Irena begitu saja.Sementara itu perasaan Irena bercampuraduk. Dia khawatir, takut dan juga merasa bersalah karena sudah melakukan hal itu di masa lalu."Tolong kembalikan Theo kepadaku, Noah. Aku sudah melakukan kesalahan karena sudah menyia-nyiakan anakku dengan Havier. Dan sekarang, aku ingin menebusnya.""Kamu bisa menebusnya di penjara nanti." Pintu pun ditutup. Hati

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status