Share

#7. Duka Yang Tertahan Untuk Ibu

Sore berganti malam. Panas berganti dingin. Matahari berganti rembulan. Aku berdiri dengan tubuhku di depan jendela yang ku-sengaja buka untuk meratapi gemintang dari ketinggian lantai 3. Ku-pikir aku membutuhkan waktu lama untuk menjalankan kesembuhan. Ternyata, aku hanya harus makan dan beristirahat dengan cukup. Aku tidak divonis memiliki luka yang berat. Dua kaki yang kupikir akan dibalut bidai, memakai tongkat, atau paling parahnya duduk di atas kursi roda karena patahnya tulang dan beradanya alat pen untuk menyambungkan yang rusak. Tidak, bahkan kepalaku baik-baik saja. Tidak ada perban yang rumit. Di atas ranjang, aku hanya ditusuk selang infus.

5 menit yang lalu Orick baru saja mengabariku bahwa dia akan datang esok pagi. Kalau malam ini, dia harus mengerjakan tugas power point untuk presentasi di kelas. Dan tidak hanya Orick, melainkan Kamala mengirimkan pesan satu konteks yang sama. Aku jelas mengiyakan. Toh, aku tahu mereka punya kesibukan masing-masing. Mungkin minggu depan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status