Part 8
POV ROSA 2"Hai Mas? Aku sekarang bekerja di kantor yang sama denganmu. Kamu senangkan aku bisa bekerja bareng kamu, Mas?" ujarku sambil tersenyum genit pada Mas Faisal."Iya, aku senang kamu bekerja disini bareng aku. Tapi, bagaimana kalau nanti Dira tahu yang sebenarnya tentang kita?" ujar Mas Faisal ketakutan, aku hanya tersenyum melihat wajah ekspresi pacarku ini. "Tenang Mas, Mbak Dira aku jamin tidak bakalan tahu kalau aku ada apa-apa sama kamu, lebih baik nanti sewaktu istirahat kita makan bareng saja yuk di kantin, aku mau kita mengenang masa-masa indah kita dulu dengan makan romantis, " kataku memeluk lengannya."Iya, siap. Sayang." jawab Mas Faisal sambil hormat. Aku terkekeh.Mas Faisal gampang sekali luluh, sama perempuan tergoda sedikit imannya langsung runtuh. Tapi aku sangat senang melihat kelakuan Mas Faisal yang manja padaku.Setelah berlama-lama bekera akhirnya, jam istirahatPOV ROSA 3"Mas akhirnya kamu datang juga, kamu dari kemaren kemana saja? Aku butuh kamu, kamu malah menghilang selama seminggu ini,'' ucapku mengintograsi dengan nada sangat kesal."Maafkan Mas, Rosa. Bukan bermaksud Mas tidak memberi kabar padamu, mas tidak mau Dira curiga dengan hubungan Kita saja,'' ucap Mas Faisal sambil memegang pergelangan tanganku."Dira lagi, Dira lagi! Mas aku juga sama istri kamu kenapa kamu mentingin Mbak Dira terus. Sedangkan detik-detik aku melahirkan pun kamu tidak menemaniku, kamu tega sekali Mas. Biarin saja Mbak Dira tahu kamu masih cinta sama Mbak Dira, lantas aku apa? cuma pemuas nafsumu saja hah?" ucapku yang frustasi setelah mendengar ucapan Mas Faisal menyebut nama istri pertamanya itu"Sabar, Sayang. Nanti juga ada saatnya aku menceraikan Dira, kamu yang tenang jangan banyak pikiran. Kamu 'kan baru saja melahirkan, jangan setres terus yang terpenting aku ada disini bersamamu. Ya sudah sekarang mas m
Hari ini aku akan siap-siap pergi ke Rumah makanku karena ada pesanan dari Bapak Pratama dan aku sesegera mungkin menuju kesana untuk membantu para karyawanku menyiapkan pesanan yang akan dikirim ke PT Angkasa Group.Tapi Aku tidak melihat Mas Faisal kemana dia pergi tidak bilang sama sekali lagi, yasudahlah gak kenapa-napa aku pergi saja mungkin Mas Faisal pergi bersama gundiknya.Setelah sampai di tempat usahaku, ternyata semuanya sudah siap tinggal memasak. Bahan-bahannya sudah dibeli langsung oleh karyawanku dan kami bersiap-siap untuk segera memasak. Karyawanku yang lain memotong bahan sayuran, sedangkan ada chef handalku ia bagian yang memasak, aku cuma bantu-bantu saja apa kekurangannya.Setelah tiga jam berkutat di dapur, akhirnya selesai juga memasaknya tinggal membungkus dan langsung dikirimkan ke kantor PT Angkasa Group. Sesampainya di depan kantor PT Angkasa Group, aku lantas memberi tahu kepada Satpam jika aku ingin mengantarkan pesanan pada Pak Pratama ke dalam kantor.
menghampiri penjual somay tersebut dan langsung memesannya, setelah menunggu lama akhirnya somay sudah berada di hadapanku dan segera aku menikmatinya dengan sangat lahap.Akhirnya setelah selesai menikmati somay tersebut, aku langsung berlalu meninggalkan penjual dan aku lantas pulang menuju rumah.Di rumah aku melihat motor Mas Faisal, nampaknya suamiku sudah pulang. Entah kemana tadi perginya sampai-sampai mau menjelang waktu magrib pun ia baru pulang pulang ke rumah."Mas sudah pulang, dari mana saja Mas?" tanyaku mengintograsi suamiku, ia terlihat kaget melihat kedatanganku."Oh iya, dek. Mas baru pulang dari rumah teman, maaf pulangnya terlambat. Kamu juga habis dari mana kok baru pulang?" tanya Mas Faisal balik menatapku."Aku habis dari bidan Mas, biasa kontrol kandunganku," ucapku singkat membuang muka"Oyah terus gimana, apa kata bidannya sayang?" ucap suamiku dan aku langsung menjawab
Setelah pukul 02:20 WIB akhirnya aku bisa tertidur pulas dan aku tidur disamping Mas Faisal dengan membelakanginya. Aku terlelap dengan mimpi yang indah.Entah kenapa rasa-rasa kok ada yang maksa aku supaya bangun, ternyata Mas Faisal. Baru saja aku tidur sebentar sudah dibangunkan olehnya."Dek bangun, Mas lagi kepingin. kamu cepetan bangun, ayo!'' ucap Mas Faisal dengan penuh kenafsuan terus membangunkan aku yang sudah terlelap dengan nyengaknya."Aduh Mas males ah nanti saja, aku sudah ngantuk sekali baru saja tidur sudah dibangunkan lagi," jawabku kesal menolaknya. Bukannya aku tidak mau, tapi aku mengingat mas Faisal sudah pernah tidur dengan wanita lain rasanya aku tidak mau lagi, walau pun itu kewajibanku."Ayo lah Dek sekali ini saja, kita sudah lama tidak melakukannya," jawab suamiku memaksaku untuk segera melayani nya. Tapi aku sangat tak sudi melayaninya di ranjang."Tidak mau mas, aku cape malam ini, besok saja ya," ucapku d
"Yasudah Papa yang sabar mungkin ini sudah jalan yang dikehendaki Allah," ucapku menenangkan hati Papaku."Dir kalau boleh Papa minta, Papa ingin rujuk lagi dengan Mamamu, Papa jangan tidak akan mengulangi kesalahan seperti dulu Papa sebenarnya masih sayang sama Mama kamu" ucapan Papa membuat aku terkejut."Ehhmm ... Kalau masalah itu maaf Pah, tanyain langsung saja sama Mama mungkin Mama mau kembali lagi sama Papa?" jawabku ketika itu Papa terdiam menunduk kembali entah apa yang ada dipikiran Papa aku tidak menyangka Papa ingin rujuk kembali dengan Mama setelah Papa sudah tidak mempunyai apa-apa lagi."Oh iya Nak, kata tetangga apakah benar kamu sedang hamil cucu Papa?" ucap Papaku bertanya, aku langsung menganggukkan kepala"Iya Pah benar, aku sedang hamil usia empat bulan dan besok acaranya empat bulananku, Papa datang yaa," jawabku sopan, aku ingin Papa juga melihat acara syukuran besok."Iya Nak, pasti Papa datang. Kalau begitu Papa mau
"Ngapain kamu datang kesini hah? Mana wanita sialan itu kembalikan hartaku dasar anak iblis," ucap Papa bergitu murka kepada Rosa"Maksud Papa apa? Aku tidak mengerti apa yang Papa ucapkan, kenapa Papa bilang Rosa ini anak iblis. Papa tega sekali sama aku" jawab Rosa sambil menangis sepertinya Rosa belum tahu kalau Rosa bukan anak kandung Papa."Kamu manggil saya Papa, saya bukan Papa kandungmu, mana Ibumu kembalikan uang yang Ibumu curi dariku," jawab Papa dan Rosa terlihat sangat kaget mendengar ucapan yang dilontarkan Papa"Rosa tidak tahu dimana Ibu Pah, sudah lama sekali Rosa tidak bertemu Ibu," jawab Rosa sambil terisak menangis menatap papa."Omong kosong kamu, kamu 'kan anaknya masa tidak tahu ibumu dimana," ucap Papa dengan penuh amarah."Sudah Pah jangan emosi, banyak orang yang lihat. Papa yang tenang dan sabar ini masalah bisa dibicarakan dengan baik," ucap Mas Faisal pada Papa ia malah membela Rosa..&nbs
POV PratamaSaya Pratama Adijaya CEO PT Angkasa Gruop. Saya bekerja tidak mengenal waktu, pagi sampai sore saya terus bekerja malam baru bisa beristirahat. Saya sama sekali belum mempunyai kekasih.Sebenarnya saya punya kekasih tapi itu dulu, saya hanya pernah berpacaran dengan dua wanita yang pertama bernama Anita Prameswari dia wanita yang cantik dan sexy aku putus dengannya karena dia terlalu miminta dibelikan ini itu, bukan barang yang murah tapi ini sangat fantastis mahal sekali. Seperti tas branded, sepatu sampai bajupun branded semua.Setiap hari libur Anita selalu mengajakku kesalon kecantikan itu aku yang harus membayar. Aku berpikir uangku bisa hambis karena terlalu sering menghambur-hamburkan uang, bukannya tidak mau memberi uang kepada pacar tapi dia terlalu matre, gayanya saja bak sosialita bagaimana kalau Anita sudah menjadi istriku bisa bangkrut aku sekarang saja masih berpacaran sudah habis berpuluh-puluh milyar untuk Anita akhirnya aku putuskan dia.Yang ke dua ia bern
Hari ini Dira telah sampai di rumah Mama dan ia melihat Mas Faisal sepertinya ingin pergi, tampak sekali suaminya tengah terburu-buru akan meninggalkan rumah."Mas, kamu mau pergi kemana siang-siang begini?" tanyaku kepada Mas Faisal yang sedang terburu-buru."Maaf sayang, mas mau pergi keluar sebentar. Ada urusan penting yang harus mas kerjakan, mas pergi dulu ya. Kalau kamu mau pulang kabarin mas nanti biar Mas yang jemput kamu!" ucapnya hendak akan mencium pipiku. "Mas juga sudah meminta izin kepada Mama kamu.''Mas Faisal bicara sambil berlalu pergi meninggalkanku, padahal aku masih belum menjawab pertanyaan Mas Faisal, entah dia mau kemana? Apa aku ikutin saja ya.Aku mengikuti Mas Faisal menggunakan motor Papaku, sebenarnya ini bukan motor Papa ini motor teman Papa. Papa hanya meminjam dari temannya aku membuntuti nya dari belakang, supaya aku tahu kemana pergi nya mas Faisal sampai-sampai terlihat dari wajahnya ada raut kecemasan.Aku terus tancap gas, cukup jauh sekali sampai M