Bismillah
MINYAK KUYANG
#part_16
#by: R.D.Lestari.
Bertepatan dengan terangnya ruangan di kamar Emak, Diah melihat ...
Benda seperti tubuh tak berkepala. Awalnya ia mengira itu manekin yang sengaja Emak simpan di balik pintu.
Namun, ketika ia merunduk dan memperhatikan dengan seksama, melihat detail tubuh tanpa darah dengan bolongan tepat di tengah leher, saat itu pulalah ia mendengar bunyi sesuatu di luar rumah.
Pok-pok-pok!
Ssshhh-ssshh!
Tubuh Diah bergetar hebat dengan peluh yang mengucur deras. Sekuat tenaga ia bertahan agar dirinya tak jatuh pingsan di tempat.
Gadis itu berbalik dan berlari secepat kilat menuju kamarnya. Menutupi tubuh dan wajahnya dengan selimut.
Ia menggigil bukan karena kedinginan, tapi karena rasa takut yang merajai pikiran, hingga matanya susah terpejam.
Kletak!
Gadis itu memasang telinga lebar-lebar.
Tap-tap-tap!
Jantungnya berd
Bismillah MINYAK KUYANG#part_17#by: R.D.Lestari.Bibir Saras bergetar. Wajah Diana, istri tua suaminya itu amat mirip dengan makhluk menyeramkan yangmasuk ke kamarnya sebelum ia merasakan kantuk yang teramat sangat."Kenapa, Saras? kau ingat sesuatu?" Diana menyentuh bahu Saras, tapi detik kemudian Saras menampik tangan putih Diana."Mbak ... sebenarnya kamu ini apa? jujur Mbak...," lirih Saras. Wajahnya memancarkan rasa takut yang teramat sangat."Maksudmu apa, sih? aku ga ngerti loh," goda Diana. Ia merasa amat puas melihat Saras yang ketakutan. Sengaja malam itu ia membuat Saras sadar dan melihat wujud aslinya.Tanpa sadar Saras mengelus perutnya. Rata. Perut buncitnya sudah rata. Kemana bayinya?"Bayiku! di mana bayiku! Mbak! di mana bayiku!" raungnya. Saras seperti orang gila. Ia tampak frustasi. Perasaannya mendadak tak enak."Bayimu s
Bismillah Minyak Kuyang#part_18#by: R.D.Lestari."Aaaaa!"Tap-tap-tap!"Dilla, Kamu kenapa, Dek?"Diah yang datang berlarian dari arah dapur mengusap kepala Dilla yang saat itu masih berdiri di depan jendela sembari menyibak tirai.Dengan rasa penasaran, Diah ikut melihat ke arah luar. Dari kamar mereka yang berada di lantai dua, nampak jelas suasana di luar rumah yang remang dan hanya ditemani pendar cahaya bulan dan lampu jalan. Suasana sudah sepi meski baru memasuki pukul sepuluh malam."Dek, Kamu kenapa?"Diah kemudian berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya hingga mata mereka bisa saling bersitatap.Dilla terdiam, lalu menggeleng pelan."Ga ada apa-apa, Kak. Tadi, waktu buka jendela, tangan Dilla di gigit semut," ucapnya seraya menunjukkan punggung tangannya yang memerah."Alhamd
Bismillah Minyak Kuyang#part_19#by: R.D.Lestari.Diah meluruh di lantai. Perasaannya kian tak karuan. Ingin rasanya memperingatkan mamaknya untuk menghentikan perbuatan terkutuk yang sedang dijalani mamaknya.Biarlah, mereka hidup miskin seperti dulu, tapi hidup mereka tenang, tak seperti sekarang, penuh dengan ketakutan.Seperti dapat kekuatan baru, Diah bangkit dari duduknya, melangkah keluar kamar. Saat Ia keluar kamar Ia mendengar desis kesakitan dari dalam kamar.Klek!Dengan tangan gemetar, Diah menekan knop pintu, dan pintu akhirnya terbuka perlahan. Tangannya meraba mencari sakelar untuk menyalakan lampu di kamar mamaknya, sembari mengatur napasnya agar bisa kembali normal.Degupan jantungnya yang keras seolah jadi pertanda betapa Ia sangat ketakutan.Zzhhhzz!Di tengah kegelapan, indra pendengarannya seperti mendengar bunyi
Bismillah "Isteriku Kuyang " # part_1 # by: Ratna Dewi Lestari. Angin semilir membelai rambutku yang lebat, ku telusuri setiap jalan di Kota yang baru saja ku datangi. Ya, kota dengan hutan yang lebat dan masih sangat asri. Kalimantan. Bersama dengan sahabatku semasa kuliah dulu, aku mengadu nasib di Kota yang terkenal banyak cerita misteri di baliknya. Menurutku Kota ini tak seseram yang banyak orang ceritakan. Mungkin karena aku tinggal di daerah perkotaannya yang jauh dari hal mistis. Yang kutahu Kota ini menyimpan banyak wanita cantik dan mempesona, memanjakan mata para pria dengan kulit wajah dan tubuhnya yang putih berseri. Sambil menikmati keindahan Kota menggunakan vespa milik teman, ku tebarkan pesona dengan tersenyum manis ke setiap wanita yang berpapasan denganku. Ah, mereka rata-rata berwajah putih dan g
Bismillah "Isteriku Kuyang " #part_2 #by:Ratna Dewi Lestari. "Dek ... ini kenapa?" tanyaku hati-hati takut menyinggung perasaan istriku. "Apa, Bang?" Arini menatapku heran. "Ini, Dek," ucapku seraya menunjuk bekas luka di lehernya. Ia pun mengernyitkan dahinya. "Oh, ini, ini bekas luka kena tali layangan sewaktu kecil, Bang, cukup berbekas karena lumayan dalam lukanya. Beruntung aku selamat," jawab Arini lirih meraba bekas lukanya. "Ooo, ya la, Dek, biarin la bekas luka itu. Sekarang kita lanjutkan urusan yang tertunda!" ajakku dengan mendekatkan wajahku ke wajahnya yang bersemu merah. Malam pertama harus berjalan lancar. Aku tak mau kehilangan momen berharga. *** Pagi ini Arini nampak semakin cantik. Ia begitu sigap menyiapkan keperluanku dan dirin
Bismillah "Istriku Kuyang" # part_3 #by: Ratna Dewi Lestari. Bulu kudukku seketika merinding, kutatap toilet yang berjarak sekitar lima puluh meter dari tempatku berdiri. Suasana malam yang gelap, hanya ada lampu lima watt di belakang dan toilet. Ingin rasanya aku pipis di tempat saja. Rasa takut kian menyergap. Aku belum terbiasa berada di tempat sesunyi ini. Apalagi di sekitar tumbuh pohon-pohon tinggi menjulang. Kelebatan kelelawar malam seolah menambah suasana mencekam. Angin malam yang dingin membuatku bertambah enggan beranjak dari tempatku berdiri. Beruntung malam ini bulan bersinar amat terang. Cahayanya berpendar sangat indah. Ku beranikan diri melangkah dengan melipat tangan di dada. Dingin. Sambil mataku menatap sekeliling. Krekkkkk! Dengan segera kubuka pintu toilet. Sudah sangat sesak. Da
Bismillah "Istriku Kuyang" #part_4 # by: Ratna Dewi Lestari. "Bang, Abang!" suara Arini terdengar nyaring di telingaku. Kurasa tetesan air jatuh di pipiku. Perlahan kubuka mataku, samar-samar kulihat Arini sedang terduduk mendekap tubuhku. Ia kemudian mengangkat kepala dan menatapku dengan pipi yang sudah basah. Mata nya bengkak. "Abang--Abang Yusuf tak apa-apa, kan?" isaknya. Tangannya yang terasa dingin mengusap pipiku lembut. "Abang, ga kenapa-kenapa, Dek," ucapku berbohong. Masih teringat jelas sosok menyeramkan yang menatapku tajam di balik jendela. Sosok bermuka keriput dengan rambut acak-acakan, menyeringai seperti ingin menyantapku. Lidahnya panjang terkilir keluar. Benar-benar menakutkan. "Abang kenapa bisa di sini?" tanya Arini khawatir. "Mungkin Abang ngelindur, Dek," ucapku sek
Bismillah "Istriku Kuyang" #part_5 #by: Ratna Dewi Lestari. Krekkkkk! "Ah, sial pintu bergerak!" pikirku kalut. Arini dan ibunya serentak menatap ke arahku.Beruntung aku sempat menyembunyikan diri di balik pintu. Merekapun melanjutkan kembali memakan seonggok daging berdarah sambil bercakap-cakap. Dag-dig-dug! Sumpah jantungku rasanya mau copot. Sungguh menjijikkan tingkah laku Arini dan ibunya. Sebenarnya siapa mereka? Perlahan akupun beranjak dari lantai dan kembali ke peraduan. Berpura-pura tidur kembali. Krekkkkkk! Drap-drap-drap! Perlahan kudengar suara kaki Arini memasuki kamar. Jantungku rasa mau copot ketika ia merebahkan tubuhnya di sampingku. Bau anyir menyeruak dari tubuh indahnya. Sekuat mata ku paksa mataku untuk ter