"Tunggu dulu, aku yakin ini hanya sebuah kesalahpahaman saja ... Aku tidak pernah berniat untuk mencuri jurus yang kalian miliki ... " Abinawa berusaha untuk memberikan penjelasan kepada Kara dan Candra.Kara seakan tidak peduli dengan penjelasan yang di berikan oleh Abinawa. Dia terus menggempur Abinawa dengan serangan bertubi-tubi, seakan tidak memberikan ruang dan titik jeda pada Abinawa untuk menarik nafas.Namun, di luar dugaan Kara, Abinawa masih dapat dengan cukup baik dan sigap menghindari dan menangkis setiap serangan yang di buat oleh Kara. Hal itu tentu semakin membuat Kara naik pitam dan merasa di permalukan di hadapan Candra. Candra mungkin boleh meremehkan dia, tetapi tidak untuk orang lain."Kau pikir dengan terus menghindar, aku akan memberimu maaf, tidak sama sekali ... " Ucap Kara yang setengah emosi. Kara terus menggempur Abinawa. Bahkan Kara tidak segan menggunakan hawa pembunuh untuk menekan pergerakan dari Abinawa. Abinawa yang merasakan hawa pembunuh milik Kar
Sayembara Pendekar Muda tanpa terasa sudah akan di mulai. Semua pendekar muda yang akan berpartisipasi sudah bersiap, banyak pula pendekar yang datang hanya sekedar untuk menyaksikan generasi muda unjuk kebolehan atau mereka datang le Kota Bandar Agung untuk bertaruh dengan jagoannya masing-masing.Sayembara Pendekar Muda juga menjadi berkah bagi penduduk, karena semakin ramainya Kota Bandar Agung, maka semakin banyak pula barang-barang yang mampu mereka jual nantinya.Beberapa kereta kuda mewah sudah berjejer rapi di depan Stadium di adakannya Sayembara Pendekar Muda yang menunjukkan identitas dari pemilik kereta kuda itu berasal dari sekte besar atau paling tidak sekte menengah."Nawa, aku yakin kau memiliki kemampuan ... Jadi bertarunglah dengan baik, jangan takut dengan mereka yang berasal dari sekte besar." Tuk Hawi berpesan kepada Abinawa dalam perjalanan mereka memasuki stadium.Mereka yang bukan bagian dari peserta Sayembara Pendekar Muda di wajibkan untuk membayar 5 keping em
Stadium sudah terisi penuh, sorak soraya menggema memenuhi seluruh stadium. Penonton datang dari berbagai kalangan, entah kalangan pendekar, pedagang/Saudagar, Bangsawan, dan rakyat biasa. Mereka semua tentu datang dengan tujuan yang sama, yaitu untuk menyaksikan bibit unggul aliran putih dan netral unjuk kebolehan dan kekuatan.Dewangga berjalan ke depan dan berdiri dengan tegap di depan semua penonton. Kharisma dan wibawa terpencar jelas dalam diri Dewangga.Dewangga tersenyum lebar saat saat menyaksikan banyak pendekar berbakat yang berasal dari aliran putih dan aliran netral."Dia akan Dewangga, Giok Angin itu .... Dia sungguh memiliki kharismatik luar biasa.""Ternyata kekuatan yang di miliki oleh senior Dewangga bukanlah bualan semata ... Aku dapat merasakan luapan kekuatan dari dalam tubuhnya itu." Semua yang berada di dalam stadium mulai memuji kehebatan dan kekuatan yang terpancarkan dari dalam tubuh Dewangga, seakan menghipnotis setiap penonton untuk beberapa saat.Sepint
Seluruh Stadium langsung bergemuruh, mereka jelas menyambut baik pertandingan pembuka yang menyajikan salah satu kandidat juara Sayembara Pendekar Muda.Dua orang pemuda langsung melompat masuk ke dalam arena Sayembara. Kara dengan pedang di punggungnya dan memancarkan aura ksatria, hingga membuat banyak mata terhipnotis untuk beberapa saat.Sementara lawannya, Danusa adalah seorang pendekar yang berasal dari sekte kecil yang memiliki kepiawaian menggunakan senjata jenis pedang, sama halnya dengan Kara. Pertarungan sesama pengguna pedang biasanya akan menyajikan pertarungan yang menarik."Pertandingan sesama pengguna pedang, ini akan sangat menarik... " Abinawa bergumam pelan. Dia yang sudah melihat bagaimana cara bertarung dan permainan pedang Kara, tentu mengunggulkan Kara menjadi pemenangnya, akan tetapi Abinawa tentu tidak menganggap kemampuan Danusa rendah.Sementara itu, di arena pertandingan. Dua orang itu sudah bersiap dengan kuda-kudanya.Wisnu Aji kembali menjelaskan sedikit
Seorang pemuda langsung melompat ke atas arena Sayembara Pendekar Muda. Aura khas pendekar langsung terpancar dari dalam tubuhnya, serta senyum percaya diri tampak menghiasi bibirnya."Aku Abinawa, siap untuk bertanding dan menjadi Jawara ... " Sementara itu, sosok pria muda yang berusia tidak jauh berbeda dari Abinawa memasuki arena dengan santai dan senyum arogan."Aku Anbi dari Sekte Bangau Putih, sekte menengah yang akan menjadi sekte besar dalam beberapa tahun ke depan ... " Pria bernama Anbi itu memperkenalkan dirinya dengan arogan.Abinawa yang mendengar hal itu, tentu hanya tersenyum tipis. Dia sekarang menyadari jika banyak generasi muda memiliki sifat arogan dan sombong, serta haus akan pujian.Senyum simpul terlukis di wajah Abinawa, dia tentu tidak ingin terlalu banyak berbincang. Abinawa langsung bersiap dengan kuda-kuda tarungnya, serta pedang di genggaman tangan kanannya.Tepat setelah pertandingan di nyatakan di mulai, sosok pria bernama Anbi itu langsung melesat cepa
Stadium langsung bergemuruh saat Anbi terlempar keluar dari arena Sayembara. Semua penonton tentu tidak pernah sekalipun menebak dan menduga jika Anbi harus tersingkir dari Sayembara Pendekar Muda dengan cara seperti ini. Selain itu, tidak sedikit yang memuji kecerdikan dari Abinawa untuk memenangkan pertandingan.Sementara itu, Abinawa yang sudah di nyatakan pemenang dalam pertandingan pertamanya langsung bergegas menuju meja taruhan. Dia tentu ingin segera mendapatkan uangnya kembali, serta koin emas tambahan hasil taruhannya."Sekali tiga uang, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui ... " Abinawa tertawa renyah saat mendapatkan hasil taruhannya.Dia dengan cepat langsung menyimpan semua uangnya di balik jubahnya, agar tidak terlihat banyak orang yant akan menimbulkan keributan dan kekecauan.Setelah itu, Abinawa dengan cepat kembali ke bangku penonton. Dia kembali memilih menyaksikan pertandingan kembali, menemani Tuk Hawi yang terlihat sumringah dan sangat bersemangat."Luar bia
Abinawa yang melihat Batari Ambar melompat ke atas panggung, tentu langsung bersemangat. Biarpun baru bertemu satu kali, baginya Batari Ambar sudah di anggap sahabatnya.Sepanjang berlangsungnya pertandingan, Abinawa terlihat begitu serius mengamati jalannya pertandingan. Dalam beberapa menit saja, Abinawa sudah mampu membaca arah dari pertandingan itu."Ambar hanya perlu mendapatkan kepercayaan dirinya, jika kekuatan dia jauh lebih unggul dari pria berambut merah itu. Jika yang aku lihat, Ambar akan mampu keluar sebagai pemenang.Namun, dia akan menjalani pertandingan yang sulit di babak selanjutnya jika dia masih belum mendapatkan kepercayaan diri sepenuhnya.***"Apa yang ingin kau buktikan? Kau tidak akan pernah mampu mengalahkan diriku, bahkan jika dunia hancur lebur sekalipun." Pria berambut merah itu berucap dengan sesumbar. Batari Ambar hanya tersenyum, dia tentu sadar sulit untuk menjelaskan kepada seekor monyet jika apel lebih nikmat dari pada pisang, begitu pula saat ini,
Abinawa langsung membalikan tubuhnya saat seseorang memanggil dirinya, serta suara itu terasa sangat familiar di telinga."Kau rupanya, beban Sekte Api dan Angin." Kata Abinawa dengan pelan.Pemuda yang menyebut Abinawa dengan panggilan sampah tidak lain adalah Arga, jenius dari Sekte Api dan Angin."Ah rupanya kau, Arga. Ku lihat perkembangan ilmu kanuraganmu sedikit melambat? Apa itu karena keangkuhanmu, sehingga membuat potensimu tertutup?" Arga yang mendengar hal itu, tentu membuat emosinya naik signifikan, kepalanya terasa mendidih."Gandrik!!! Berani sekali kau sekarang sampah, apa kau tidak ingat bagaimana kau ku buat terluka parah kala itu." Abinawa tertawa mendengar ancaman dari Arga, dia merasa Arga terlalu bodoh untuk di sebut jenius dari salah satu sekte tersohor di negeri ini."Apa kau tidak pernah menggunakan otakmu itu, sehingga sekarang ketika hendak kau gunakan, otak itu sudah menjadi usang dan rusak? Ayolah berpikir logis, aku sekarang sudah memiliki kekuatan dan k