Share

7. Kian akrab

Hentakan suara sepatu pentople beradu dengan lantai menggema dikoridor kelas 12, keadaan terlihat sepi karena bel sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, seorang gadis meraup wajahnya yang penuh keringat karena untuk pertama kalinya ia terlambat seperti ini walau hanya 3 menit saja.

Sesampainya dikelas 12 OTKP 2 ia langsung mengetuk pintu membuat suara gemuruh dari kelas mendadak tak ada suara, namun setelah si gadis membuka pintu dan masuk suara gemuruh kembali bahkan lebih keras.

"KIRAIN BU YASH BI!" Teriak Bayu dari belakang.

Tak memperdulikan teriakan teman-temannya, Bintang melangkah menuju tempat duduknya dibagian belakang. Sambil menunggu bu Yashinta masuk ia mengeluarkan earphone dari tasnya kemudian menyumpal telinganya dengan itu.

Baru beberapa putar lagu kelas mendadak hening, Bintang yang asik memejamkan mata langsung membuka matanya karena ia pikir Bu Yash sudah datang, namun yang ada didepan kelas adalah pengurus OSIS. Sontak ia melirik para sahabatnya yang sudah menampilkan raut tak suka, apalagi Anggun yang terlihat masih dendam mengenai tragedi sepatu beberapa hari lalu.

"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh," salam sang ketua OSIS yang tak lain adalah Yasa.

"waalaikumsalam," jawab siswa kelas Bintang dengan malas.

"Maaf sebelumnya menganggu kalian di pagi hari ini," ujar Yasa kembali dengan nada tegasnya.

"ganggu banget malah!" Seru Syami yang mendapat tendangan kursinya dari Aryani yang duduk tepat dibelakangnya.

"Diem!" bentak Revo yang malah dibalas tepuk tangan dari Lili, sontak Revo mempertajam penglihatannya pada Lili. Namun yang ia dapat malah tepuk tangan dari semua anak anak kelas OTKP 2, bahkan Bintang pun ikut bertepuk tangan dengan tatapan sinis pada Revo.

"Kalian kalo bertamu mohon yang sopan ya!" ujar Gani dengan santai namun mampu memancing emosi anak OSIS.

"Lo-" belum sempat Annisa membalas, Yasa sudah lebih dulu meminta maaf agar tujuannya segera selesai.

"kami disini hanya ingin melakukan kegiatan rutin hari Jum'at, untuk mengefektifkan waktu mohon pengurus OSIS segera melaksanakan tugasnya!"

Tak lama Annisa dan Revo berjalan ke aras siswa siswi untuk mengambil uang amal dari kelas Bintang. Tak ingin banyak berdebat siswa siswi kelas Bintang melakukannya dengan tertib agar anak OSIS segera keluar.

Setelah selesai Yasa dan kedua temannya segera keluar, ketika hendak membuka pintu, Yasa melirik ke arah belakang dimana Bintang duduk dengan tenang sambil memakai kembali earphonenya.

Segera ia melangkah keluar kelas dan melanjutkan kegiatannya hingga ke kelas lain. Bintang sadar ketika Yasa meliriknya, namun ia acuh karena merasa tak penting.

"eh guys udah denger info belum?" tanya Ranti sambil menggulir ponsel ditangannya.

"Info apaan?" Tanya Lili sambil mengoles kuteks merah cerahnya pada kukunya.

"itu loh yang anak baru SMA pancasila, yang sering barengan sama Bibi it-" belum sempat selesai berbicara, Bintang menyelanya.

"Darga," sela Bintang sambil mendengar musik dari earphone yang ia pasang sebelah.

"huhu yang lagi deket mah beda," Ujar Aryani disertai senyum menggodanya. Sontak para sahabatnya ber cie-cie ria menggoda Bintang. Namun hanya balasan delikan dari Bintang yang mereka dapat.

"au ah Bibi mah ga seru!" balas Syami.

"lanjut Ran!" titah Anggun.

"oh iya, tadi sampe mana? Oh nah itu Darga jatoh dari motor, kalo ga salah sih hampir tabrakan sama si ketos geblek," jelas Ranti.

"Hah?"

"tau dari mana?" tanya Bintang dengan raut wajah kaget.

"nih dari grup sekolah," balas Ranti sambil menyimpan hp nya di saku.

"Eh Bibi khawatir nih kayanya! Liat, liat!" pekik Syami sambil menggoda.

"Apaan sih!" sentak Bintang sambil kembali fokus dengan musiknya. Tidak dapat di bohongi bahwa ia merasa resah mendengar kabar ini.

Sebuah ide terlintas, dengan segera ia membuka media untuk mengirim pesan mumpung Bu yash belum masuk, sepertinya tidak masuk.

Online

Ia agak ragu untuk mengirim pesan kepada Darga, takut Darga kegeeran. Tapi ia ingin tau keadaannya.

Kang Maksa

Online

P

Centang dua biru menjadi pertanda bahwa Darga telah membacanya, hanya 5 detik? Bintang salut!.

Waalaikumsalam Noubiku :)

"Shit!"

Balasan dari Darga mampu membuat seorang Bintang mengumpat didepan para sahabatnya, bahkan Anggun yang sedang minum saja sampai tersedak saking kagetnya, Syami dan Lili jadi salah cat kuku malah ke kulit, sedangkan Ranti dan Lia sontak mendelik, dan Aryani melongo tak percaya.

"WOHOOOOOO BIBI KU BELAJAR DARI ANGGUN NIH SAMPE BERANI NGUMPAT KAYA GINI!" Teriak Ranti heboh dan mampu mendapat balasan sebuah lemparan botol yang masih berisi air dari Anggun.

"Sumpah Bi? Lu kaga kesurupankan?" tanya Aryani tak percaya.

Bintang merutuki dirinya yang kelepasan, langsung mengibaskan tangannya untuk mengusir para sahabatnya yang mulai kepo karena ia sedang memegang ponselnya.

ASSALAMUALAIKUM.WR.WB

🤣🤣🤣

Lucu banget sih Noubiku ini wkwk

Barulah Bintang sadar dengan tingkahnya sendiri, kemudian mendengus sebal dan tak memperdulikan balasan Darga, tak lama Bu Yash masuk dan Bintang pun menyimpan ponselnya ke saku rok agar fokus belajar.

Para sahabatnya diam-diam melirik tingkah aneh Bintang, mulai dari umpatan dan raut kesal di wajahnya. Mereka harus mencari tau apa yang terjadi pada sahabat paling judesnya itu.

***

"Hans?" panggil Darga yang asik tiduran di kasur UKS SMA pancasila.

"kenapa abang?" jawab Hans yang sibuk dengan ponselnya.

"aku lagi galau nih, hibur dong!" pinta Darga sambil melirik ponselnya terus menerus yang sengaja ia simpan di samping kepalanya.

Setelah tak ada balasan dari Bintang sejak pagi tadi, Darga uring-uringan terus, ingin sekali Hans menjitak kepala Darga agar tidak merengek seperti bocah.

"Maleslah hibur kau orang, banyak maunya!" dengus Hans.

"Ah ga seru amat sih!" kesal Darga.

Seketika hening menyapa keduanya, Hans yang kasian melihat kawannya galau pun akhirnya menyimpan ponsel dan menatap tubuh Darga yang berbalut banyak plester satu persatu, helaan nafasnya pun terdengar berat mengingat tadi pagi.

"Lu ada masalah sama ketua OSIS SMK widkum?" tanya Hans dengan normal, dan pastinya ini serius karena bahasa yang digunakan pun lo-gue.

"mana ada? Kenal juga kaga!" balas Darga sewot.

"tadi pagi gue liat, si Yasa sengaja keluar motor dari gerbang tuh di kencengin! Dari jauh udah keliatan dia liatin lu mulu ga," jelas Hans.

"jangan su'udzon lah Hans, ga baik!" balas Darga cepat, namun ia masih memikirkan ucapan Hans.

"eh ga? Apa jangan-jangan si Yasa suka sama lu?" jerit Hans diakhir kalimatnya, Darga yang mendengar sontak memukul kepala Hans dengan ponselnya, cukup sakit!.

"geblek dih! Mohon maaf aja ye gue mah masih suka cewek!" balas Darga sambil turun dari ranjang dan keluar dari UKS dengan jalan sedikit pincang.

"EH GA??? JANGANLAH MAIN TINGGALKAN!" teriak Hans yang langsung mengejar Darga.

***

Bel sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, kelas sudah sepi, hanya ada beberapa orang yang sedang melakukan piket rutin. Bintang tidak bisa memberi tahu Darga dimana mereka akan belajar karena ponselnya mati sejak jam istirahat.

Baru saja keluar kelas bersama sahabatnya, Bintang melihat dua orang laki-laki berjalan ke arah kelasnya, namun salah satunya terlihat aneh cara berjalannya.

Setelah semakin dekat sontak para sahabat Bintang memekik kecil tertahan, perban di jidat salah satunya malah membuat ketampanan si pemuda semakin terlihat. Dasar aneh!.

"anjim itu yang kita liat pas dihalte bareng Bibi kan? Yang cogan baru di tetangga?" tanya Ranti.

"wah abang Darga tuh Bi, cie cie," goda Syami sambil menyenggol tangan Bintang yang berdiri tepat disisi Syami.

Tak ada balasan dari Bintang, namun langkah Bintanglah yang menjawabnya. Langkah Bintang kian mendekat ke arah Darga dan Hans, senyum lebar Darga kian nampak. Namun yang didapat Darga,

"UDAH PINCANG MASIH AJA JALAN KE SINI HAH?" Teriak Bintang tepat didepan Darga.

"ALAMAK!" teriak Hans kaget karena teriakan Bintang.

Para sahabat Bintang melongo tak percaya dengan apa yang terjadi barusan. Sumpah sejak beberapa tahun lalu baru kali ini sifat yang sempat hilang dari Bintang muncul lagi!.

"Darga kita butuh bantuan lo!!" jerit batin sahabat Bintang.

***

Senyum menggoda tercetak jelas diwajah semuanya kecuali sang terdakwa yang menampilkan raut wajah datar namun terlihat pucat, deheman menggoda pun saling bersahutan namun tak membuat wajah sang terdakwa memerah.

"jadi kamu khawatir?" tanya Darga dengan nada menggoda. Deheman menggoda semakin ribut terdengar karena para sahabat Bintang hari ini ada semuanya untuk berkumpul, tak lupa tingkah Hans yang membuat semakin ramai dimeja mereka.

"refleks!" jawaban Bintang sontak membuat semuanya tertawa, termasuk Darga.

"Mana ada refleks gitu njir!" timpal Aryani sambil meredakan tawanya.

"ga usah alesan lu dah hahahaha," ucap Syami yang dibalas delikan dari Bintang.

"utututu Bibi udah gede dong hahahaha."

Mendengar godaan demi godaan yang dilayangkan para sahabatnya membuat Bintang terdiam dan datar, berbeda dengan hatinya yang berdisko ria. Sudah lama ia tak merasakan hal ini, jantungnya kembali berdetak kencang kala melihat wajah yang akhir akhir ini selalu ada disekitarnya.

Nama Darga kian akrab ditelinga dan mulutnya, apa mungkin ia Jatuh cinta kepada Darga? Namun sepertinya itu terlalu cepat. Berulang kali Bintang mengingatkan bahwa ini baru awal pada hatinya, "ga mungkin kan ya, ini masih awal untuk aku cinta sama dia! Mungkin cuma kagum aja! Iya kagum kayanya!".

Semua sahabat Bintang melihat raut wajah Bintang yang kemudian mengangguk anggukan kepalanya. Semua gerakan Bintang tak luput dari penglihatan semuanya, termasuk Darga yang malah tersenyum melihat tingkah menggemaskan Bintang.

"Ko ngangguk? Beneran khawatir ya?" tanya Darga dengan nada menggoda.

"kagum aja," jawab Bintang Refleks, syami yang mendengarnya langsung tersedak dan yg lainnya melongo tak menyangka dengan ucapan Bintang yang sepertinya masih tidak sadar dengan jawabannya.

"jadi kau kagum sama bos ku satu ni?" tanya Hans tak percaya.

"Hah?" Bintang tersentak dengan pertanyaan Hans. Ia sadar sepertinya salah berucap beberapa saat yang lalu, buktinya para sahabatnya menampilkan raut wajah syok dan melongo tak percaya.

"Astagfirullah Bi," batin Bintang.

"Ah sorry gue harus pulang," ujar Bintang sambil bergegas pergi dari sana tanpa memperdulikan semuanya.

"Oh God!!! Bapak Darga yang terhormat, kami butuh bantuan anda!" ucap Aryani dengan yakin dan dianggukin sahabatnya yang lain.

***

Pukul 5 sore, Bintang asik dengan ayunannya sambil membaca Novel. Didepannya ada Fiza yang asik bermain lego di teras, kegiatan keduanya terhenti ketika dering ponsel milik Bintang berbunyi, Fiza yang merasa terganggu hanya mendengus sambil menatap kakaknya tajam. Namun, Bintang bodo amat dengan tatapan sang adik dan masih asik dengan novelnya tanpa melihat siapa yang menghubunginya kemudian mengangkatnya.

"hmm?"

"Hah?" mendengar sang penelpon Bintang langsung melihat nama yang tertera, kemudian mematikan panggilannya ketika tau siapa yang menelponnya.

Sedangkan seseorang disebrang sana hanya mendengus kesal kala telponnya diputuskan secara sepihak.

Bintang menatap datar ponselnya, pikirannya sudah tidak fokus lagi ke novel namun ke sang penelpon barusan, hingga ia tersentak kala ibunya memanggil dari dalam rumah dengan berteriak.

"TEH SINI MASUK! UDAH MAU UJAN KAYANYA, AJAK ADEK JUGA MAINNYA DI DALAM!" Teriak ibunda tercintanya.

Tak banyak bicara, Bintang langsung membereskan novelnya kemudian membantu sang adik membereskan legonya lalu menuntun sang adik kedalam rumah.

Dan tepat ketika ia baru duduk di sofa dengan Fiza, gemuruh petir terdengar menggelegar membuat Fiza yang duduk disampingnya tersentak kaget dan membuat matanya berkaca-kaca.

"gapapa," ucap Bintang sambil mengelus kepala adiknya dengan sayang.

"Petirnya kenceng teh," ucap Fiza pelan, namun masih bisa didengar oleh Bintang.

"gapapa, kan kita lagi dirumah! Jadi aman," jawab Bintang dengan menenangkan sang adik.

Keduanya terdiam diposisi yang sama, ayah Bintang sedang istirahat di kamar dan ibunya sedang membuat kue didapur. Bukan tak mau membantu tapi memang atas perintah sang ibunda Bintang dilarang ke dapur dan diperintahkan untuk menjaga Fiza sang adik.

Keheningan terpecah kala dering ponsel milik Bintang kembali bersuara, namun Bintang tak ada niat mengangkat panggilan tersebut, bahkan sudah tiga kali ponselnya berbunyi dari pemanggil yang sama namun tak ia hiraukan.

Dering ke empat membuat Fiza kesal karena suaranya berisik mengganggunya yang mengantuk karena usapan dikepalanya dari Bintang, akhirnya ia meminta sang Kakak untuk mengangkatnya agar tidak berisik.

"Teteh berisik ih ponselnya!"

Tak menjawab ucapan sang adik akhirnya Bintang pun mengangkat panggilan dengan kesal.

"Bisa ga usah ganggu orang?"

"eh maaf aku ganggu ya?"

Bukan menjawab pertanyaan sang penelpon, Bintang malah refleks melihat nama yang tertera. Dia mendengus karena salah orang.

"sorry, gue kira orang yang dari tadi ganggu gue," jawab Bintang akhirnya.

"siapa yang ganggu kamu? Sini send nomornya biar aku bilangin!" pinta sang penelpon dengan ngegas.

"ga usah, ga penting ko," balas Bintang cepat.

"ooh, kamu lagi apa?" tanya Darga.

"lagi bernafas?" balas Bintang malah dengan nada bertanya.

"hahaha ya aku juga lagi bernafas, maksudnya lagi ngapain selain dari bernafas, ngedip sama pegang hp," jelas Darga.

"hmm lagi jadi baby siter, soalnya ibu lagi masak di dapur terus Fiza ga ada temen jadi ya gue yang temenin."

"woah calon ibu yang baik nih, mau dong aku jadi ayahnya."

"Dih ngaco!" balas Bintang dengan senyum kecil dibibirnya.

"eh sepuluh menit lagi maghrib, aku tutup ya. Maaf ganggu, Assalamualaikum."

"iya gapapa, waalaikumsalam."

Senyum manis terukir di wajah cantik Bintang, sudah lama ia tak merasakan hal menyenangkan ketika menerima telepon dari seseorang. Namun tak lama ia merubah raut wajahnya menjadi bingung dan begumam dalam hati mengapa ia menjadi aneh seperti ini? Padahal ia biasanya tak pernah berbicara cukup lama dengan penelpon lawan jenis kecuali ada kepentingan, ah sudahlah ia harus bergegas untuk shalat.

Sedikit menepuk pipi sang adik agar ia terbangun, karena kalo kata ibu 'ga boleh tidur pas waktu maghrib, pamali!'.

"dek? Ayok Sholat, itu ayah udah wudhu," ajak Bintang, Fiza bukan tipe anak yang susah bangun. Mendengar suara yang membangunkan ia akan langsung bangun jadi Fiza dengan cepat membuka matanya dan berjalan dituntun sang Kakak untuk mengambil wudhu dan melaksanakan kewajibannya sebagai muslim.

Memberi ajaran pada anak memang harus sejak dini, agar sampai besar ia akan terbiasa.

10 menit kemudian kumandang adzan terdengar, keluarga Bintang pun juga sudah kumpul untuk melaksanakan salat berjama'ah. Kebetulan cuaca tak mendukung untuk pergi ke mesjid jadi sang ayah lah yang menjadi Imam kali ini.

***

Tak seperti biasanya Bintang kali ini kesiangan, ini dikarenakan motor Bintang yang mogok dan ketika naik angkot, angkotnya malah lama berangkatnya karena penumpangnya hanya ada dua orang dengan Bintang salah satunya. Sehingga ketika sampai disekolah ia malah kesiangan dan pintu gerbang telah tertutup.

Ketika kebingungan melanda Bintang, seseorang membuka gerbang membuat Bintang tersentak kaget dan langsung menatap ke arah seseorang yang sedang membuka gerbangnya sedikit.

"ayo masuk! Baru lewat 5 menit ko," seru Yasa pada Bintang.

Tak ambil pusing dan tak ada ucapan terima kasih dari Bintang, ia hanya melewati Yasa kemudian pergi menuju kelasnya membuat Yasa hanya menghela nafas pelan kemudian menutup kembali dan mengunci kembali gerbangnya.

"Bilang makasih kek, udah aa bukain juga," gumam Yasa pelan dan kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang OSIS yang sempat tertunda.

Sedangkan dari sebrang terlihat Darga yang sedang memfoto copy tugasnya memantau terus Bintang yang sejak awal terlihat gelisah karena kesiangan. Tadinya ia ingin menghampiri Bintang, namun keburu seseorang membuka gerbang dan membuat Bintang masuk ke sekolahnya.

"Dahlah jangan kau tengok terus, pujaan hati kau sedang berjuang demi ijazahnya!" ujar Hans sambil memakan cilok.

"diem deh!" balas Darga galak yang dibalas cekikikan dari Hans.

"ini dek semuanya jadi enam belas ribu," ujar tukang foto copynya.

"oh iya ini," balas Darga sambil memberikan uang dua puluh ribu rupiah.

"ga usah dikembalian aja mas, beliin pop ice aja dua, nih tambahnya!" ucap Hans sambil memberikan uang  dua ribu rupiah agar ia mendapatkan minuman.

"rasa apa aja?"

"rasa yang berbunga-bunga, Hahaha" balas Hans membuat mas Tukang fotocopy mengernyit. Darga yang paham dengan kelakuan temannya itu buru-buru meralatnya.

"rasa alpukat sama rasa moccacino ya mas!"

Setelah beres dengan urusan keduanya langsung kembali ke sekolah untuk belajar, sebelum sampai ke kelas keduanya menghabiskan dulu pop ice ditangannya. Setelahnya barulah keduanya masuk ke kelas.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status