“Lin, maaf atas kejadian tidak mengenakkan hari ini,” ucap Annan yang sekaligus memecah keheningan. Annan mengambil barang – barang milik Linda yang ada di kamarnya, dia lantas memberikannya kepada Linda. “Sebentar lagi akan ada taksi yang akan mengantar kamu pulang, sekali lagi aku minta maaf atas kejadian ini,” kata Annan.
Brak!Annan masuk ke dalam kamar dengan membanting pintunya. Dia membanting badannya di atas tempat tidur.“Aaakkhhh!!!” teriak Annan dengan begitu kerasnya. “Apa yang kamu lakukan Annan, Bodoh! Berengsek! Mau ditaruh mana wajahmu nanti di depan Ayya,” umpat Annan pada dirinya sendiri.Gaying dan Gayang lalu mengantar Linda setelah sebuah taksi terlihat berhenti di depan pagar rumah.“Nanti jika Aneet sudah kembali aku minta tolong dikabari ya,” pinta Linda yang sudah berada di dalam mobil.“Siap Bu guru! Nanti saya kabari,” ucap Gaying sambil bersikAnnan yang tanpa mengganti baju, dirinya berjalan ke parkiran. Dia lalu menjalankan mobilnya dengan laju yang cepat. Annan juga menyempatkan melihat ponsel tapi hasilnya tetap nihil karena Aneet masih memblokir nomornya.Jarak antara white house tidak terlalu jauh sehingga dengan cepat Annan sampai di sana. Di basecamp suasana agak sedikit rame karena mereka sedang berkoordinasi untuk menyusun acara kesuksesan Jarot dalam kompetisi wilayah kenanga.“Aneet ada di sini?” tanya Annan saat pertama kali dirinya masuk.“Jam segini harusnya masih di sekolah,” jawab Jarot sambil melihat jam tangannya.“Hari ini Aneet tidak datang ke sekolah, tadi pagi dia sedikit berantem sama aku. Terus pamit beli sereal dan sampai siang ini belum kembali,” Jelas Annan yang di dengar oleh semua Anggota teratai.“Ying dan Yang bersama Aneet? Terus berantem kenapa?” tanya Jarot kembali“Ying dan Yang ada di rumah, merek
Tepat tengah malam di pergantian hari anggota gangs motor Gentala menyusuri jalanan ibu kota menuju pelabuhan.Vroom!Vroom!Vroom!Mereka saling mendahului antara satu dengan yang lain menggunakan kecepatan tinggi, tapi sebagai pemimpin dari mereka Anees selalu berjalan di belakang untuk memastikan seluruh anggotanya sampai tujuan dengan aman.Vroom! Vroom! Vroom!Anees sengaja memainkan gas motornya setelah ada mobil yang menyelonong dari samping dan menghalangi laju motor Anees.Vroom!“Aneet!” seru Winda yang sekilas melihat keponakan kesayangannya ity berboncengan dengan motor yang memainkan gasnya saat dapat melewati mobil yang ditumpangi Winda“Mana?” tanya Jarot serius sembari mencari dan diikuti Linda yang maju di tengah jok.“Itu yang boncengan sama pemotor tadi!” seru Winda sambil menunjuk ke depan.Untuk memastikan omongan Winda, Jarot ikut memacu mobilnya dengan tujuan bisa menyus
Vroom!!!Aneet mematikan motornya dari jarak yang tidak begitu jauh dari rumah.Greek!Melalui sensor di ponselnya pintu gerbang terbuka dengan sendirinya. Aneet sengaja mendorong motor barunya agar tidak menciptakan kebisingan.“Sumpah! Berat banget inu motor,” keluh Aneet yang masih terus mendorong hingga dekat pintu masuk rumah.“Huh! Akhirnya,” ucap kelegaan Aneet sambil mengusap peluh yang ada di dahinya.Dia mencoba melihat sedikit ke dalam rumah, hatinya sedikit lega karena seluruh lampu sudah mati yang menandakan semua penghuni sudah tertidur.Pelan – pelan dia membuka dan mengunci pintunya lalu melepas sepatunya agar lebih tidak bersuara jika berjalan. Pelan – pelan juga dia melangkah menuju kamar Gaying dan Gayang.Klik!Lampu menyala dan saat itu pula Aneet memejamkan mata dan menghentikan langkahnya.‘Mati aku! Jangan Ayah! Jangan Ayah, aku mohon!’ umpat Aneet dalam hatinya.
“Oh! Jadi kamu yang namanya Ganeesha Putra, punya nyali besar juga ya kamu,” tanya Annan sambil mengelilingi badan Anees. “Ojan, yang lain suruh ke pojokkan sana!” perintah Annan.“Salah saya apa ya kak?” tanya Anees“Masih tanya salah kamu apa? Hm hm hm, berani – beraninya kamu bawa putriku kabur kemarin!” teriak Annan.“Tapi saya tidak membawanya kabur, malam harinya saya Anter dia pulang,” jawab Anees dengan tegas.“Berapa lama kamu sudah kenal putriku? Sampai berani ajak dia balapan, kamu tidak takut jika dia kenapa – kenapa aku pasti anak membunuhmu?” tanya Annan kembali dengan menatap mata Anees dengan tajam.“Baru kenal kemarin, waktu aku lihat di jalan dia lagi menangis. Terus aku tidak menyuruh Aneet balap, aku sudah mencoba melarangnya tapi dia tetap keras kepala untuk balap,” kembali lagi Anees menjawab tegas pertanyaan kepala cabang wilayah lima dengan
“Memang mau ke mana kok libur lagi?” tanya Annan yang duduk di samping Aneet.Aneet yang merasa tidak nyaman dengan kedatangan Ayahnya dan Linda seketika berdiri bersamaan saat Annan duduk, Dia berdiri membawa piringnya menuju wastafel.“Aneet masih ada pekerjaan ayah,” jawab Aneet sembari mencuci piring bekas makannya.“Terus opa bagaimana? Kalau opa tahu Ayah bisa dibunuh sama,” tanya Annan kembali sambil terus melihat sang putri.“Nanti opa biar Aneet yang hubungi, Ayah hubungi pak kepala sekolah saja. Oke yah?” pinta Aneet“Oke, oke.” Annan menyetujui permintaan AneetAneet dengan cepat menyelesaikan pekerjaannya. Dia ingin segera meninggalkan Annan dan Linda karena dirinya memang merasa sangat tidak nyaman.Aneet memang tidak suka jika Ayahnya menjalin hubungan dengan para wanita, tapi selama dua bulan ini bersama dia hanya diam saja. Dia hanya protes tidak mau dicium dan tidur dengan
Aneet meminta kedua pamannya untuk menurunkannya pada sebuah gang yang tidak terlalu besar. Dirinya akan masuk sendiri ke markas gangs Gentala.“Paman, Aneet jalan dulu ya,” pamit Aneet lalu mencium pipi kedua pamannya.“Take care sayang. Kalau ada apa – apa dan minta dijemput langsung hubungi paman,” ujar Yang mengingatkan AneetTempat di mana Aneet turun adalah deretan gudang – gudang milik industri dan hanya sedikit perkampungannya. Aneet memang gadis pemberani, dia berjalan sendirian menyusuri jalanan yang sepi itu dan hanya menggunakan piamanya.Vroom!Vroom!Vroom!Beberapa anak muda yang bermotor besar melewati dirinya. Sudah bisa dipastikan jika itu adalah anak motor gangs gentala.Haikal tiba – tiba mengerem mendadak motornya setelah menyadari bahwa gadis berpiama itu adalah Aneet. Haikal memutar lagi motornya untuk memastikan hal tersebut.“Mau ke mana kamu?” tanya Remon
Aneet merebahkan badannya di atas tempat tidur. Salah satu hal yang tidak disukai dalam hidupnya adalah berdebat dengan orang yang dia sayangi.Dirinya sebenarnya malas sekali pulang, jika bukan karena berkas – berkas kematian Fungky Mulyoto dia tidak akan pulang.“Bu, Aneet rindu ibu. Kenapa ibu tidak membiarkan Aneet bersama ibu saja. Jadi Aneet perlu mengalami semua hal ini,” Keluh Aneet dengan berbicara sendiri.Tak bisa terus seperti ini, Aneet menyadari dirinya harus bangkit dan mencoba bersahabat dengan seorang guru yang dulu sering membuat hidupnya susah dan kini menjadi pacar Ayahnya.Dia harus segera menyiapkan keperluan untuk bedah kasus Fungky Mulyoto sehingga dirinya bangkit mempersiapkan diri untuk hal itu.Krek!Aneet membuka pintu lalu menyandarkan dirinya di dinding dan menghadap ke arah Annan.“Yah! Maafi Aneet ya? Tadi Aneet sudah teriak ke ayah,” Tuturnya sambil terus memandang Annan.Huh! Anna
Siang ini Aneet dan Anees mendapat beberapa nasehat dari Willy yang sangat bijak. Aneet hanya tersenyum manis jika Willy memberikan wejangan kepadanya tanpa berargumen dan tanpa berdebat karena Aneet sangat menghormati Willy sebagai orang tua.“Paman Will. Paman tahu soal Tomo?” tanya Aneet sesaat setelah Willy selesai memberikan nasehat pada dirinya.“Kamu berurusan dengan Tomo?” tanya balik Willy dengan wajah yang sangat serius seakan – akan ada ketakutan yang tersirat.“Tidak paman. Bahkan kita tidak tahu sama sekali Tomo itu siapa dan bagaimana,” jelas Aneet.“Tomo itu dulunya juga orang Wilayah lima, gangster biasa sama seperti Annan. Tomo itu satu angkatan dengan Annan di wilayah lima mereka Cuma kelompok saja,” tutur Willy sembari mengingat – ingat.“Terus kenapa dia sekarang tidak di wilayah lima lagi?” tanya Aneet makin penasaran.“Setahu paman karena dia kalah dari A