'Dia memang tidak ingin membeli sesuatu yang berharga. Hanya makan dan melihat-lihat saja. Aku memang tidak keberatan, tapi kalau hanya seperti ini saja tentunya tidak akan spesial,' ujar Lucas membatin. Untung saja Alyuura tidak punya kemampuan khusus untuk membaca pikiran orang lain. Kalau tidak, dia pasti akan mendengar dan mengetahui ucapan Lucas tadi. Tapi, akan lebih mudah seandainya Alyuura punya kemampuan seperti itu. Sebab, Lucas tidak perlu repot-repot untuk mengatakan perasaannya yang sesungguhnya pada Alyuura. Dan Alyuura juga tidak perlu penasaran terhadap perasaan Lucas kepadanya.Namun sayangnya Alyuura tidak punya kemampuan seperti itu. Lucas harus berusaha sedikit lebih keras agar bisa mengungkapkan perasaannya. Permasalahan yang klasik. "Apa kau sudah merasa kenyang?" tanya Lucas. "Kau mau pesan apa lagi?""Tidak, aku sudah kenyang sekarang," balas Alyuura dengan wajah yang terlihat puas dengan makanan yang telah ia santap itu. Lucas mengangguk, dia tidak protes
Pada hari itu, mereka benar-benar menikmati waktu berdua. Mereka bermain bersama, menonton film, menonton pertunjukkan yang menarik dan mengagumkan itu. Walau Lucas tidak memperlihatkan wajah senang atau terhibur, namun di dalam hati dia merasa sangat senang karena bisa menghibur gadis yang dia cintai. Wajah cantik Alyuura semakin terlihat cerah ketika dia tersenyum bahagia. "Terimakasih Lucas. Aku senang sekali bisa bepergian ke tempat yang menyenangkan seperti ini," tutur Alyuura. Dia terlihat sangat bahagia. Lucas berusaha menutupi senyumannya, wajahnya memerah karena tersipu melihat wajah Alyuura yang tersenyum menggemaskan dengan topi kelinci. 'Kenapa harus topi kelinci? awas saja nanti, aku akan membuatmu memakai pernak-pernik telinga kelinci saat kita bercinta nanti,' ujar Lucas membatin dengan rasa gemas tak tertahankan. "Lucas? kau kenapa?" tanya Alyuura. "Ck, aku hanya menikmati pemandangan di sini. Kau terlalu banyak bicara," ucap Lucas. Kali ini Lucas benar-benar in
"Ck, tentu saja tidak. Maksudku aku tidak berpikiran bahwa kita baru saja melakukan ciuman hanya karena kau menempelkan lip balm itu pada mulutku," sanggah Lucas. Padahal dia sudah merasa sangat malu dan juga tersipu dengan ucapan Alyuura tadi. Lucas membiarkan lip balm itu membuat bibirnya menjadi lebih lembab dan mengkilap. Sekarang Lucas terlihat lebih lucu dengan bibir yang mengkilap tersebut, dia seperti baru saja memakan sebuah lolipop. Bibirnya mengkilap terkena cahaya lampu yang terpantul di sana. "Begitu ya," balas Alyuura. Dia tertawa. "Tapi aku rasa kau cocok memakai lip balm ini. Kau boleh menyimpannya."Lucas tersentak saat Alyuura dengan cepat tanpa izin darinya langsung memasukkan lip balm itu ke kantong baju Lucas. Pikiran Lucas yang masih memproses keadaan ingin mengembalikkan lip balm itu namun Alyuura sudah lebih dulu berlari meninggalkannya.Sungguh menggemaskan. Lucas tersenyum, dia menatap lip balm itu dengan perasaan hangat yang menjalar di dalam hatinya. Men
"Lucas Efword. 731 tahun kau hidup di dunia ini, tapi sampai sekarang kau belum menemukan seorang mate. Werewolf pada umumnya pasti sudah menyibukkan diri untuk mencari mate, dan juga mereka tidak akan tahan untuk menjadi lajang selama itu.""Tidak ada paksaan bagi seorang werewolf harus mencari mate atau tidak. Malah yang membuatku heran adalah seorang pria tua yang hampir dijemout ajal malah mengurusi hidup orang lain setiap harinya," sindir Lucas dengan sarkas. Sudah menjadi ciri khas seorang Lucas Efword untuk bersifat dingin, dia juga tidak suka bila ada orang lain yang menyinggung masalah pribadinya. Dia akan menjadi sensitif dan langsung melakukan sesuatu untuk membungkam orang tersebut."Aku tidak berharap untuk mendengar ucapan yang kasar dam menyakitkan untuk hatiku dari seorang anak muda seperti dirimu. Suatu saat nanti kau juga akan menjadi tua, lebih baik kau memutuskan untuk merubah sikapmu agar menjadi orang yang lebih ramah kepada orang lain. Bila kau tua nanti, orang
"Bagaimana bisa kalian memperbolehkan pria sialan itu masuk ke sini?" tanya Lucas. Nada bicaranya tidak memberikan kesan emosional, namun itu jauh lebih menakutkan daripada ketika Lucas berteriak memaki orang lain. "Bukankah kalian sudah tahu kalau aku takkan pernah memperbolehkan pria itu masuk ke sini.""Kami sudah menghalanginya semampu yang kami bisa. Namun....""Kalian kurang kuat? aku tahu batasan kalian, tapi batasan kalian itu jauh di atas standar anggota peck lain," sahut Lucas, dia memotong ucapan Lyzzia. "Dia mengancam akan menghancurkan ruangan itu," jawab Lyzzia. "Maaf Tuan, kami memang tidak sekuat Tuan Louis. Kami tadi hendak menghalangi Tuan Louise, namun kami juga dihadapkan dengan para bawahan Tuan Louise."Lucas berdecih, dia paham bagaimana sifat kakeknya yang licik itu. Louis Efword. Seorang penguasa di kalangan Werewolf terkuat. Dia adalah Werewolf yang ditakuti layaknya Lucas. Louis punya kekuatan yang mengerikan, bahkan kalau Lucas yang sekarang melawan Louis
"Tadi itu, siapa?" suara lemah lembut yang terdengar khawatir menembus indra pendengaran Lucas. Membuat sang empunya telinga menoleh ke arah atas, mendongakkan kepalanya dan menatap sesosok insan berparas cantik dengan wajah yang sangat teduh. sangat cantik sekali, tidak ada yang tidak terpesona dengannya. "Kau tidak perlu tahu," jawab Lucas. "Bukankah sudah ku bilang untuk tetap diam di kamar? kau mau cari masalah?!"Alyuura tertegun, dia diam dan menggeleng pelan. "Maafkan aku, Lucas. Aku tidak bermaksud untuk menambah beban mu. Aku tidak tahu bahwa tamu yang datang adalah orang yang---""Jangan membahas dia. Kau tidak bersalah, aku hanya... hanya pusing saja. Kau tidak perlu menatapku seperti menatap seekor kucing jalanan yang kelaparan," ujar Lucas setengah tidak terima. Entah harus senang atau marah. Senang karena diperhatikan oleh Alyuura, marah karena ditatap dengan tatapan menyedihkan seperti itu. "Mau aku buatkan coklat panas?" tanya Alyuura. "Aku lebih suka kopi," balas
"Kenapa banyak vampir yang terlihat bersiaga? kau sedang menjaga apa?" tanya Rai. "Hm? bersiaga? apa maksudmu? aku bahkan tidak memperhatikan mereka," balas Rusha. "Tapi yang aku lihat, mereka semua sedang mempersiapkan sesuatu. Tidak mungkin kau tidak tahu tentang apa yang dilakukan oleh bawahanmu. Apalagi kau ini memang suka mengurusi kehidupan orang lain," ucap Rai. Rai tidak ingin merasa sungkan bila sudah mencari kebenaran dari Rusha. Sebab, Rusha memang orang yang suka berkelit dalam urusan berbicara. Dia tidak ingin mendapatkan info yang tidak akurat. "Kenapa kau tiba-tiba menjadi seperti ini? biasanya kau sangat tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh bawahan ku?" tukas Rusha. "Seharusnya aku yang bertanya kenapa kau tiba-tiba menjadi penuh selidik seperti ini. Kau sedang menyelidiki apa, hm?""Kau belum menjawab pertanyaan ku," elak Rai. Dia tentunya tidak ingin menceritakan terlebih dahulu apa yang ingin dia selidiki. "Dan kau juga tidak mau menjawab pertanyaan ku,"
Di tempat tinggal kalangan vampir, keadaannya selalu gelap. Paling terang hanya seperti senja atau menjelang pagi. Tidak ada rasa panas atau pengap di sana. Hanya ada rasa sejuk atau hawa dingin yang menusuk kulit. Para makhluk berkulit pucat itu akan sedikit risih bila sudah berjalan di tengah keramaian kota yang memiliki suhu hangat dan panas. Sinar mentari membuat mereka harus menepi dan mencari jalan alternatif lain. Bahkan tak sedikit jalanan bawah tanah dengan cabang jalan yang langsug mengarahkan jalanan itu menuju ke parkiran gedung yang mereka tuju. Konstruksi yang sangat hebat, para vampir bisa berjalan dan menuju bangunan yang sama dengan Werewolf dan manusia di siang hari dengan jalanan yang berbeda. Seperti berada di dua dunia yang berbatasan langsung. Namun tidak sedikit juga yang berjalan di bawah naungan bangunan yang sengaja dibuat di jalanan utama. Cukup menutupi sinar mentari yang mencoba membakar kulit, walau sedikit ada rasa panas yang menyengat. Kali ini Ra