Jake menatap Lyla dan Damian secara begantian dengan penuh selidik. Ia hampir terkena serangan jantung saat Damian meneleponnya dan memberitahukan tentang pernikahan rahasia mereka. Mereka bahkan hanya baru beberapa hari bertemu, bagaimana bisa melangsungkan pernikahan begitu saja?! "Kalian serius?" tanyanya lagi. Jake sudah menghembuskan napasnya berkali-kali dan menanyakan pertanyaan yang sama berulang-ulang. Ia masih tak dapat mencerna keadaan itu begitu saja. "Bukankah kau sudah tahu bahwa aku tertarik pada Lyla saat pertama kali bertemu dengannya?" ucap Damian dengan tenang. "Aku dan Lyla melakukan pernikahan ini karena kami memang ingin melakukannya." "Aku tahu. Tapi kukira bukan ketertarikan yang seperti itu! Ah, baiklah ... baiklah," balas Jake lagi. "Aku tahu kau terkejut, Jake. Mungkin keputusanku terlalu cepat? Belum lebih dari setahun yang lalu aku kehilangan Olivia, dan sekarang aku bahkan sudah menikah. Mungkin kau berpikir sesuatu tentang itu?" "Bukan masalah itu, D
Lyla sedang menatap wanita cantik yang ada di hadapannya dengan sedikit menyelidik. Wanita bernama Felicia itu terlihat begitu bersinar. Kulit bersih dan cerahnya sangat menyilaukan. Rambut hitam sebahu miliknya yang begitu indah, tampak sangat serasi dengan mata coklatnya. Untuk sejenak Lyla hampir lupa berkedip karena terlalu terlena menatap Felicia. Ia kemudian mengontrol kembali arah pandangnya dengan sedikit kikuk. Menurutnya, Felicia adalah wanita yang cantik dan sangat menarik. "Kau pasti asisten baru yang diceritakan itu bukan?" tanya Felicia dengan tersenyum manis yang tampak begitu ramah. Lyla sejenak merasa kelu. Entah mengapa, ia bahkan tak dapat membalas ucapan Felicia. Gerak-gerik wanita itu sungguh terlihat sangat berkelas. Ia terlihat begitu anggun hanya dari cara jalannya saja. "Ya," jawab Lyla akhirnya. Beruntung suaranya masih dapat terdengar karena ia berhasil menyembunyikan kegugupannya. Aura Felicia yang kuat seolah menunjukkan bahwa ia adalah wanita yang memi
"Kau kenapa?" tanya Allen ketika ia melihat Lyla begitu kusut."Tak apa," jawab Lyla tak bersemangat."Kau bertengkar dengan Damian?" tanyanya dengan wajah ceria."Bagaimana bisa kau menanyakan itu dengan wajah yang begitu cerah?!""Itu karena aku telah memiliki mobilku sendiri!" ucapnya girang. Lyla hanya memutar kedua bola matanya."Jangan terlalu bersemangat. Apa kau bahkan tak sedikit pun memikirkan perkataan orang-orang? Apa kau tetap akan baik-baik saja jika ada yang memandangmu dengan sebelah mata?" tanya Lyla sambil mendesah masam."Mengapa kau bertanya? Apa ada yang telah mengusikmu? Siapa? Biar aku yang berhadapan dengannya. Kau bukanlah pencuri atau semacamnya. Memangnya apa yang kau khawatirkan?" jawab Allen santai."Kau bisa berkata seperti itu sekarang. Apa kau tak ingat apa saja yang telah kau katakan padaku saat pertama kali tahu aku menikah dengan Damian?" ucap Lyla.Allen meringis kecil sebelum berkata lagi, "
Damian menghampiri Lyla yang masih juga berfokus pada pekerjaannya. Ia menyentuh pundak Lyla perlahan dari belakang. Lyla sedikit tersentak karena kedatangan Damian yang tiba-tiba. "Damian, kau mengejutkanku. Di mana Ben? Apa kau berjalan sendirian?" ucapnya kemudian berdiri untuk menyambut Damian. Lyla kemudian membimbing Damian untuk duduk di pinggir ranjang. Ia menatap Damian sekilas sambil tersenyum simpul sebelum dirinya ikut duduk di sebelahnya. "Apa yang kau tertawakan?" tanya Damian. "Kau melihatnya? Aku hanya sedang memperhatikan penampilanmu saja. Sekarang kau tak mengenakan kacamata hitammu lagi sesering sebelumnya dan terlihat lebih kasual," jawab Lyla. "Itu karena aku tak ingin ada benda yang menghalangi visualisasiku terhadapmu. Dan jika di dalam ruangan, sepertinya tak masalah bagiku jika tak !engenakan kacamata. Apa penampilanku menakutimu?" tanya Damian lagi. "Oh, Damian ... " Lyla menghela napasnya. Ia merasa seketika diserang oleh perasaan tak nyaman saat Damia
"Apa kau yakin?" tanya Damian lagi. "Ya, tak apa-apa. Apa kau khawatir? Aku bersama Allen, tak ada yang perlu kau khawatirkan. Walau ia mungkin tampak ceroboh, tapi ia cukup memiliki kemampuan yang bagus dalam bela diri. Ia dapat melindungiku dengan bekal tiga medali kejuaraan yang pernah diraihnya," jawab Lyla. Damian tersenyum simpul, "Oke, aku akan menyertakan Ben bersamamu." "No, biarkan Ben di sini. Kau memerlukannya untuk berada di sampingmu. Dan ingat, jangan menyentuh makanan atau minuman apapun yang mencurigakan sebelum aku kembali," ucap Lyla lagi. " Hari ini rencananya ia akan menemui bibinya untuk sekadar berkunjung dan melihat keadaannya. Setelahnya, ia akan menemani Allen untuk melihat lokasi pabrik kecil yang dimaksud Damian yang kebetulan lokasinya tak terlalu jauh dari rumah bibinya. "Jangan terlalu lama atau aku akan kelaparan sembari menunggumu pulang," goda Damian. "Jangan khawatir, aku tak akan lama," Lyla mendaratkan ciuman kecil di atas bibir Damian dengan
Sekepergian Lyla, Damian yang telah ditemani oleh Ben, memerintahkan dirinya untuk membawanya ke garasi. Ia berencana pergi dengan dua pengawal pribadinya. Damian membawa serta Ben dan Joe untuk ikut bersamanya. Damian berencana untuk mengunjungi Sammy secara diam-diam. Dan seperti biasanya juga, ia akan menukar mobilnya terlebih dahulu di dalam bengkel Harvey sebelum ia melanjutkan perjalanannya. Kali ini, ia tidak mendapati keberadaan para penguntit yang biasanya mengikutinya setiap kali ia keluar dari rumahnya. Sehingga ia dan kedua pengawalnya kemudian dapat dengan leluasa mendatangi rumah Sammy. Sebelumnya, dua hari yang lalu Sammy telah menghubungi Ben dan memintanya untuk datang ke kediamannya karena perkembangan penyelidikan yang ia miliki. Maka dari itu, Damian memutuskan untuk pergi ke kediamannya saat waktunya telah tepat. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Sammy begitu Damian duduk di kursi tamunya. "Baik dan buruk, yang mana yang ingin kau ketahui terlebih dahulu?" tanyanya
Lyla dan Allen yang telah puas mengitari area pabrik, akhirnya sampai juga di bagian gudang penyimpanan di area belakang pabrik.Gudang penyimpanan gandum yang letaknya tak jauh dari perkebunan di sekitarnya, terlihat cukup besar dan sama-sama tampak terlihat tua."Aaaakh!" tiba-tiba terdengar sebuah pekikan dari seorang wanita yang asalnya dari dalam gudang.Lyla dan Allen saling bertatapan sejenak dan memutuskan bahwa ada sesuatu yang salah di dalam sana. Dengan cekatan, Allen segera berlari diikuti oleh Lyla di belakangnya.Allen segera menghambur masuk. Dan saat didapatinya pemandangan yang tampak mecurigakan di depan matanya itu, saat itu pula instingnya bereaksi."HEI!!" teriaknya keras pada enam orang pria yang sedang mengelilingi seorang wanita yang sedang terduduk di tumpukan gandum dengan wajah ketakutannya. Jelas! keenam pria itu pasti memiliki maksud buruk kepadanya."Apa yang kalian lakukan? Pergi dari sini!" teriaknya.L
Lyla, Allen, dan gadis yang diselamatkan itu menunggu dengan was-was di dekat mobil mereka yang terparkir tak beraturan."Menurutmu, apa yang akan mereka lakukan pada Damian?" tanya Lyla pada Allen dengan gugup."Bukan mereka, tapi seharusnya kau bertanya, apa yang akan Damian lakukan pada mereka. Karena aku yakin mereka sudah pasti habis jika Damian sudah bertindak," jawab Allen."Mereka diutus untuk membujuk kami agar menghentikan suplai gandum ke pabrik ini," jawab gadis itu. "Namaku Sally, dan aku putri dari salah satu pemilik perkebunan gandum yang menyuplai kebutuhan pabrik," lanjutnya lagi."Aku Lyla, dan ini Allen," balas Lyla."Kau tak apa-apa?" tanya Allen pada gadis manis berkuncir ekor kuda itu. Kulit kecoklatan yang terbakar miliknya begitu menawan dengan perpaduan mata biru jernihnya."Aku tak apa-apa. Terima kasih karena kalian telah menolongku," balasnya.Beberapa saat setelah itu, Damian tampak keluar dari gudang. Lyla segera berlari menghampirinya dan menyambutnya. "