Share

Sahabat Monyet

Kembali ke kehidupan sekarang.

Setelah berdebat dengan Keyra masalah undangan pernikahan tadi pagi. Izin atas permintaan Keyra untuk menghadiri undangan pernikahan itu tidak juga diberikan Reyhan.

"Pak Reyhan tidak mengizinkanmu pergi ya?" terka Nadine saat melihat raut wajah kesal Keyra yang melekat di atas meja.

Keyra mengangkat kepalanya dari atas meja. "Apakah aku terlalu penurut selama empat tahun ini?"

Keyra bertanya-tanya kenapa Reyhan tidak mau menerima izinnya. Gadis itu mulai menilik empat tahun Kehidupannya. Ia menyadari bahwa selama ini ia jarang atau bahkan tidak pernah meminta sesuatu kepada Reyhan.

"Kurasa kamu perlu sedikit memberontak," saran Nadine.

"Benar, Pak Reyhan menjadi seenaknya gara-gara kamu terlalu penurut," celetuk Surya.

"Tapi bukankah Pak Reyhan memang suka seenaknya. Aku rasa walaupun Keyra memberontak dia akan tetap begitu, berlaku seenaknya." ucap Naumi.

"Tapi tidak ada salahnya mencoba untuk memberontak," sahut Rivaldi.

Nadine, Naumi, Surya, Rivaldi, dan Keyra merupakan Rekan yang berbagi satu ruangan. Ruangan mereka terletak di depan ruangan CEO. Keyra menjabat sebagai sekretaris utama. Pekerjaannya sangat kompleks dari mengurus CEO hingga koordinasi dengan perusahaan luar. Nadine adalah sekretaris pembantu. Dia menjalankan tugas sebagai sekretaris apabila Keyra keluar dinas berbulan-bulan dengan Reyhan, pekerjaan sehari-harinya adalah membantu Keyra. Naumi berfokus pada bidang internal perusahaan. Surya adalah pusat informasi, pelacak data yang dibutuhkan kapan saja. Sementara Rivaldi mengurus hubungan eksternal perusahaan. Pada dasarnya, empat orang tersebut adalah orang-orang yang ditugaskan untuk membantu Keyra.

***

"Sebenernya apa yang terjadi pada Keyra?" Reyhan melempar tanya. Yudha yang mendengarkan hanya menggeleng, pertanda dia juga tidak tahu.

Makan siang bersama, segelas kopi latte, dan tiket museum Nasional yang Reyhan tawarkan tidak ada satupun yang Keyra mau terima. Sekertarisnya seperti sedang memberontak meski skalanya kecil-kecilan. Reyhan sungguh terganggu dengan situasi ini. Meski memang sebuah pemberian tidak wajib untuk diterima. Akan tetapi Reyhan tidak pernah mendapati Keyra menolak sesuatu darinya, bahkan jika itu sebuah permen. Keyra pasti akan menerimanya.

"Ini semua gara-gara undangan pernikahan sialan itu!" maki Reyhan kesal.

"Bagaimana jika Bapak izinkan saja dia pergi, mungkin Sekretaris Key akan berhenti memberontak." kata Yudha memberi saran.

"Lagi pula. Ini sudah akhir tahun, Sekretaris Key pasti bosan selama setahun penuh tidak pernah bisa ke acara pernikahan temannya. Sudah belasan kali dia tidak datang karena memilih pekerjaan. Tidak ada salahnya memberi satu kelonggaran. Dengan begitu dia akan senang dan menghentikan aksi pemberontakan yang ia lakukan. Bukankan itu yang paling mengganggu pikiran Bapak sekarang?"

Ucapan Yudha ada benarnya juga. Sekarang yang menjadi masalahnya adalah Keyra yang terus memberontak karena dia tidak memberikan izin atas undangan pernikahan yang ingin ia hadiri. Maka langkah yang paling tepat adalah menghentikan akar permasalahannya.

"Aku diiizinkan?" tanya Keyra dengan wajah berseri saat Yudha datang membawa pesan. Yudha membalas dengan anggukan kecil.

"Yes!" ucap Keyra kegirangan.

"Sebagai gantinya akulah yang akan menggantikanmu dinas. Jadi kamu harus membayar kompensasi atas semua ini,"

Keyra terkekeh mendengar ucapan Yudha. Meski berwajah dan irit bicara seperti Reyhan, Yudha sebenarnya cukup perasa. Pria itu pasti sangat kesal karena harus menanggung beban yang Keyra lepas.

"Aku akan memberikanmu kesempatan makan malam di restoran bintang lima,"

"Terus?" Raut wajah Yudha masih datar.

"Dengan Nadine." sambung Keyra.

Yudha langsung tersenyum. "Baik nyonya, saya akan melakukan yang terbaik!" jawab Yudha cepat. Keyra kembali tertawa.

"Kamu tidak perlu melakukan banyak hal. Ini adalah kali pertama kamu keluar dinas dengannya. Jadi Pak Reyhan pasti akan memaklumi kekuranganmu."

"Apakah kamu meremehkan saya?"

"Ya?" Keyra kembali tertawa. Yudha hanya memasang wajah tak paham.

"Sekarang dengarkan baik-baik. Pak Reyhan bangun jam 5 subuh. Kamu harus sudah di depan apartemennya jam 6 pagi. Kalau kamu bisa memasak, masaklah untuk sarapannya, kalau tidak pesan saja sarapan online, nanti akan kukirimkan link tokonya. Karena kalian akan pergi dinas tiga hari maka siapkan enam setelan jas, enam dasi, enam sepatu, enam jam tangan, tidak boleh ada warna yang sama, dan jangan ambil warna mencolok. Jangan tidur dulu sebelum memastikan Pak Reyhan sudah tidur dan bangunlah sebelum Pak Reyhan bangun. Karena kamu tidak terbiasa menulis cepat maka rekam saja isi percakapan Pak Reyhan dengan para investor."

"STOP!"

Terlalu banyak informasi yang masuk. Kepala Yudha seperti mau meledak. Yudha telah menjabat sebagai asisten Reyhan kurang lebih enam tahun. Selama itu ia hanya berfokus pada kebutuhan Reyhan tentang strategi pengembangan perusahaan, dia mencari, membandingkan, dan menyimpulkan segala bentuk keraguan Reyhan pada banyaknya perusahaan yang ingin bekerjasama dengannya. Kelebihan Yudha adalah mencari informasi bukan melayani Reyhan sebagaimana yang Keyra lakukan.

"Kirimkan saja semua kebutuhan Pak Reyhan lewat email, batasnya malam ini ya."

Keyra mengangguk setuju mendengar permintaan Yudha. Empat tahun Reyhan selalu keluar dengan Keyra. Ini pertama kalinya dia keluar dinas dengan Yudha. Yudha memang ahli dalam bidang informasi tapi tidak dalam bidang pelayanan dan tidak terlalu peka dengan kebutuhan kecil Reyhan.

"Semoga dia akan baik-baik saja," gumam Keyra yang menatap punggung Yudha yang telah beranjak pergi meninggalkannya.

***

Setelah keluar dari perjamuan makan dengan istri walikota. Reyhan, Keyra dan Yudha yang berada di lantai empat pusat perbelanjaan kini berjalan keluar untuk kembali ke perusahaan.

"Kenapa berhenti?" tanya Reyhan.

"Saya akan ke toilet. Bapak duluan saja ke tempat parkir."

Reyhan dan Yudha melangkah pergi meninggalkan Keyra. Sebenarnya Keyra bukan mau ke toilet, tapi tumit kakinya kesakitan karena tadi sempat terpeleset. Keyra mencari tempat duduk untuk memeriksa kondisi kakinya.

"Argghh," erang Keyra. Ia tak menyangka tumit kakinya akan berdarah seperti ini. Gadis itu mengambil sebuah hansaplast dari dalam tasnya kemudian menempelkannya pada tumit kakinya yang terluka.

"Wah, siapa ini?" Suara nyaring yang tak asing iu membuat Keyra mendongak ke arahnya.

Sialan, batin Keyra.

Keyra tidak menyangka akan bertemu dengan mantan sahabatnya yang akan menikah pekan ini. Sial sekali, padahal Keyra ingin menunjukkan mukanya tepat di hari pernikahan. Asila Ratunia Putri, begitulan nama panjang gadis yang sebentar lagi akan melepas status lajangnya. Keyra menatapnya lekat-lekat. Sepertinya gadis itu sedang berfoya-foya, terlihat dari banyaknya tas belanjaan yang menggantung di lengannya.

"Kenapa? Kamu terlalu miskin sampai terkagum-kagum melihatku begini?"

Keyra langsung mual mendengar celotehan Asila. Semenjak tertangkap selingkuh dengan pacaranya hubungan Keyra dan Asila sangat bersitegang.

"Tutup mulutmu, dan pura-pura saja tidak mengenalku." sahut Keyra. Gadis itu lebih fokus mengobati tumitnya yang terluka daripada berbicara dengan Asila.

"Lihatlah rupamu yang menyedihkan seperti ini. Jangan heran kalau Bisma lebih memilihku," kata Asila kembali menghina.

"Aku dengar kamu bekerja di G.RIO Cooperation, jangan pikir karena sudah masuk perusahaan besar kamu jadi lupa diri dan menganggap dirimu hebat. Kamu hanya karyawan biasa. Ingatlah derajatmu berada di bawahku. Aku sudah mengirimkan undangan pernikahan ke kantormu. Aku tahu kamu tidak berani datang. Tapi cobalah sedikit merendahkan egomu. Kamu juga perlu bersosialisasi dengan yang lain, dengan begitu siapa tahu ada om-om yang mau menafkahimu, hahaha." Asila tertawa kegirangan.

Keyra hanya tersenyum getir. Asila belum tahu kalau Keyra sudah jauh berubah menjadi wanita karier yang kaya melintir dengan penghasilan fantastis. Orang kaya yang sesungguhnya pasti tahu betul bahwa pakaian yang dikenakan Keyra walaupun terlihat sederhana tapi meruapakan desain unlimited yang dirancang khusus untuknya. Asila yang hanya memandang sesuatu dari merk mana tahu hal ini.

"Hanya orang bodoh yang berbicara dengan orang bodoh lainnya. Dan maaf, aku bukan orang bodoh." kata Keyra. Gadis itu berdiri lantas melangkah pergi meninggalkan orang bodoh yang ia maksud.

"Sialan kau, hey kau mau kemana!" teriak Asila. Seperti harimau betina dia meraung kencang. Wajahnya merah padam.

Keyra tidak menggubrisnya sama sekali. Gadis itu tak berbalik dan terus melangkah pergi. Ia membalas teriakan Asila dengan mengangkat jari tengahnya ke atas. Tahu betul jika Asila masih melihatnya. Perilaku Keyra sukses membuat darah Asila mendidih.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status