Share

6 : Kekacauan

Author: Galery Gia
last update Huling Na-update: 2023-07-06 12:06:30

“Di mana Boss kalian? Kembalikan semua uangku, kembalikan!”

Seorang pria paruh baya tengah mengamuk di tengah-tengah keramaian, ia mengancam dengan pisau dan juga jerigen 30 liter berisi bensin yang ia pegang di tangan kirinya. Ia berteriak tanpa henti seperti orang yang terkena gangguan jiwa.

“Carrington, tunjukkan mukamu! Bajingan sialan, kembalikan semua uangku! Kau penipu, Carrington.”

Orang-orang mencoba melerainya tetapi satu pun tidak ada yang berhasil. Pria paruh baya itu terus berteriak marah sambil mengayunkan pisaunya dan jerigen bensin berukuran 30 liter yang ia pegang. Beberapa orang dari divisi keamaan juga mencoba melerai, namun selalu saja gagal karena pria tua itu menyiram mereka dengan bensin dan mengancam akan membakar mereka jika berani mendekat.

“Waah, kau membuat keributan di sini dan membuat karyawan-karyawanku tidak bisa bekerja, tuan Hong.”

Sebuah suara terdengar dari lantai dua. Dari balik batas teralis besi itu Joshua menampilkan dirinya. Matanya menggelap, giginya saling beradu, tangannya menggenggam gagang teralis itu kuat sampai-sampai urat tangannya menyembul kepermukaan.

“Carrington, bajingan. Kau penipu, kembalikan semua uangku atau ku bakar pabrik sialan ini.” Pria paruh baya itu berteriak ke arah Joshua dengan penuh emosi.

“Penipu?” Joshua bertingkah seperti tidak menipu siapapun, ia berlagak seperti orang yang tidak memiliki kesalahan. Nyatanya memang seperti itu.

“Jangan pura-pura lupa, kau, sialan. Kau mengambil semua uangku dan membuatku miskin seperti ini. Kau kira aku tidak tau akal bulusmu itu? Bajingan cilik, kau sama saja seperti ayahmu, penipu.” Pria paruh baya itu meludah ke lantai saat setelah ia mengucapkan kalimat terakhir dari mulutnya.

Joshua menggenggam gagang teralis besi yang ada di hadapannya itu kuat. Ia mengepal tinjunya, giginya beradu sampai mengeluarkan suara gemeretak yang kuat. Ia menyeringai bak iblis, matanya yang tajam tidak lekang memperhatikan mangsanya.

“Uang?” Joshua menyeringai, ia melipat kedua tangan di dada lalu menatap hina kearah tuan Hong.

“Apa yang kau maksud itu adalah dana korupsi yang sudah kau lakukan selama 15 tahun di pabrik ini, Semua aset yang kau pindah tangan sesuka jidatmu itu, lalu anggaran pabrik yang selalu kau potong tanpa izin dariku?” Seringaian di bibir Joshua semakin lebar, senang sekali melihat mangsanya tersulut api emosi.

Tatapan tajam, seringaian licik, lalu lisan yang tajam mampu membuat pria paruh baya itu terdiam di tempatnya dengan mengepal tinjunya sekuat mungkin. Tubuh tuan Hong bergetar, puncak emosi di dalam tubuhnya sudah tidak bisa ia kontrol lagi. Semua penuturan dari mulut licik Joshua membuat bulu kuduknya merinding.

“Uang itu milikku, pak tua tidak tau diri. Siapa yang kau katai bajingan? Seharusnya kau berkaca terlebih dahulu.” Joshua menatap tajam kearah pria paruh baya itu. Ia lalu tertawa seperti orang sakit jiwa, ia mencemooh tuan Hong melalui tawanya.

Tuan Hong benar-benar benci dengan suara tawa merendakan milik Joshua yang terus-terusan bernyanyi di telinganya. Raut wajah tuan Hong berubah menggelap, ia mendapat dorongan kuat untuk melakukan aksinya—membakar pabrik, “Mati… mati saja kalian semua!”

Pria paruh baya itu langsung menyiram bensin yang ia pegang ke seluruh tempat, tak jauh dari jangkauannya. Namun tempat itu merupakan kawasan yang mudah terbakar. Banyak bahan-bahan dasar peledak di sana, namun Joshua sama sekali tidak khawatir akan hal itu. Ia terus mengamati pergerakan tuan Hong dengan seringaian di bibir.

“Kembalikan, atau aku bakar tempat ini.” Ia kembali mengancam.

Tuan Hong menarik pematik korek dan membiarkannya menyala. Ia meluruskan tangan kanannya, matanya menatap ke atas, di mana Joshua berada. Tuan Hong menggeram erat korek itu, seluruh urat di tubuhnya timbul karena emosi yang sudah tidak terbendung lagi.

Joshua memijat dahinya pelan, sudah lelah dengan orang-orang keras kepala seperti tuan Hong ini. Tidak tau terima kasih dan malah membuat masalah. Jika tau tuan Hong akan seperti ini, seharusnya Joshua menghabisinya saja.

“Kalian, sia-sia bekerja untuk orang ini. Dia hanya mementingkan dirinya sendiri, bajingan tengkik, tidak punya rasa empati, monster.”

Mata Joshua memicing ketika mendengar kata ‘monster' yang keluar dari mulut tuan Hong. Giginya kembali beradu, rahangnya mengeras, dan  tinjunya semakin kuat mengepal. Seringaian di bibirnya bukan lagi ia tunjukkan untuk menekan mangsanya, melainkan seringaian untuk menyerang.

“Monster,” bisik Joshua.

“Monster, seharusnya ibu tidak melahirkanmu.” Joshua mengeryitkan dahinya, suara aneh itu sekilas berbisik di telinganya.

“Kembalikan uangku!” pria paruh baya itu masih berteriak di bawah sana sambil memegang korek yang sudah menyala, tinggal ia lempar dan tempat ini akan langsung tersulut api.

Joshua geram, ia melompat dari lantai atas ke bawah. Kakinya yang sekuat besi itu menendang tangan tuan Hong sehingga korek yang tuan Hong  pegang terjatuh ke permukaan yang terkena bensin.

Api menyala, begitu juga api emosi di dada Joshua. Tidak pandang sekitar, Joshua kalap. Ia menghajar tuan Hong membabi buta sampai pria tua itu tidak sanggup lagi untuk sekedar menompang badan dengan lutut.

“Mati kau, mati!” Joshua mengutuk tuan Hong, tinjunya terus memukul wajah pria paruh baya itu tanpa henti. Seringaian mengerikan terlukis jelas di wajahnya yang sudah ternodai oleh darah segar milik tuan Hong, terlihat seperti monster yang mengerikan.

“M-M-Monster.” Bibir tuan Hong berucap pelan sebelum ia menutup mata dan menghembuskan napas terakhirnya.

Seperti sampah, Joshua melempar tubuh tuan Hong ke lantai, “Tidak berguna.”

Joshua menginjak dada tuan Hong dengan kaki kanan, lalu pergi meninggalkan tuan Hong yang sedikit lagi akan dilahap api. Joshua sama sekali tidak mau tau bagaimana nasib tuan Hong di sana, hidup atau mati.

Di tengah orang-orang yang sibuk dengan kebakaran di pabrik, Joshua malah berjalan santai dengan menyalakan sebatang rokok lalu menghisapnya dalam, mulutnya dengan sangat santai menghembuskan asap ke udara. Acuh, itulah Joshua, setelah membereskan mangsanya, ia akan bertindak seperti tidak terjadi apa-apa dan pergi tanpa berpamitan.

Mobil Joshua melaju cepat membelah jalan. Tatapan dingin nan bengis itu tidak pernah lekang dari wajah tampannya. Mata tajam seolah mampu menguliti siapa saja yang lancang melihatnya.

Atensi Joshua terganggu saat dengung ponselnya. Tangannya yang menganggur ia gunakan untuk menggeser tombol hijau yang ada di layar ponselnya, panggilan masuk dari tuan tangan kanan, Elliot.

Maaf tuan, saya mendapat kabar dari para maid, Nona kabur dari mansion.

Rangang Joshua mengeras seketika mendengar kabar dari tangan kanannya. Ia langsung memutar setirnya, berjalan berlawanan arah menuju mansionnya.

“Bodoh,” Joshua mengumpat, “Bukannya aku suruh kau untuk menjaganya hari ini?!” Suara Joshua meninggi.

Maafkan saya, Tuan.” Tuan tangan kanan tidak memberikan pembelaan apapun, karena itu akan menjadi umpan kemarahan Joshua.

“Cari dia sampai dapat! aku tidak peduli, mau hidup atau mati.”

Tangan Joshua mencengram kemudi kuat, urat-uratnya menyembul kepermukaan kulit. Beberapa kali ia memukul stirnya dan mengumpat dengan kata-kata kasar.

Saat sampai di mansionnya, Kaki Joshua menendang pintu dengan kuat. Ia masuk ke dalam ruangannya dengan perasaan marah yang berapi-api, tangannya tidak berhenti meninju meja berbahan dasar kayu itu untuk melampiaskan amarahnya.

“Jalang sialan, mati kau di tanganku.” Joshua merutuk, matanya menatap tajam, emosinya tidak dapat ia kendalikan.

“Aaakh, ampun, saya tidak ada niat untuk kabur, maafkan saya.”

Dari lorong Joshua mendengar suara Karina yang berteriak meminta mengampunan dari para algojonya. Tubuhnya diseret paksa masuk ke dalam ruangan Joshua.

Tubuh Joshua langsung berbalik ketika mendengar suara benda jatuh di lantai. Tatapan mata murka, bibir yang terus bergumam kata-kata kasar, serta tinju yang mengepal sempurna. Mata itu seolah menghardik Karina, ia melihat Karina tengah tersungkur di hadapannya dengan penampilan yang acak-acakan, banyak luka di sekujur tubuh, air mata yang mengalir deras membasahi pipinya, serta tatapan yang memelas.

“Tuan, saya tidak kabur, saya, tidak,” ucapan Karina terpotong, rambutnya dijambak sampai kepalanya mendongak menghadap ke wajah Joshua.

“Kau rubah licik. Sengaja bersikap baik lalu menusukku seperti ini. Apa tantemu mengajarimu seperti itu, Nona?” Suara bariton itu terdengar sangat dingin di telinga Karina. Sekujur tubuhnya merinding hebat.

Karina menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia mengusap kedua telapak tangannya kepada Joshua, “Saya benar-benar tidak ada niat untuk melarikan diri, Tuan. Saya hanya—hanya,”

Joshua menaikkan satu alisnya, “Hanya apa?”

“akhh—sakit, Tuan.”

Joshua semakin kuat menjambak rambut Karina, wajah bengis itu membuat tubuh Karina mengigil saat melihatnya. Sorot mata tajam itu terus mengitimidasi Karina, ia merasa sangat takut dan berada di bawah telapak kaki Joshua. Sangat mudah untuk diinjak dan dihancurkan, ia lemah dan tidak punya kuasa sama sekali.

“Bicara dengan benar, sialan!” Suara Joshua meninggi, bahu Karina langsung bergidik, ia menutup kedua matanya rapat-rapat, memegang kepalanya dengan kedua tangan yang tidak berhenti gemetar.

“Saya hanya disuruh, saya tidak ada maksud untuk melarikan diri, Tuan.” Suara Karina bergetar, telapak tangannya masih terus ia usap, memohon belas kasih dari sang tuan.

“Kau kira aku akan percaya? Penipu, rubah licik!”

Joshua mendorong tubuh Karina. Tubuh ringkih itu tersungkur di lantai, gemetar, menangis, perasaan takut mendominasi. Joshua melepaskan sabuknya dan langsung melibas tubuh Karina tanpa ampun, terlihat bola matanya yang menggelap itu, tangan yang menggenggam sabuk dengan erat, lalu caranya mengayunkan sabuk itu tanpa ada rasa empati di sorot matanya.

Bad kitten!

Cambukan itu terus Karina dapat di punggungnya, sangat sakit. Gadis itu hanya mampu meringkuk, menangis dan terus meminta ampun pada sang majikan. Namun, Joshua tidak mau menghentikan kegiatan mencambuknya.

“Kau membuatku murka, sialan!”

“Akhh, Tuan, ampun.”

“Tidak mendengarkanku, itu sama saja meminta nyawamu dihabisi, sialan.” Joshua terus mencambuk, nada bicaranya semakin meninggi, ia tidak pandang bulu, menghukum Karina sesuai dengan hukum yang ia ciptakan di depan para algojonya.

Tubuh Karina melemah, tangan yang saling mengusap itu sekarang terkulai tidak berdaya di lantai. Suara Karina semakin melemah, ia kehilangan arah pikirannya, pandangannya yang semula jelas kini perlahan mengabur dan hilang.

Puas dengan hukuman yang ia berikan, Joshua akhirnya berhenti. Ia menatap bengis ke arah Karina yang sudah terbaring lemah di lantai, seperti seekor binatang buas yang puas akan buruannya. Ia berjongkok dan memeriksa kondisi Karina. Tidak mati, hanya lemas saja. Joshua kembali menjambak rambut Karina kuat, bibir Joshua menyeringai melihat betapa menyedihkannya ekspresi itu.

“Masih mau kabur?” tanya Joshua dengan seringaian di bibirnya.

Karina dengan susah payah menggerakkan lehernya untuk menggeleng. Ia tidak bisa membuka suara sedikitpun, tangannya gemetar bukan main. Joshua adalah manusia terkejam yang pernah Karina temui setelah tantenya.

Semua manusia yang ia temui di sepanjang hidupnya mempunyai sifat yang sama. Mereka kejam, tidak memiliki belas kasih, suka menindas mereka yang lemah, serta memainkan kekuasaan yang mereka punya. Yang baik di dunia ini hanyalah kedua orangtuanya. Tetapi, orang baik itu sudah tidak ada di dunia ini dan Karina tinggal sendirian di dunia yang teramat kejam dan hina ini.

Good kitten.” Joshua membelai pipi Karina lembut, “Tidak ada yang bisa kabur dariku, tidak terkecuali, kau, Nona Elizabeth.” Joshua menekan di setiap kata yang ia ucapkan, sangat mengerikan, dan menusuk. Tubuh Karina langsung mengigil ketika mendengarnya.

“Maafkan saya, Tuan.” Karina susah payah mengucapkan kalimat itu, “Saya akan mematuhi semua perintah Tuan, ampuni saya, Tuan.” Ia mengakhiri kalimatnya, setelah itu terkulai lemas dan kesadarannya perlahan menghilang.

Patuh adalah kata utama yang membuat Joshua senang. Ia senang semua orang patuh akan perintahnya, mengikuti semua aturan yang ia buat, dan tidak melanggarnya untuk kepentingan diri sendiri. Penjahat kejam, berhati dingin, Joshua Rionard Carrington.

“Sudah seharusnya seperti itu, kitten.”

Joshua mengecup pipi Karina lembut, tangannya yang ia gunakan untuk mencambuk Karina mengusap lembut surai acak-acakan milik Karina. Gadis menyedihkan, takdir buruk selalu menghampirinya, tidak akan ada akhir yang bahagia.

“Aku mengasihimu.” Joshua mencium bibir bengkak Karina singkat.

Setelah puas mengamati tubuh Karina yang sudah tidak berdaya itu, Joshua memutuskan untuk menggendong tubuh lemah itu kembali ke kamarnya. Untuk beberapa hari kedepan, akan sulit untuk Karina bisa melakukan aktifitas normal. Tubuhnya akan terasa sangat sakit di keesokan harinya.

Tidak ada raut penyesalan di wajah Joshua. Ia mengamati Karina dengan mata datar, tidak ada sorot menyedihkan di sana. Ia menatap dengan tegas, tidak tergoyahkan sama sekali.

“Kau milikku, dan akan menjadi milikku selamanya.”

Di akhir, Joshua menyelimuti tubuh Karina sampai batas dada. Ia mematikan lampu lalu melangkah keluar, meninggalkan Karina sendirian di dalam kamarnya. Ia berharap, Karina akan merenungkan kesalahannya hari ini. Saat pintu tertutup rapat, Joshua menghembuskan napas panjang.

“Tuan.”

Kepala Joshua terangkat dan melihat kearah Elliot yang baru saja tiba di hadapannya. Tidak lupa membungkuk 45 derajat sebelum berbicara hal yang begitu penting untuk Joshua ketahui.

“Ada apa?”

“Saya menemukan rekaman Nona saat ia keluar dari mansion. Ternyata benar, Nona tidak pergi karena keiinginannya sendiri. Seseorang telah menjebak Nona.” Penjelasan Elliot membuat alis Joshua tertaut.

“Dia dijebak katamu?”

Elliot mengangguk cepat, “Silakan menonton rekaman yang saya kirim via chat.”

Tanpa tunggu, Joshua langsung merogoh sakunya, mengambil ponsel pintarnya dan membuka chat dari Elliot. Saat video diputar, Joshua langsung memasang wajah serius.

“Di menit, 23.09, Tuan.” Elliot mengarahkan Joshua untuk mempercepat videonya.

Joshua menyeringai setelah menonton bukti yang Elliot berikan, “Cecunguk itu berani bermain-main denganku ternyata.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   81 : Akhir

    Aula terlihat sangat mewah dan meriah. Aula didekorasi dengan bunga warna-warni dan lampu yang berkelap-kelip, menambah suasana ceria, suara musik yang diputar di latar belakang menambah kesal keceriaan yang tidak ada habisnya. Kedua mempelai berdiri di altar, dikelilingi oleh teman dan keluarga, menciptakan rasa romansa dan keakraban yang dirasakan oleh semua yang hadir. Mereka telah mengucapkan janji setia seumur hidup, menyematkan cincin di jari manis masing-masing. Beberapa orang tampak terharu, mereka sangat menikmati acara tersebut dengan penuh suka cita. Bella tidak ada hentinya menggenggam tangan DK, dia tidak ingin berpisah dari pengganti ayahnya itu. Dia selalu berada di sampingnya, ikut merayakan kegembiraan dalam pernikahan yang suci. Karina merasa sangat bangga, karena dia bisa menghantarkan saudaranya ke pernikahan sebelum waktunya di dunia habis. Ia sangat antusias dan gembira saat melihat para tamu yang hadir sangat ramai untuk mengucapkan selamat ke dua mempelai.

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   80 : Berkunjung

    Pemandangan di atas bukit terlihat tenang dan indah. Bukit ini ditutupi dengan rumput yang lembut, dan udaranya kental dengan aroma bunga dan dedaunan. Suasananya sangat tenang dan damai, wanita itu berdiri dengan mata terpejam, berdoa untuk dua makam di depannya. Dia mengenakan gaun yang tergerai, dan kepala yang ditutup oleh topi kupluk berwarna senada dengan gaunnya. Perlahan dia membuka matanya dan memandang dua makam itu dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari wajahnya. Walau pun terlihat pucat, dia tetap menunjukkan ekspresi terbaiknya. “Ma, Pa, akhirnya setelah bertahun-tahun berlalu, aku bisa datang ke makam kalian lagi.” Karina tersenyum tipis. Ia sangat senang bisa berkunjung ke tempat ini setelah bertahun-tahun lamanya. Ia merindukan dua sosok yang paling dia cintai itu. Walau pun Karina sudah mengetahui kebenarannya, dia sama sekali tidak memiliki rasa benci, yang ada, dia semakin mencintai keda orang tuanya itu. “Karin sudah tau apa yang terjadi dulu. Kemarin

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   79 : Perpisahan Yang Memilukan

    Satu tahun kemudian... Langit pagi yang cerah hampir terlalu terang untuk dilihat, karena matahari baru saja mulai mengintip di balik cakrawala. Langit berwarna biru cemerlang, nyaris tidak ada awan yang terlihat. Udara terasa sejuk dan segar, dan aroma embun pagi yang segar tercium di udara. Di kejauhan, sebuah pesawat terbang terlihat terbang melintasi langit pagi yang jernih. Pesawat terbang tampak nyaris berkilauan di bawah sinar matahari pagi, sayapnya nyaris tidak terlihat dengan latar belakang langit biru. Suara mesin pesawat terdengar di kejauhan, tampaknya pesawat terbang semakin tinggi, menghilang di langit pagi yang jernih. Suasananya sangat tenang dan jernih, saat matahari pagi menyinari segala sesuatu yang ada di bawahnya. Jelaslah bahwa ini akan menjadi hari yang indah dan jernih, tanpa ada awan yang menghalangi langit biru yang sempurna. “Bagaimana rasanya kembali setelah satu tahun?” Karina menoleh ke arah Vivian yang sedang menyetir di kursi kemudi setelah menerim

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   78 : Final Battle

    “Kembalikan putriku atau kau akan ku bunuh di sini!” Suara Karina meninggi, penuh emosi, dan kemarahan yang menyelimutinya. Ia bukan lagi terlihat seperti wanita lemah yang memiliki penyakit kronis yang memohon untuk mati. Dia adalah seorang ibu yang menuntut putrinya kembali. “Karina, dia juga putriku!” Joshua menatap Karina tajam, kedua orang itu saling menodongkan pistol satu sama lain. Tatapan yang dulu penuh cinta kini berubah menjadi tatapan penuh kebencian. Karina sungguh membenci Joshua sekarang dengan apa yang sudah dia lakukan terhadapnya dan putrinya. “Aku sudah katakan padamu, kau boleh menghabisi ku, tapi jangan sentuh Bella! Kenapa kau sangat keras kepala, sial?!” Karina berteriak. “Karena aku ingin melihatmu menderita,” ucap Joshua dengan senyum menyeringai yang terlukis di bibirnya. “Belum cukup membuatku menderita, huh? Selama bertahun-tahun kau sudah melakukannya, apa itu belum cukup?” “Belum, karena kau milikku, aku akan melakukan apapun untuk memuaskan hasrat

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   77 : Fierce Battle

    Anak kecil itu terus menangis di dalam mobil, suaranya sangat kecil dan lemah dibandingkan dengan suara mesin yang keras. Dia mengulurkan tangannya ke arah jendela, berusaha keras untuk melarikan diri dan bertemu kembali dengan ibunya.Walau kondisi Bella berbeda dari anak lain, dia tetap punya perasaan dan intuisi yang kuat terhadap sang ibu yang sudah merawatnya penuh kasih sayang dan cinta. Bella ingin kembali ke Ibunya, dia tidak ingin ikut dengan ayahnya yang di matanya sangat berbeda dari yang ia lihat dulu. Tangan kecilnya yang mungil tidak dapat melakukan apa pun selain menggedor-gedor jendela, saat dia menangis sambil memanggil-manggil ibunya membuat perasaan menjadi sangat sakit dan hancur. "Mama!" "Aku ingin Mama!" suara menyayat hati itu memenuhi mobil. Rasa sakit karena perpisahan terlihat jelas, dia terus menangis bahkan sampai tantrum. Dia berteriak kencang, membuat orang-orang yang ada di dalam mobil termasuk Joshua merasa cukup pusing. “Bella, ini papa, kamu sama

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   76 : Kembali Anakku

    “Bella, pergi dengan paman dan Aunty, ya. Mama akan menyusul nanti.” Karina tersenyum, melangkah mendekati Bella lalu mengusap rambutnya sangat lembut. Tatapan mata Karina menyiratkan rasa menyesal yang begitu dalam. Ia tersenyum namun terasa sangat pedih.“Vivian...” Karina memberi isyarat pada Vivian untuk segera pergi.“Karina, aku tidak bisa,”“Cepat!” Dari luar terdengar suara gaduh dari mobil-mobil yang tiba untuk menyergap masuk ke lokasi mereka. Vivian langsung didorong keluar oleh Karina, dia menutup pintu sangat rapat, tidak memberi izin Vivian untuk masuk. “Karina, buka!” Karina menghiraukan suara teriakan Vivian dari luar. Ia menatap Joshua tajam, dia tidak melawan sama sekali. Mereka berdua saling bertukar pandang satu sama lain. “Kau menginginkanku, kan?” tanya Karena pada Joshua dengan suara yang berubah serak. Joshua melihat Karina tidak habis pikir. Dia tertawa, seolah-olah sedang mencemooh wanita yang ada di hadapannya saat ini. “Kau sungguh dermawan, Karina. Me

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status