Home / Historical / PERMAISURI YIN / 79. Jimat Kehamilan

Share

79. Jimat Kehamilan

Author: Rosa Rasyidin
last update Last Updated: 2025-02-09 09:05:48

Pertarungan telah usai. Yang luka-luka dan tak sadarkan diri dievakuasi serta diberi pertolongan termasuk An Mama. Kepala Dugur dijadikan persembahan pangeran kedua pada suku bintang. Persabatan dua wilayah itu pun semakin membaik.

Su Yin dianggap sebagai tanda keberuntungan bagi Dinasti Tang dan Pegunungan Utara. Acara kemenangan akan dibuat dalam beberapa hari lagi sekaligus pesta perpisahan kembalinya sang pangeran serta permaisuri ke Chang An.

Sementara itu di sisi lain Aligur berlagak seperti seekor serigala di dalam kamarnya. Ia merangkak menggunakan dua kaki serta tangannya. Hidungnya terus mengendus ke udara mencari aroma darah Dugur yang terbawa angin.

Rambut merah Aligur yang panjang melilih di bagian perut dan wanita itu pun melolong dengan suara yang tinggi. Kemudian Aligur merangkak dengan cepat lalu masuk ke dalam kamar Tugur yang sedang berpetualang asmara bersama seorang pelacur.

“Dugur tewas di tangan Li Wei, Tuanku.” Lidah Aligur menjulur keluar dan menjilat tang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PERMAISURI YIN   Beban Berat

    "Apa ini!" Li A Yin terlonjak, hampir ia menjatuhkan radio dari genggamannya. Matanya melihat penuh keheranan.Di dalam jeep yang menuju ke Shanghai, Permaisuri Li A Yin memegang perangkat kecil dengan penuh waspada. Benda itu memiliki kenop dan tombol-tombol aneh, dan tiba-tiba ada suara lelaki asing yang berbicara dengannya.“Tidak sopan, berani kau dengan seorang permaisuri.”Li Wei, yang sedang fokus mengemudi melirik sekilas sambil memutar bola mata "Radio. Itu hanya siaran, bukan sihir. Haduuuh, dari mana dia ini berasal?"Permaisuri Li A Yin mengerutkan keningnya, ia masih mencurigai benda tersebut."Bagaimana suara seseorang bisa terperangkap di dalam kotak ini? Sangat mustahil! Apakah dia seorang yang abadi?"Li Wei tertawa kecil. "Tidak, itu hanya teknologi." Ia tahu, setiap perjalanan dengan Permaisuri Li A Yin berarti menjawab pertanyaan demi pertanyaan dan lelaki itu cukup menikmatinya.“Ini.” Li Wei memberikan sesuatu.“Apa ini?” A Yin menerima sebungkus cokelat.“Kau t

  • PERMAISURI YIN   Kesenjangan Tahun

    Li Wei ingin meninggalkan makam, tetapi Li A Yin mengejar dan menarik bajunya. Permaisuri tak mau ditinggal karena ia juga takut di dalam makamnya sendiri.“Fujin, kenapa kau tega meninggalkanku di sini?” A Yin menahan baju Li Wei dan lelaki itu berusaha menepisnya.“Aku bukan suamimu, lepaskan aku.”“Kita sudah menikah, kita dinikahkan oleh kaisar dan akan menjadi pasangan abadi di langit juga bumi, kenapa kau lupa, Fujin!” A Yin menentak kakinya. “Nyonya, maaf tapi sepertinya kau salah orang.”“Mana mungkin salah orang, lihat wajahmu sama dengan suamiku, kecuali bajumu yang seperti pengemis. Ya mungkin kau baru kembali dari peperangan.” A Yin menatap Li Wei sambil berkedip cepat. Lelaki itu jadi semakin takut.“Nyonya, kau bicara apa? Tidak ada lagi peperangan di sini, tolong lepaskanlah aku.”“Lalu kenapa kau kemari, dan kenapa aku bisa di sini?”“Ya, mana aku tahu, ini makam, kau terkubur di sana ribuan tahun lamanya, dan aku berniat mencuri perhiasanmu untuk menyambung hidup, N

  • PERMAISURI YIN   Shanghai Tahun 2000

    Udara di sekitar makam kuno kerajaan terasa dingin, jauh berbeda dari hawa lembab panas yang menyelimuti desa. Cahaya senja turun di antara pepohonan tua, memberikan bayangan panjang yang pada sosok masa lalu yang masih berdiam di tempat itu.Li Wei berhenti sejenak, ia merasakan sesuatu yang tak biasa. Bisikan halus menerpa telinganya. Suara seorang perempuan, lembut tetapi menusuk hati.Lelaki berpotongan rambut tentara itu mengedarkan pandangan dan mencari sumber suara i. Teman-temannya sibuk membongkar pintu batu yang tertutup rapat dan tidak menyadari kegelisahan yang mulai menyelinap dalam benaknya.Rasa sakit di dadanya semakin kuat, serasa ada tangan tak kasat mata yang menggenggam erat jantungnya. Pandangannya berputar, dan pada sudut makam yang remang-remang, ia melihat sosok samar seorang perempuan berbalut pakaian kerajaan.Li Wei terhuyung mundur. Wajahnya memucat saat mata perempuan itu bertemu dengan matanya. Sepasang mata yang terasa begitu dekat, seperti menggali kena

  • PERMAISURI YIN   Tipu Muslihat

    Para selir berpakaian mewah dengan sulaman burung merak. Mereka berlutut dalam barisan yang panjang dan mata mereka penuh ketakutan. Permaisuri utama, duduk di singgasana. Bibirnya tersenyum saat pandangannya melirik tajam ke arah para selir yang menjadi musuhnya dalam perebutan kekuasaan. Suasana yang penuh ketegangan berubah seketika saat Raja Li Wei, lelaki yang dikenal berhati baja, menghempaskan cangkir araknya ke lantai dengan keras.Bunyi tembaga beradu dengan marmer, arak berhamburan, mengotori permadani merah yang membentang di bawah kaki mereka. “Cukup!” suara raja menggelegar, memecah kebisuan dan mengguncang nyali para selir hingga mereka menundukkan kepala lebih dalam. “Aku sudah muak mendengar keluhan kalian tentang siapa yang lebih layak, siapa yang lebih berhak atas kehormatanku! Apakah kalian pikir kerajaan ini tempat bermain untuk ambisi kecil kalian? Apakah kalian lupa bahwa aku yang memegang kekuasaan, bukan kalian!” Para selir menggigit bibir, sebagian menahan

  • PERMAISURI YIN   Kehilangan Bertubi-tubi

    Di jalan utama menuju istana kekaisaran, iring-iringan Raja Li Wei melaju dengan tenang, diiringi para pengawal yang mengenakan jubah biru.Di dalam tandu utama, Putri Jiaran duduk diam, matanya sayu meski tidak ada lagi air mata yang bisa ia keluarkan.Di belakangnya, seorang pelayan dengan hati-hati menggendong Pangeran Rui yang masih terlalu kecil untuk memahami kehilangan yang baru saja menimpa keluarganya. Saat gerbang istana kekaisaran terbuka, Kaisar Li Zu Min telah berdiri di halaman utama, ditemani para pejabat istana dan bangsawan lainnya. Begitu Raja Li Wei turun dari kudanya dan melangkah ke depan, keheningan menyelimuti seluruh istana. Kaisar menatap wajah saudaranya yang lelah, lalu mengalihkan pandangan ke Jiaran dan Rui. Dengan langkah tenang, ia menghampiri mereka, lalu menghela napas panjang sebelum berkata, suaranya berat dengan rasa kehilangan. "Ratu Yin adalah perempuan yang luar biasa. Chang An turut berduka bersamamu, Adikku."Jiaran menundukkan kepala, tanga

  • PERMAISURI YIN   Pembaringan yang Dingin

    Raja Li Wei membaringkan tubuh Ratu Su Yin di atas ranjang megahnya, jubahnya yang berwarna keemasan berkibar saat ia berbalik dan berteriak dengan suara yang nyaris pecah." Panggil tabib, cepat !" teriak raja seolah-olah sedang ada di medan perang dan melawan musuh.Para pelayan berlarian, membawa para tabib terbaik yang ada di kerajaan. Dengan tergesa-gesa, mereka memeriksa denyut nadi, mengamati wajah ratu yang masih begitu tenang, seakan-akan hanya tertidur. Namun, semakin lama mereka mencari tanda-tanda kehidupan, semakin jelas jawaban yang didapat. Salah satu tabib yang paling senior akhirnya menundukkan kepala, kedua tangannya bergetar saat ia bersujud di hadapan Raja."Raja, maafkan hamba. Tidak ada penyakit, tidak ada racun, Ratu telah pergi meninggalkan kita semua." Sang tabib tak berani mengangkat kepalanya.Kata-kata itu menggema di ruangan yang penuh cahaya lilin. Raja Li Wei menatap wajah istrinya, jemarinya perlahan menyentuh pipi Ratu yang mulai kehilangan kehangata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status