Share

Bab 10

Tanpa sadar Joson jalan medekat. Suaranya tanpa sadar berubah menjadi lembut sembari berkata, “Susu.”

Aluna mengangkat pandangannya dengan malas dan menerimanya sambil berkata, “Terima kasih.”

Terusan perempuan itu kebesaran, sehingga membuat Jason bisa melihat tulang bagian leher Aluna yang indah. Bagian saraf di kepalanya seperti ada yang menegang dan putus.

Perempuan itu sudah menghabiskan susunya. Di sekitar bibirnya terdapat bekas susu yang berwarna putih. Tanpa sadar Aluna membersihkan noda tersebut dengan bibir dan lidahnya.

Detik selanjutnya, tubuhnya mendadak melayang karena digendong oleh Jason. Gelas susu terbanting mengenaskan di lantai dan mengeluarkan suara yang cukup nyaring. Aluna secara otomatis mengalungkan lengannya di leher lelaki itu.

Dengan sorot terkejut dia bertanya, “Apa yang kamu lakukan?”

Jason tersadar dengan dirinya yang aneh. Keningnya secara otomatis berkerut dalam. Bisa-bisanya dia memiliki pemikiran yang tidak seharusnya pada Aluna. Matanya memicing melihat gelas susu yang berserakan di lantai. Ada sesuatu di susu itu.

Aluna menolak kedekatan mereka. Dia memberontak dan ingin turun dari gendongan lelaki itu.

“Jason, lepasin!”

Sebuah perasaan resah mulai naik dari bawah tubuhnya. Raut wajah lelaki itu berubah keruh. Dia menunduk menatap Aluna yang tengah memberontak dalam pelukannya sambil berkata dengan tegas, “Jangan bergerak!”

Aluna menggigiti bibirnya dan menepuk pundak lelaki itu dengan kuat karena marah. Memangnya Jason pikir dia siapa? Kalau tidak ada perasaan apa pun, kenapa mendadak memeluknya? Dia tidak tahu sikapnya sangat mudah menggoyahkan keputusannya?

Jason ingin memeluk Aluna, tetapi perempuan itu tidak akan mengabulkannya. Aluna menopang di kedua pundak Jason dengan kuat, dan melompat ke lantai. Namun ternyata Jason kebetulan berdiri di tepi kasur dan dalam keadaan tidak siap langsung terjatuh.

Dia terjatuh dalam keadaan mundur ke belakang dan langsung terbaring di kasur. Sedangkan Aluna langsung tengkurap di atas dada lelaki itu. Keadaan di sekitar mendadak menjadi hening. Detik selanjutnya, pandangan Aluna berputar dan posisinya sudah berubah di bawah Jason.

Wajah pucat perempuan itu tampak memerah karena amarah. Emosinya tidak tertahankan ketika merasakan perubahan di bagian bawah diri Jason. Mendadak dia merasa dilecehkan dan frustasi.

Pergelangan tangannya ditahan dan tidak bergerak. Dia menggigit bibirnya sambil berkata, “Jason, kamu gila?! Lepaskan aku!”

Tatapan Jason terjatuh pada pundak putih milik Aluna. Pundak perempuan itu bahkan jauh lebih menyilaukan dibandingkan lampu kamar. Dia tidak bisa mengendalikan dirinya dan langsung menundukkan kepalanya.

Kepala Aluna sedikit miring ke samping dan napas kasar seseorang langsung mengenai telinganya. Perempuan itu sedang menghindarinya, tetapi Jason tidak peduli dan langsung mengecup pundaknya.

Meski Aluna memberontak, tubuhnya perlahan merasakan perubahan yang aneh. Belum sempat berpikir dengan jernih, mendadak Aluna merasa dirinya seperti ditarik ke dalam sebuah gelombang. Kedua bola mata perempuan itu membengkak karena menangis dan suranya juga serak.

Akan tetapi, Jason tetap tidak henti dan belum puas. Lelaki itu terus mencengkeramnya dan berulang kali menyiksanya.

Ketika Aluna terbangun, Jason sudah mengenakan pakaiannya dengan rapi. Tatapannya sudah tidak selembut kemarin malam ketika menggendongnya. Tatapan lelaki itu seperti sebuah belati yang menusuk tepat di ulu hati Aluna.

“Aluna, kamu benar-benar licik!”

Aluna mendongak dan dengan wajah seputih kapas bertanya, “Ap … apa maksudmu?”

Jason mengepalkan tangannya dan dengan tatapan penuh sinis berkata, “Kamu bilang mau cerai denganku. Tapi apa hasilnya? Kamu nggak sabar ingin tidur denganku. Kenapa? Kamu sangat ingin memiliki anak denganku?”

Aluna mencengkeram selimut dengan erat. Masih bisa terlihat bekas-bekas sisa kebersamaan mereka kemarin malam di lehernya. Hanya satu malam saja, lekai itu langsung marah dan mengatakan dirinya licik.

Semua kelembutan dan sikap manis lelaki itu sudah berubah menjadi es dan membekukan hati Aluna. Sekarang ketika Jason memanggil namanya terdengar sangat dingin.

“Jelas-jelas kamu ….” Aluna menatap Jason dalam-dalam dengan mata yang memerah. Dagunya diremas dengan kuat dan Jason menundukkan tubuhnya. Dia menatap Aluna dengan luar biasa tajam dan dingin sambil berkata,

“Bukannya kamu yang minta mamaku untuk memasukkan obat ke dalam susu?”

Kedua bola mata Aluna membelalak terkejut. Dia menoleh ke arah pecahan kaca gelas susu yang ada di lantai kamar. Dia sudah mendapatkan penjelasan dari keanehan kemarin malam. Aluna menggigit bibir bawahnya sambil berkata, “Aku nggak tahu.”

Sekarang dia sudah mengerti dengan apa yang terjadi. Namun Jason menyalahkan dirinya tentang kejadian kali ini.

Jason melepaskan cengkeramannya dengan kasar hingga membuat kepala Aluna terhempas ke samping. Setiap tarikan napas Jason saat ini dipenuhi kemarahan karena sudah dimanfaatkan.

“Kamu menggunakan cara ini untuk berhubungan denganku untuk menikah denganku. Sekarang kamu mau hamil anakku untuk memperkuat posisimu di keluarga Wijaya? Aluna, kamu pikir kamu pantas?”

Seluruh tubuh Aluna terasa lengket dan tampak sangat menyedihkan. Dia membalas ucapan Jason, “Jason, kamu pikir yang jernih! Kemarin kamu sendiri yang menyerangku! Bukan aku yang memohon padamu! Aku juga nggak mau ada anak denganmu!”

Jason tertawa dingin dan dengan sorot penuh emosi berkata, “Kamu merencanakan ini semua bukannya agar bisa hamil anakku dan memperkuat posisimu sebagai istriku? Aluna, kamu benar-benar menjijikkan!”

Semua ucapan Aluna tertahan di kerongkongannya hingga membuat dadanya sesak. Dia menatap Jason dengan tidak percaya dan berkata, “Kamu merasa aku menjebakmu? Tujuannya karena ingin memiliki anak denganmu?”

“Memangnya bukan? Aluna, kamu bukannya nggak pernah melakukan hal sepicik ini.”

Aluna menunduk mendengar itu. Hatinya memang sudah berlubang dan terluka sangat parah karena ulah Jason. Seharusnya dia sudah mati rasa, tetapi kali ini rasa sakitnya tetap saja tidak terbendung.

Dirinya di mata Jason memang selalu seburuk itu. Semua yang dia lakukan dan ucapkan merupakan sebuah kesalahan. Hati Aluna sudah mati rasa. Kedua bola matanya kehilangan sinarnya. Dia tertawa sinis dan berkata,

“Apa yang kamu katakan memang benar. Kamu sudah dari awal tahu aku orang yang seperti apa, ‘kan? Karena kamu sudah tahu, lebih baik kita cerai saja.”

Jason mencengkeram pundaknya dan menarik perempuan itu keluar dari dalam selimut. Tubuh indah yang dipenuhi luka dan juga jejak merah menandakan seberapa kasar dirinya kemarin.

Sayangnya, setelah kejadian kemarin malam yang tersisa bukan kehangatan, melainkan luka yang begitu dalam.

Jason melirik tubuh Aluna dengan sinis sembari berkata, “Kalau bukan karena susu itu, kamu pikir aku bisa menyentuh tubuh kotormu itu? Aluna, aku peringatkan untuk minum obat! Kalau sampai aku tahu kamu hamil, kamu tunggu saja!”

Setelah itu, lelaki tersebut membanting tubuhnya di kasur dan berbalik pergi. Setelah beberapa saat, Aluna bangkit dari kasur dengan perlahan. Air matanya mengalir tanpa bisa ditahan.

Setelah perlakuan yang begitu kasar, dia merasa sedikit bahagia. Dalam hati kecilnya mengharapkan setelah keintiman itu, Jason akan bersikap lebih baik padanya.

Namun pada faktanya, pemikiran tersebut membuatnya terlihat begitu konyol. Jason memang orang yang tidak memiliki hati.

Dia melangkahkan kakinya dengan perlahan ke kamar mandi. Setelah itu Aluna mengganti sprei kasurnya. Perempuan itu mengambil ponsel dan diam-diam membeli obat kontrasepsi.

Saat ini jam menunjukkan pukul lima dini hari. Dia turun untuk mengambil pesanannya. Setelah mendapatkam obat, Aluna ke dapur untuk mengambil segelas air.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status