Aluna terbatuk dan menyembunyikan dirinya di dalam selimut. Tubuhnya masih sangat lemah dan kepalanya masih pusing karena terkena angin malam.Orang yang mengantarkan makanan untuknya tampak sedang amrah. Dia membuka pintu kamar dengan kasar hingga menimbulkan suara berdebam yang cukup kuat. Setelah itu dengan dingin dia berkata, “Bi Asih masak sup buat kamu.”Aluna menoleh dan menatapnya. Lelaki itu tengah mengenakan kemeja putih dan celana bahan berwarna hitam yang membuatnya terlihat tampan. Lengan kemejanya dilipat hingga sebatas lengan serta kerah kemejanya terkancing rapi.Meski sifat Jason sangat kejam padanya, Aluna tetap mengakui kalau lelaki itu sangat tampan. Dia yang sudah sukses dan mapan semakin terlihat dewasa. Ini adalah sosok Jason yang sudah dia sukai sejak kecil, tetapi Jason tidak pernah menyukainya.Ketika dia tengah melamun, Jason tampak sudah tidak sabar dan berkata, “Bangun.”Setelah sup ini dihabiskan, dia bisa laporan dengan ibunya. Namun saat ini Aluna tidak
Lampu kamarnya sudah dimatikan, tetapi gorden jendela masih terbuka. Dia bisa melihat cahaya bulan dari dalam kamar. Meski langit sedang cerah, cahaya bulan tetap terlihat tidak begitu terang. Sama seperti dia yang tidak bisa melihat jalan di depannya.Aluna mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan pada Tina.“Sudah bantu aku cari pengacara?”Tidak butuh waktu lama bagi perempuan itu untuk membalasnya, “Sudah ketemu. Tapi setelah mendengar dia akan membantu Nyonya Wijaya untuk mengurus perceraian, dia nggak berani menerimanya.”Semua orang merasa jika hendak cerai, seharusnya Jason yang akan memintanya terlebih dahulu. Tanpa persetujuan dari lelaki itu, tidak akan ada yang berani mencari Aluna untuk membuat surat perceraian. Bagaimana pun, ini berkaitan dengan pembagian harta.Tidak ada yang berani mencoba membagi harta Jason.“Bilang sama mereka kalau aku nggak ada permintaan apa pun. Aku hanya perlu berpisah dengan tangan kosong,” balas Aluna.“Kamu nggak mau dapat apa pun?” tany
Jason menyipitkan matanya dan menyadari kalau emosi Aluna ternyata semakin lama semakin buruk. Aluna yang dulu selalu berbicara dengan lemah lembut. Sekarang, dia akan marah hanya karena dibangunkan dari tidurnya.Akan tetapi, lelaki itu tidak marah. Melainkan dia menatap Aluna dengan senyuman sinis. Dia tertawa dingin sambil berkata, “Akhirnya nggak pura-pura lemah lembut lagi?”Aluna mengalihkan tatapannya dengan hati yang terasa sesak dan sakit. Dulu dia ingin menjaga hubungan pernikahannya dan ingin meluluhkan hati Jason. Oleh karena itu, dia bersikap seperti seorang istri impian dan bersikap lembut.Namun, meski dia melakukannya dengan baik, Jason tidak akan pernah bisa berpaling padanya. Lelaki itu justru terus menyakitinya berulang kali. Sekarang dia sudah kecewa dan tentu saja sudah tidak ada kesabaran apa pun.“Bilang saja kalau ada urusan, kalau nggak, silakan keluar!” ujar Aluna dengan dingin.Jason diam dan menatap perempuan itu. Bola matanya yang gelap seakan ingin membaca
Tanpa sadar Joson jalan medekat. Suaranya tanpa sadar berubah menjadi lembut sembari berkata, “Susu.”Aluna mengangkat pandangannya dengan malas dan menerimanya sambil berkata, “Terima kasih.”Terusan perempuan itu kebesaran, sehingga membuat Jason bisa melihat tulang bagian leher Aluna yang indah. Bagian saraf di kepalanya seperti ada yang menegang dan putus.Perempuan itu sudah menghabiskan susunya. Di sekitar bibirnya terdapat bekas susu yang berwarna putih. Tanpa sadar Aluna membersihkan noda tersebut dengan bibir dan lidahnya.Detik selanjutnya, tubuhnya mendadak melayang karena digendong oleh Jason. Gelas susu terbanting mengenaskan di lantai dan mengeluarkan suara yang cukup nyaring. Aluna secara otomatis mengalungkan lengannya di leher lelaki itu.Dengan sorot terkejut dia bertanya, “Apa yang kamu lakukan?”Jason tersadar dengan dirinya yang aneh. Keningnya secara otomatis berkerut dalam. Bisa-bisanya dia memiliki pemikiran yang tidak seharusnya pada Aluna. Matanya memicing mel
Sebelum dia sempat menyimpan obatnya, Aluna sudah bertemu dengan Bi Asih yang bangun pagi sekali.“Bu, Ibu merasa nggak enak badan?” tanya Bi Asih dengan penuh perhatian. Dia melirik ke arah kotak obat.Aluna dengan cepat menyimpan obat tersebut dan meletakkan gelas sambil berkata, “Mungkin ada sedikit demam. Aku tidur dulu. Nggak perlu memanggilku untuk sarapan.”“Baik, Bu.Perasaan Bi Asih menyimpan tanda tanya besar. Ketika Lili sudah bangun, dia langsung memberi tahu perempuan itu perihal Aluna minum obat.Lili terlonjak dan bertanya, “Apa nama obat itu? Kamu sudah melihatnya dengan jelas?”Bi Asih memikirkannya sejenak kemudian berkata, “Sepertinya ada tulisan Pos apa begitu, saya nggak melihatnya dengan jelas.”“Saya tahu,” ujar Lili yang mengerti. Kemungkinan obat yang akan diminum oleh Aluna adalah obat kontrasepsi. Artinya perempuan itu memang sudah bertekat bulat untuk bercerai.Aluna terbangun ketika hari menjelang siang. Dia turun untuk makan siang. Setelah selesai, perempu
“Kalau tahu cepat bawa Aluna pulang. Masalah ini karena Mama yang nggak becus. Mama akan menjelaskan padanya waktu dia pulang nanti,” ujar Lili dengan perasaan iba.“Iya,” jawab Jason dengan cepat dan terkesan tidak peduli.Aluna memang perempuan yang licik. Perempuan itu bisa membuat ibunya yang bertanggung jawab akan semuanya dan membuat dirinya sendiri menjadi tidak berdosa. Setelah itu bersikap seolah seperti seorang korban yang tersakiti dan meminta Jason menunduk.Cih! Jangan bermimpi!***Aluna mencepol rambutnya dan duduk di sofa dengan bermalas-malasan sambil menonton televisi. Setelah itu dia memindahkan saran pada sebuah ajang bernyanyi yang tengah ramai diperbincangakan.Tina datang dan duduk di sampingnya. Dia menonton televisi dan melirik ke arah Aluna sambil bertanya, “Mau lanjut bernyanyi?”Aluna kuliah jurusan musik dan menjadi lulusan terbaik. Semua orang beranggapan Luna akan terbang jauh dengan karir sebagai seorang pemusik. Namun tidak ada yang menyangka akan terja
Tubuh Aluna seketika menegang kaku. Saat ini punggungnya menempel dengan erat di dada Jason. Dia merasa luar biasa tidak nyaman dan ingin segera menjauh.Namun gerakannya ditahan oleh lengan kokoh lelaki itu. Kekuatannya sangat besar sekali dan kebetulan lengannya melingkar secara sempurna di pinggang Aluna. Bahkan karena terlalu kuat, mau tidak mau posisi mereka semakin dekat dan bahkan menempel.Aluna ingin memberontak dan ingin mendorongnya menjauh. Namun kedua tangannya juga tertahan oleh lengan lelaki itu. Bahkan rasanya begitu sulit ditarik keluar olehnya.“Lepasin!” sahut Aluna dengan kesal.Lelaki berkemeja corak tadi kenal dengan Jason. Dengan nada jenaka dia berkata, “Pak Jason tertarik dengan dia?”Jason meliriknya dingin dan lelaki itu hanya terkekeh dan berkata lagi, “Karena Pak Jason tertarik, tentu saja saya bisa dengan ikhlas menyerahkannya.”Dia menggerakkan kunci mobil di tangannya dan berjalan ke hadapan Aluna. Setelah itu dia menggantungkan kunci tersebut di bagian
“Kalau mulutmu nggak berfungsi, sumbang saja ke orang yang membutuhkan,” kata Tina dengan penuh emosi. Dia menunjuk Leon dan berteriak marah, “Semuanya cepat lihat! Pemilik bar ini benar-benar konyol sekali. Pelanggannya dilecehkan di sini, tetapi ternyata dia justru membela sang pelaku,”“Bahkan dia menyalahkan baju yang dikenakan korban. Kamu mau pasang tanda kalau wanita dilarang masuk di depan pintu?”Leon menatap Tina dengan tajam. Dengan nada menggeram dia berkata, “Jangan menakut-nakuti orang di sini!”Melihat Leon yang tampak panik membuat Tina merasa bahwa lelaki itu peduli dengan masalah ini. Dia semakin meninggikan suaranya dan berkata, “Semua orang yang ada di sini, selain kalian berdua yang nggak punya mata, semuanya melihat dengan jelas!”“Terutama perempuan yang pakai baju dan celana pendek harus hati-hati! Jangan sampai dilecehkan di sini, tapi sama pemiliknya hanya dibilang sebuah kesalahpahaman. Percuma kalau sampai kalian menangis!”“Tina! Tutup mulutmu!” seru Leon s