Share

Bab 6

Wajah Julie seketika memucat dan berkata, “Tante, dengarkan penjelasanku.”

Jason mengerutkan keningnya dan membela Julie dengan berkata, “Ma, Julie datang menjenguk Aluna.”

Mendengar itu seketika membuat emosi Lili memuncak dan berkata, “Panggil beberapa anak buah buat jaga Aluna! Jangan biarkan sembarangan orang masuk! Jorok dan membuat polusi udara saja!”

Bi Asih mengangguk dan berkata, “Baik, Bu. Saya akan segera aturkan.”

Julie menggigit bibirnya dengan kuat sambil menahan air mata yang sudah menggenang di matanya. Dia berlari keluar dari ruang rawat. Melihat itu Jason hendak mengejarnya, tetapi suara dingin Lili menghentikan langkah lelaki itu, “Berhenti!”

“Masih ada urusan di kantor, aku pergi dulu.”

Lili menunjuk ke arah kasur dan berkata, “Yang ada di sana itu istrimu dan kamu masih mau ke kantor? Jason, kamu ada anggap Aluna atau nggak?!”

“Ma ….”

“Tunggu Mama di luar!”

Lelaki itu menatap Aluna sekilas sebelum pergi dari sana. Lirikan tersebut penuh dengan kesinisan.

Lili berjalan ke tepi kasur dengan wajah penuh iba. Dia menarik tangan Aluna dan dengan penuh sayang berkata, “Beraninya anak itu main tangan. Kamu tenang saja, Mama akan kasih dia pelajaran.”

Main tangan? Aluna hanya tercenung sesaat, tetapi tidak memikirkannya lagi. Kondisinya yang sedang tidak baik membuatnya tidak ada kekuatan lebih untuk banyak berbicara. Dengan pelan dia berkata, “Aku nggak apa-apa.”

“Mama tahu kalau Jason yang bersalah. Kamu rawat dirimu dengan baik, sisanya serahkan ke Mama saja,” ujar Lili sambil menepuk pundak perempuan itu dengan perlahan.

“Ma, aku dan Jason ….” Dia hendak memberi tahu kalau dia dan Jason ingin bercerai. Namun memikirkan kalau hal ini masih belum dibereskan, sebaiknya dia tidak mengatakannya lebih dahulu. Bisa gawat jika Lili mencoba menahannya.

“Mama nggak perlu khawatir dengan masalahku dan Jason,” ujar Aluna.

Di luar, Lili memasang wajah keruh dan bertanya, “Katanya kamu main tangan sama Aluna?”

“Main tangan?” Jason pikir dia salah dengar. Sejak kapan dia main tangan dengan Aluna?

“Lukanya karena kamu yang memukulnya, bukan?”

“Bukan,” jawab Jason dengan wajah tidak enak.

Bisa-bisanya Aluna mengadu pada ibunya bahwa dia main tangan? Sungguh perempuan penuh kebohongan.

“Beberapa hari ke depan kamu di rumah sakit dan jaga Aluna,” perintah Lili.

Jason mengerutkan keningnya dan berkata, “Masih banyak urusan di kantor. Aku nggak ada waktu menemaninya.”

Dengan penuh emosi Lili menjawab, “Lili itu istrimu!”

“Waktu dia menikah denganku, seharusnya tahu kalau nggak mudah jadi istri dari keluarga Wijaya.” Setelah mengatakan kalimat tersebut, dia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya dan berkata,

“Masih ada urusan di kantor, aku pergi dulu.”

Dia berbalik dan langsung pergi. Ketika dia turun ke lantai satu, Jason menghubungi asistennya dan berkata, “Cari tahu dari mana asal luka Aluna.”

Perempuan itu berani sekali memfitnahnya melakukan kekerasan.

Julie memilih untuk berdiri di samping mobil Jason. Melihat lelaki itu datang, dia langsung bergegas menghampirinya dan bertanya dengan penuh perhatian, “Tante mempersulitmu? Maaf, aku yang salah.”

“Aku antar kamu pulang.” Perasaan Jason sedang tidak baik dan tidak ingin membahas masalah ini. Setelah dia mendapatkan buktinya, dia akan melemparkannya di wajah perempuan itu agar tidak bisa berbohong lagi.

Julie masuk ke mobil tanpa berani berbicara apa pun karena merasa suasana di dalam mobil begitu menegangkan.

Aluna jatuh pingsan karena emosi yang meliputinya. Sekarang dia tersadar dan lukanya juga sudah diobati, sehingga dia mengusulkan untuk pulang ke rumah. Namun permintaannya ditolak oleh Lili dan dia menahan Aluna untuk tinggal di rumah sakit selama satu minggu. Setelah yakin tidak ada kendala baru diizinkan kembali.

Selama satu minggu, Jason tidak datang ke kantor dan tentu saja hal itu membuat Lili tidak senang. Namun dia tidak membahasnya di hadapan Aluna, hanya meminta orang untuk mencari tahu tentang Julie.

Aluna memanfaatkan waktu selama satu minggu ini untuk meminta Bi Asih membuang barang-barang di kamar utama serte merenovasi dan membereskannya kembali.

Setelah kembali ke Britan Residence, Lili mencari Bi Asih setelah Aluna sudah naik ke kamarnya. Perempuan itu bertanya, “Sejak kapan kamar utama direnovasi ulang?”

Bi Asih melirik lantai atas dan menjawab, “Bu Aluna yang meminta. Setelah perempuan itu datang, kemungkinan Bu Aluna melihat sesuatu. Meski selama tiga tahun ini Den Jason jarang pulang, Ibu Aluna selalu diam dan tidak pernah protes. Kali ini pertama kalinya dia marah besar.”

Bi Asih menghela napas berat dan tidak melanjutkan ucapannya lagi. Lili mengerti dengan maksud ucapan tersebut dan dengan ekspresi datar berkata, “Minta orang bereskan kamar. Saya mau tinggal di sini beberapa hari.”

Jika putranya tidak diberi pelajaran lagi, dia akan segera kehilangan menantu kesayangannya. Mendengar itu tentu saja membuat Bi Asih sangat bahagia. Dia bergegas memerintahkan pelayan yang lain untuk membereskan sebuah kamar.

Lili menghubungi Jason dan memintanya untuk makan di rumah. Setelah itu dia mengumumkan bahwa dia ingin tinggal di sana selama beberapa waktu. Lili meminta Jason harus selalu makan malam di rumah dan menjaga Aluna dengan baik.

Jason hanya memasang wajah keruh dan tidak berkata-kata. Dia tidak ingin melawan Lili di hadapan semua orang. Tentu saja semua yang terjadi ini akan dia limpahkan pada diri Aluna. Dia menganggap perempuan itu yang mengusulkan ibunya untuk tinggal di sana.

“Di kantor banyak urusan,” ujar Jason dengan cepat.

“Memangnya kantor akan bangkrut tanpa ada kamu? Atau semua karyawanmu nggak berguna makanya harus kamu yang turun tangan sendiri?” tanya Lili dengan tidak senang. Dengan nada penuh peringatan dia kembali berkata,

“Mama akan pergi setelah Aluna pulih. Kalau kamu berani menyakiti Aluna, Mama akan minta perempuan nggak tahu malu itu keluar negeri! Kamu jangan pikir Mama nggak tahu identitasnya.”

Jason meremas sendoknya dan dengan suara meninggi berkata, “Ma!”

Lili balas menatapnya dengan sorot yang tak bisa dijelaskan sambil berkata dengan dingin, “Kamu tahu sendiri sifat Mama. Mama menepati semua omongan Mama.”

“Aku nggak pernah suka dengan dia.” Jason menarik napas dalam-dalam mencoba mengendalikan emosinya. Dengan suara rendah dan tidak senang dia berkata, “Kenapa kalian harus memaksaku?”

“Diam!” Lili membanting sendoknya. Dengan dada naik turun perempuan itu berkata, “Ingat! Mama hanya mengakui satu menantu saja seumur hidup! Orang itu adalah Aluna! Kalau kamu ada hubungan dengan perempuan lain di luar sana, jangan salahkan Mama yang akan turun tangan!”

Setelah selesai mengucapkan kalimat itu, Lili langsung melangkah ke arah ruang tamu. Sedangkan Jason hanya menatap makanan di meja makan dalam diam. Dia juga merasa tertekan. Jelas-jelas Aluna yang mengambil kesempatan dalam kesempitan ketika dia tengah mabuk.

Perempuan itu memisahkan dia dan orang yang dia sukai secara paksa. Kenapa di mata ibunya sosok Aluna merupakan orang yang paling menderita dan tersakiti?

Bi Asih berjalan keluar dari dapur sambil membawa satu mangkok sup dan meletakkannya di hadapan Jason. Aroma sup tersebut sangat menggugah selera. Jason yang tidak selera makan, memilih untuk langsung menghabiskan sup tersebut.

Melihat itu membuat Bi Asih tercenung sesaat. Setelah itu dia masuk ke dapur dan mengambil satu mangkok sup lagi. Sebelum meletakkannya lagi, dia berkata, “Ibu bilang Den Jason harus bawa sup ini untuk Bu Aluna. Kalau Den masih mau, masih ada yang hangat.”

Mata Jason memicing seketika. Sup yang semula begitu lezat mendadak terasa hambar di lidahnya. Keberadaan Lili di sini membuat Jason hanya bisa mematuhi semua permintaan ibunya.

Gorden jendela besar yang ada di dalam kamar dibiarkan terbuka dan membuat sinar matahari menyinari seluruh bagian kamar. Meski matahari begitu terik, pendingin ruangan dalam kamar tersebut membuat keadaan kamar menjadi sejuk.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status