Cinta buta yang mematikan, itulah dua kata yang pantas untuk mendeskripsikan keputusan Galvin kala itu. Karena cintanya kepada Elena, juga kesetiaannya terhadap janji yang diberikan kepada sang kakek, Galvin dengan bodohnya mengiyakan permintaan gadis tersebut.Siapa yang mengira bahwa alih-alih mencari cara untuk membuktikan kebenaran, gadis itu malah mengkhianatinya dengan lari dan menghapuskan ikatan antara mereka?“Apa Kakak tahu bahwa gadis yang Kakak mati-matian bela itu sekarang memutuskan pertunangan kalian, hah?” bentak Lisa saat mengunjungi Galvin di penjara Aberleen sebelum pria itu dikirimkan ke penjara di Pulau Mata yang terpencil. “Kakak mau tahu apa yang dia bilang?” Air mata menuruni wajah Lisa deras selagi kekecewaan terpancar kuat dari matanya. “Dia tidak ingin berurusan dengan seorang pembunuh!”Karena pria yang telah dibunuh oleh Elena adalah anak dari orang terkaya kedua di kota Aberleen, Galvin diberikan hukuman terberat, yakni hukuman seumur hidup penjara. Dia d
Elena tersentak, tahu bahwa Galvin tengah mengancamnya. Namun, dia tidak bergeming.Melihat pandangan yang diberikan Galvin kepada Elena, Peter pun langsung berkata dengan wajah tidak senang, “Hei, apa jangan-jangan kamu datang ke sini untuk mengejar Elena lagi?"Tatapan Elena menjadi jijik saat mendengar ucapan sepupunya. "Galvin, pergilah, jangan ganggu aku lagi! Aku sudah memiliki tunangan," ujarnya seraya mengambil Langkah mundur ke belakang sepupunya, seakan takut Galvin akan menyentuhnya. "Hubungan kita tidak bisa terus berlanjut."Galvin menyipitkan matanya. Dia jelas tahu Elena sudah bertunangan, tapi … bukankah dia sudah bertunangan sejak beberapa tahun yang lalu? Kenapa mereka masih belum menikah?Akhirnya, Galvin memutuskan untuk berpura-pura tidak tahu.. “Sudah bertunangan?” ulangnya lagi. “Dengan siapa?”Pancaran mata Galvin membuat sudut hati Elena tertohok telak, tapi sadar bahwa wajah tampan itu tidak akan sebanding dengan kekayaan dan reputasi yang ditawarkan tunangan
"Demikian, jangan bermimpi terlalu jauh dan menganggap aku masih mencintaimu." Mendengar ucapan Galvin, sekujur tubuh Elena membeku. Dia tidak menyangka bahwa pria itu akan berbicara seperti itu di hadapannya. Galvin yang dulu merupakan lelaki rendah hati dan penuh kasih sayang terhadapnya, kini berubah menjadi pria yang sangat dingin. Perlahan-lahan tatapan Elena berubah sedingin es. Atas dasar apa pria rendahan ini bersikap begitu angkuh kepadanya? Apa melakukan hal ini membuat Galvin merasa dirinya masih lebih tinggi dari Elena?! "Bagus jika memang begitu!" Elena mendengus kesal, merasa sedikit tidak terima pria tyang telah kehilangan segalanya itu terkesan merendahkan dirinya. "Akan sangat repot bagiku kalau kamu masih mengharapkan cintaku … karena aku tidak akan sudi mencintai pria tidak berguna sepertimu!" Peter yang berada di sebelah Elena menaikkan alis kanannya. ‘Tadi, dia bilang … menggantikan Elena mendekam di penjara?’ Pria itu memicingkan mata curiga. “Apa maksudnya d
Semua satpam langsung menegapkan tubuh dan memberi hormat saat melihat sosok tersebut. Bagaimana tidak? Wanita itu adalah putri keluarga besar Gunawan, pemilik kompleks perumahan ini!Galvin merasa syok saat melihat wanita yang datang dan memanggil namanya. “Shireen?” Shireen pun berjalan mendekatinya dengan senyuman menawan dan membalas, “Galvin, lama tidak berjumpa.”Elena terkejut saat melihat kedatangan wanita cantik itu. 'Shireen Gunawan? ‘Kenapa dia ada di sini?’ Dia melirik Shireen yang berhadapan dengan Galvin. Bagaimana dia bisa mengenali pria rendahan itu!?'Shireen adalah wanita tercantik di Aberleen. Para pria menginginkannya dan para wanita mengidolakannya. Keanggunan, kecerdasan, kesuksesan, semua dimiliki wanita tersebut. Menurut Elena, kalau dia bisa menjadi sahabat wanita seperti itu, tentunya akan sangat berguna!“Nona Shireen, berhati-hatilah! Jangan dekati pria itu!” teriak Elena dengan wajah khawatir. “Dia adalah seorang mantan narapidana! Sebuah keharusan mengus
Melihat tatapan Shireen yang menelisik dirinya, Galvin menjelaskan. "Sewaktu aku di penjara, aku bertemu dan mengenalnya," jawab pria itu singkat. “Takdir sepertinya mempertemukan dan mendekatkan kami berdua.”“Di penjara? Tapi–”“Kak Shireen!” seru Lisa mengejutkan Galvin dan Shireen. Gadis itu mengerucutkan bibir. “Kenapa Kakak jadi interogasi Kak Galvin sih?” Dia menunjuk wajah sang kakak, lalu berkata, “Lihat, Kakak jadi kelihatan nggak nyaman loh!”Melihat ekspresi Galvin yang memang agak canggung, Shireen terbelalak, baru sadar bahwa dirinya sudah bertanya terlalu jauh. “M-maaf sudah membuatmu tidak nyaman, Galvin. Aku ….”“Kak Shireen kebiasaan memang,” komentar Lisa sembari melipat kedua tangan. Kemudian, dia melirik sang kakak. “Kakak jangan merasa aneh ya, Kak Shireen itu memang workaholic! Kalau ada kesempatan bekerja, dia pasti akan bekerja seperti sekarang. Mencari tahu tentang calon klien, he he.”Ucapan Lisa membuat Galvin menganggukkan kepala. “Bukan masalah.” Dia mena
Setelah pembahasan kecil mereka, Galvin dan Lisa pun kembali ke ruang tamu. Lisa pun menceritakan sejumlah hal tentang kemampuan Galvin dalam bertarung.“Ya, begitulah, Kak Shireen. Apa Kakak tertarik untuk menjadikan Kak Galvin bodyguard Kakak?” tanya Lisa sembari tersenyum lebar, terlihat sangat antusias mengenai hal ini.Di otak Lisa, hanya ada satu hal yang sebenarnya dia pikirkan, yakni menjadikan Shireen kakak iparnya!Sementara Lisa sibuk dengan imajinasinya sendiri, Shireen yang mendengar ucapan Lisa berpikir. 'Jika Galvin menjadi bodyguardku, maka … aku bisa selalu bersamanya …' Saat sadar mengenai apa yang dia pikirkan, Shireen langsung menggelengkan kepalanya. ‘Shireen! Kamu berpikir apa sih!?’Lisa mengerutkan keningnya saat melihat Shireen menggelengkan kepalanya. "Kak? Kenapa menggelengkan kepala?" Matanya yang tadi berbinar terlihat sedih. "Kakak nggak mau Kak Galvin jadi bodyguardmu?" tanya Lisa.Begitu paham bahwa gelengan kepalanya membuat Lisa salah paham, Shireen c
Keesokan paginya.Galvin yang sudah rapi membuka pintu kamar sang ibu, Dia melihat adiknya sedang menjaga sang ibu yang masih terbaring di atas kasur.Dia berjalan menghampiri mereka. “Bagaimana keadaan Mama?""Mama baik-baik saja," jawab Lisa mengalihkan pandangan untuk menatap Galvin. "Hanya perlu istirahat lebih banyak," timpalnya selagi mengusap tangan ibunya.Mendengar itu, Galvin memegang tangan ibunya untuk memeriksa keadaan nadinya. Melihat bahwa kondisi ibunya sudah lebih baik dan tepat untuk diberikan penanganan lanjutan, dia pun berkata, "Jaga Mama dengan baik, aku akan pergi keluar sebentar.”"Mau ke mana, Kak?" Lisa bertanya dengan sedikit khawatir. Dia khawatir kakaknya akan kembali bertemu masalah setelah pertemuan mereka dengan Elena dan Peter kemarin."Aku hanya ingin berkeliling sebentar," jawab Galvin dengan tatapan yang datar. Sebuah kebohongan, tentu saja. "Aku ingin melihat daerah perumahan ini, siapa tahu ada toko obat yang bisa kukunjungi untuk membeli keperl
Galvin merenggangkan tubuhnya. Dia sekarang berada di pusat kota karena sudah tidak ada mood untuk berkeliling di perumahan. Dia khawatir kali berikutnya malah akan bertemu salah satu kerabat Elena lagi yang akan mengganggunya. Jadi, lebih baik dia menjauh dan ke pusat kota.Saat berjalan-jalan, sejumlah wanita memperhatikannya, bahkan ada beberapa yang menghampirinya. Tidak mengherankan, lagi pula bahkan dengan kaos putih dan celana jins tuanya, tubuh Galvin memang cukup memesona."Kakak!" sahut seorang wanita berlari mendekati Galvin.Mendengar panggilan itu, Galvin memalingkan wajahnya ke arah suara itu. Awalnya, dia refleks menoleh karena mengira itu adalah sang adik. Namun, ketika sadar bahwa seorang wanita asinglah yang berlari ke arahnya, Galvin mengerutkan kening.'Siapa?' batinnya sembari menghela napas. ‘Kenapa hari ini begitu banyak orang menggangguku?’Galvin memalingkan wajahnya dengan cepat ketika dia melihat beberapa wanita lain mengikuti wanita tersebut. Hal itu membua