Share

Bab 19

Author: Anak Ketiga
Siang harinya, sekitar jam 11, Widia mengantar Tobi ke Restoran Harmoni dan mendapati Tania sedang menunggunya di sana.

Ketika Tania melihat Tobi, dia langsung bertanya, "Tobi, Widia bilang kamu menginap di Vila Distrik Terra 1 tadi malam?"

Tobo tertegun sejenak, lalu mengangguk dan berkata, "Ya!"

"Kamu kenal Pak Damar?" tanya Tania lagi.

Widia tampak kebingungan. Mana mungkin Tobi kenal dengan Pak Damar? Jangan-jangan Tania percaya kalau Tobi tinggal di sana? Apa dia sudah gila?

Kemudian, Tobi menjawab, "Kenal."

Tania tertegun mendengarnya. "Benarkah?"

"Ya, dia adalah bawahanku," jawab Tobi sambil mengangguk.

Mendengar ini, kedua wanita itu terdiam.

Mereka sering mendengar orang membual, tetapi belum pernah bertemu dengan pembual parah seperti ini.

Widia benar-benar ingin membungkam mulut Tobi.

Tania berkata, "Ini salahku. Kenapa aku bisa percaya dia tinggal di Vila Distrik Terra 1?"

Kini, wanita itu sangat yakin bahwa dia benar-benar salah lihat di malam itu.

Tobi mengangkat bahu tak berdaya. Dia heran, kenapa saat dia jujur, tidak ada yang percaya padanya?

Saat ini, seorang pemuda muncul dan berkata sambil tersenyum, "Nona Widia, kamu sudah datang!"

Sembari berbicara, dia berdiri di samping Tania.

"Kalian?"

Melihat ekspresi mereka berdua, Widia agak kaget. Dia mengenal pria ini, namanya Heri Darmawan, pria yang sedang mengejar Tania.

"Kenalkan, pacarku, Heri Darmawan. Keluarganya punya perusahaan farmasi, yang asetnya bernilai ratusan miliar. Oh ya, dia juga pemain taekwondo sabuk hitam tingkat tujuh. Dia sangat kuat, lho."

"Benarkah? Kapan kalian jadian?"

"Aku baru setuju hari ini. Lagian, nggak bagus membuat pria baik menunggu kita, 'kan?" kata Tania bangga, mengisyaratkan bahwa Widia tidak boleh melewatkan pria baik seperti Tuan Joni.

"Selamat deh buat kalian."

"Terima kasih. Oh ya, aku memang nggak sehebat dirimu, tapi pacarku ini jauh lebih baik daripada pria di sampingmu itu."

Berbicara tentang Tobi, Widia merasa tertekan.

Apalagi, saat teringat bahwa kesuciannya telah direnggut dan sekarang dia bukan gadis terhormat lagi, dia makin merasa tidak nyaman.

"Tapi kamu juga nggak perlu sedih. Kalau kamu nggak menyukainya, meski ada akta nikah pun, tak ada orang yang bisa memaksamu. Kakekmu mungkin hanya terbawa perasaan sesaat saja."

Ketika Tania mengatakan ini, dia sengaja menoleh ke arah Tobi dan bertanya, "Tobi, benar, 'kan?"

Tobi sama sekali tidak peduli dengan ucapan Tania dan menjawab dengan santai, "Ya!"

Lagi pula, pernikahan adalah pilihan diri masing-masing.

"Lihat. Dia sendiri sudah mengakuinya," kata Tania dengan bangga.

Dipuji seperti itu, Heri makin merasa bangga. Dia memandang Tobi dengan tatapan jijik dan berkata, "Nona Widia, saat Tania bilang suamimu nggak kompeten, aku justru nggak percaya."

"Tapi, begitu aku melihatnya hari ini, aku rasa dia bukan hanya nggak kompeten, tapi juga bikin malu."

Widia tidak terlalu senang mendengar tanggapan Tobi, tetapi ucapan Heri lebih membuatnya jijik. Lalu, dia berkata, "Ini masalah keluargaku!"

Heri tiba-tiba merasa canggung.

Melihat situasi itu, Tania buru-buru berkata, "Jangan berdiri di sini lagi. Heri sengaja memesan ruangan pribadi. Ayo ngobrol di dalam sambil makan."

"Benar, benar. Walaupun di sini mahal, tapi rasanya enak sekali. Kalian bisa pesan apa saja yang kalian suka, hari ini aku traktir," kata Heri, tak lupa memamerkan dirinya lagi.

Widia mengangguk, lalu mereka berempat pun masuk ke dalam ruangan pribadi itu.

Mereka baru saja hendak memesan makanan, tiba-tiba sekelompok tamu tak diundang masuk ke dalam ruangan pribadi itu. Pemimpinnya adalah seorang pemuda yang memiliki bekas luka dan mengenakan pakaian mewah.

Begitu membuka mulut, nada pemuda itu terdengar sangat sombong, "Ups, ternyata benar ini direktur cantik kami. Kupikir aku salah lihat." Pemuda itu tidak terlihat seperti pria baik-baik.

Ekspresi Widia tiba-tiba berubah. Dia teringat bajingan inilah yang kemarin membius dirinya.

Meskipun dia berhasil lolos, kesuciannya telah hilang.

Namun, karena tidak ada bukti dan Widia tidak ingin orang lain mengetahui hal ini, jadi dia tidak lapor polisi. Dia ingat pria ini berencana melakukan sesuatu yang kotor, tetapi tidak berhasil.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1670

    Saat ini, semuanya juga seharusnya sudah berakhir.Setelah semua orang bubar, Vamil maju ke depan sambil tertawa, "Tobi, kamu benar-benar memberiku kejutan besar kali ini.""Awalnya, aku kira kamu setidaknya membutuhkan lima tahun untuk menandingi kekuatan mereka. Aku nggak menyangka kekuatannya akan meningkat secepat itu. Benar-benar di luar dugaanku.""Bolehkah kamu beri tahu aku sudah sampai mana kekuatanmu saat ini?"Vamil sangat penasaran.Tobi mengangkat bahu tak berdaya dan berkata, "Nggak ada lawan, jadi aku juga nggak begitu jelas.""Aku hanya tahu, kalau aku menyerang dengan seluruh kekuatanku, aku bisa menghancurkan kota dengan mudah.""...."Semua orang benar-benar tercengang, lalu berkata tak berdaya, "Luar biasa!"Vamil terdiam, lalu menggelengkan kepalanya. "Nak, kamu benar-benar mengejutkanku. Oh ya, kapan kalian akan menikah? Jangan terlalu lama. Aku nggak punya banyak waktu lagi."Jelas, dia sangat puas dengan Tobi dan berharap bisa menghadiri pernikahan mereka.Mende

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1669

    Kata-kata dominan Tobi barusan membuat orang-orang Harlanda makin antusias. Saking bersemangatnya, mereka yang menonton siaran langsung dari rumah pun bersorak kegirangan.Mereka sangat gembira. Jadi, perlu mengekspresikan kegembiraan yang mereka rasakan.Hanya saja kalimat 'siapkan misil' yang diucapkan Tobi membingungkan mereka.Apa yang terjadi? Siapkan misil? Apa maksudnya? Tiba-tiba tanda tanya muncul memenuhi seluruh layar.Semua orang benar-benar tercengang mendengar kata-kata itu.Banyak orang mengungkapkan pertanyaan mereka.Di saat bersamaan, para petugas di pangkalan rudal itu juga tampak berkeringat dingin. Biasanya, dalam situasi apa pun, dia pasti akan melaksanakan perintah dengan tegas. Namun, dia jelas-jelas gugup saat ini dan kembali mengkonfirmasi.Radiya mengangguk. Untuk memastikan tidak terjadi kesalahan, dia bahkan turun tangan memperhatikan masalah ini.Jika bukan karena menyaksikan kekuatan Tobi yang melampaui orang biasa dengan matanya sendiri, dia benar-benar

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1668

    Negara Harlanda seketika dibanjiri berbagai kata-kata pujian, sorak-sorai, dan kekaguman.Di mata mereka, Tobi sudah termasuk dewa pelindung Harlanda.Sebaliknya di mata dunia luar, mereka mulai takjub terhadap kekuatan Negara Harlanda. Bahkan, juga ada rasa takut.Tobi tidak peduli dengan masalah ini. Dia teringat bahwa selama periode ini, ada banyak orang yang membuat onar. Jadi, dia pun berkata, "Sejauh yang aku tahu, akhir-akhir ini, banyak wilayah yang meremehkan seni bela diri Negara Harlanda kita. Bisa-bisanya mereka memandang rendah seni bela diri kita.""Kalau begitu, aku akan perlihatkan pada mereka akan betapa hebatnya seni bela diri Negara Harlanda. Master-master hebat lainnya yang jarang menampakkan diri nggak perlu mengambil tindakan, cukup mereka yang ada di sini yang melakukannya saja.""Pandu, keluarlah!"Tobi tiba-tiba menyebut nama Pandu.Awalnya, Pandu sempat terkejut. Namun, reaksinya cukup cepat. Begitu menerima perintah Tobi, dia segera melompat keluar dan berkat

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1667

    Tobi perlahan melambaikan tangan kanannya. Tubuh Hirawan seketika terhempas keluar dari lapangan dan mendarat tepat di samping orang-orang Melandia yang tengah membawa rekan mereka yang tak sadarkan diri tadi.Membiarkan mereka membawa Hirawan pergi.Selanjutnya, giliran Luniver.Semua orang yang hadir di sana kini memandang Tobi dengan tatapan penuh kekaguman dan keterkejutan.Vamil dan lainnya yang mendukung Tobi semuanya tampak antusias. Awalnya, mereka mengira krisis besar yang dihadapi kali ini akan mendatangkan ancaman bagi seni bela diri Harlanda. Siapa sangka, hal ini bisa dengan mudah diselesaikan oleh Tobi.Meski Luniver masih belum bertindak, berdasarkan kekuatan yang dimilikinya, sudah pasti tidak akan semudah mengendalikan Hirawan lagi."Luniver, giliranmu sekarang!" seru Tobi dengan nada datar.Begitu Tobi selesai berbicara, semua orang terkejut.Mereka sangat familier dengan kekuatan Luniver. Apalagi, setelah pertarungan kemarin, namanya kini sangatlah populer.Jelas sek

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1666

    Wajah Hirawan berubah kusut. Hanya saja, lantaran sudah mengambil langkah pertama, bukankah pengorbanannya akan sia-sia jika dia menyerah sekarang?Jadi dia bangkit, lalu berlutut di depan Tobi lagi sambil berkata dengan suara keras, "Maaf, aku mengakui kesalahanku!"Plak, plak!Tamparan keras lainnya datang.Hirawan benar-benar terpana. Dia tampak kaget sekaligus marah."Suaramu terlalu keras. Aku nggak suka!" kata Tobi dengan nada datar.Semua orang tahu bahwa Tobi sengaja melakukan semua itu. Dia memang ingin mempermainkan Hirawan di hadapan semua orang.Hal ini membuat orang Melandia makin malu.Salah satu orang Melandia yang menyaksikan adegan itu langsung melompat dan berseru, "Hentikan, hentikan! Kamu sedang ....""Enyahlah!"Tobi mendengus dingin, lalu melambaikan tangan kanannya.Meski berada ratusan meter jauhnya, orang itu langsung merasakan sakit luar biasa di bagian dadanya. Tubuhnya terpental mundur puluhan meter dan langsung tak sadarkan diri.Kemudian, dia diseret pergi

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1665

    Kata-kata yang diucapkan Tobi barusan penuh dengan kekuatan spiritual yang kuat. Namun, dia mengendalikannya dengan sangat baik dan hanya menargetkan Hirawan seorang."Nggak!"Hirawan menggertakkan gigi dan meraung. Kekuatan di sekitarnya berkumpul secara gila-gilaan, membentuk energi yang besar dan menakutkan. Dia jelas ingin melawan.Melihat adegan ini, semua orang langsung terkejut.Terutama, tornado besar terbentuk di atas kepala Hirawan. Kekuatan dahsyat itu meledak dan sekali lagi memperlihatkan energinya yang menakjubkan dan menakutkan.Semua orang dikejutkan oleh momentum yang luar biasa itu.Orang-orang Melandia sangat gembira saat melihat adegan itu. Mereka berkata dengan penuh semangat, "Sudah kuduga, Hirawan barusan sengaja mempermainkan mereka. Sekarang dia baru menunjukkan kekuatannya yang sesungguhnya.""Benar, sekarang akhirnya dia melawan. Pokoknya, harus beri pelajaran pada bocah itu.""...."Satu per satu dari mereka sangat bersemangat pada awalnya, tetapi setelah be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status