Sumpah serapah dan umpatan dikeluarkan oleh Raisa sepanjang jalan menuju ke kantor polisi. Semua ini karena Raisa tidak mau bekerja sama untuk menyelesaikannya dengan pihak keamanan dari hotel tersebut. Wanita yang menyembunyikan tubuh polosnya dalam kain sprei putih milik kamar hotel, menolak menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh pihak keamanan padanya."Wanita bodoh! Harusnya kau jawab saja pertanyaan yang diberikan tadi. Sekarang kau rasakan sendiri akibatnya!" ujar salah satu pria berseragam petugas keamanan yang sedang mengantarkannya menuju Kantor Polisi.Tawa tiga orang petugas keamanan yang berada dalam satu mobil dengannya, membuat Raisa semakin kesal. Emosinya serasa akan meledak saat ini. Rasa malunya telah tertutupi dengan rasa lapar yang semakin menyulut emosinya. Dia menatap tajam pada semua pria yang menertawakannya. "Lihatlah dia! Sepertinya dia ingin melawan kita," ucap salah satu dari tiga pria tersebut disertai tawanya, dan disambut tawa oleh dua pria lainny
"Saya tidak bisa menghubunginya," tukas Raisa dengan entengnya, tanpa melihat ke arah polisi yang berbicara dengannya. "Kenapa? Bukankah anda bilang bahwa Sean Mayer adalah suami anda? Atau anda berniat untuk membohongi kami?" tanya sang polisi sembari mengernyitkan dahinya.Seketika Raisa melihat ke arah polisi yang ada di hadapannya, dan menatap kesal padanya, seraya berkata,"Saya tidak bohong! Saya berkata jujur! Jika Bapak tidak percaya, silahkan saja tanyakan secara langsung padanya!" "Jika tidak berbohong, seharusnya anda bisa menghubungi dia sekarang. Itu jika anda benar-benar istrinya," ujar sang polisi sembari terkekeh di akhir ucapannya.Tawa polisi tersebut membuat Raisa semakin kesal. Perutnya yang sedang kelaparan membuat emosinya semakin membuncah.Brak!Dipukulnya meja yang ada di hadapannya dengan sangat keras, sembari berdiri dan menatap tajam pada polisi tersebut. Dia pun berkata,"Itu karena tas, HP dan pakaian saya dicuri orang!" Sontak saja semua pasang mata m
Celine menatap kecewa pada suaminya. Kekecewaan yang semakin bertambah, membuat kebenciannya pun semakin bertambah pula, sehingga mendorong tekadnya untuk mempercepat membalas rasa sakit hati dan pengkhianatan kedua insan tersebut.Sean menatap ke arah sang istri yang sedang menatapnya dengan penuh kebencian padanya. Secepat kilat Celine membuang mukanya, mengalihkan pandangannya ke arah lain, agar tidak bertatap mata dengan suaminya. Wanita yang hatinya sedang dikuasai oleh kebencian dan rasa balas dendamnya itu sedang mencoba menetralkan suasana hatinya, agar tidak gegabah dan nantinya akan salah bertindak.Sedangkan Anna, wanita paruh baya yang merupakan nyonya besar di kediaman tersebut, menatap penuh amarah pada putra keduanya. Kekecewaannya pada sang putra sudah semakin besar, sehingga dia tidak bisa mentolerirnya lagi.Berbeda dengan Dave. Putra pertama dari keluarga Mayer tersebut menatap kasihan pada sang adik. Bagaimanapun sikap Sean padanya, dalam hatinya masih menyimpan ra
"Ada apa? Cepatlah berbicara. Aku tidak punya banyak waktu untuk berada di sini," ucap Sean dengan memandang ke lain arah.Dalam sebuah ruangan yang tertutup rapat, dan hanya ada mereka berdua, Sean mengabulkan permintaan wanita masa lalunya untuk berbicara dengannya. Kini, mereka sedang berada di salah satu ruangan yang biasanya digunakan oleh polisi untuk ruang penyelidikan.Raisa menatap kesal pada prianya yang seolah sedang mengacuhkannya. Masih dengan balutan kain sprei putih yang menutupi tubuh polosnya, dia duduk bak orang yang sedang kedinginan dan memperlihatkan kekesalannya pada sang kekasih."Kamu tidak tanya bagaimana keadaanku?"Sean yang masih berdiri dengan jarak yang tidak jauh dari wanita selingkuhannya, seketika menoleh ke arahnya. Dia menyeringai, dan berkata,"Apa aku harus bertanya tentang itu? Sepertinya kamu sangat menikmatinya. Jika aku harus bertanya, yang aku tanyakan hanya tentang kontrak kerja sama untuk perusahaan mereka.""Ingat, Sean! Aku seperti ini kar
Tangan Sean mengepal dengan sangat kuat, menahan amarahnya yang sedang meluap karena mendengar ancaman dari wanita selingkuhannya. Bahkan tatapannya kini layaknya sang pemburu yang ingin mencabik-cabik hasil buruannya.Emosi dan kemarahannya, membuat Sean ingin mengangkat tangannya untuk memberi pelajaran pada wanita masa lalunya yang kini kembali hadir di kehidupannya. Akan tetapi, sekelebat peringatan dari Dave, membuatnya sadar jika dia tidak boleh mengotori tangannya hanya untuk hal yang tidak berguna.Putra kedua dari keluarga Mayer tersebut melihat sekelilingnya. Dia kembali tersadar jika saat ini sedang berada di Kantor Polisi. Kini, Sean menilai bahwa Raisa termasuk hal yang tidak berguna baginya, sehingga dia tidak boleh mengotori tangannya yang akan berakhir dengan banyak penyesalan.'Aku tidak akan mencemarkan nama baikku hanya untuk wanita licik ini. Dan aku juga tidak akan mengorbankan semuanya hingga berakhir di dalam penjara,' batin Sean, seraya mengurungkan niatnya unt
Sean bergegas memutar anak kunci untuk membuka pintu ruangan tersebut. Dia berjalan keluar dari ruangan itu, meninggalkan wanita selingkuhannya masih berdiri dan terdiam membisu dengan memegang erat kain yang menyelimuti tubuh polosnya."Kami sudah selesai bicara," ucapnya ketika berpapasan dengan seorang polisi yang berdiri di depan pintu ruangan tersebut."Apa kamu tidak mau keluar dari ruangan ini? Jika memang tidak ada tempat tinggal, lebih baik menginap saja di dalam sel tahanan," ujar sang polisi sembari menyeringai, melihat betapa menariknya hubungan seorang Sean Mayer dengan wanita yang tidak sebanding dengan keluarga Mayer.Seketika Raisa memutar tubuhnya, menghadap ke arah sumber suara yang terdengar sedang mengoloknya. Dia menatap tajam pada pria yang memakai seragam polisi, dan sedang tersenyum padanya. Sayangnya, senyuman itu membuatnya semakin kesal padanya. Kakinya melangkah keluar dari dalam ruangan tersebut, dan tatapan matanya masih saja tertuju pada sang polisi, seo
Setelah perundingan yang panjang dan tentunya tidak segampang yang dibayangkan oleh Sean, akhirnya Raisa bisa dibawa olehnya dengan syarat dan ketentuan yang berlaku."Pulanglah. Aku akan mengutus seseorang untuk mengantarmu ke tempat yang akan kalian tinggali," tutur Sean yang berdiri dengan Raisa di depan kantor polisi, setelah baru keluar dari tempat tersebut.Raisa menatap pria yang selalu bisa diandalkan olehnya, dengan tatapan mengiba, seraya berkata,"Sayang, aku lapar. Apa bisa kita makan terlebih dahulu? Dan juga belikan aku pakaian. Akan sangat aneh jika aku pergi dengan berpenampilan seperti ini."Sontak saja Sean melihat ke arah wanita masa lalunya, dan menatapnya dari bawah hingga ke atas. Diambilnya dompet dalam sakunya, dan mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya."Pakailah uang ini untuk membeli pakaian dan makanan," ucapnya seraya memberikan uang tersebut pada Raisa.Raisa menatap beberapa lembar uang ya
Semua anggota keluarga Mayer sedang bersantai di ruang tengah seperti kebiasaan mereka setelah makan malam usai. Antonio, Anna, Dave dan Celine yang sedang menggendong Hero di ruang tengah, menikmati secangkir teh dan kopi sambil berbincang tanpa adanya Sean, putra kedua mereka.Tiba-tiba saja mereka kedatangan tamu dari keluarga yang tidak asing. Sesuai dengan keinginan sang tamu, mereka semua berpindah ke ruang tamu untuk berbicara secara formal.'Ada apa ini? Sepertinya mereka datang dengan tujuan yang sangat penting dan serius. Apa mungkin karena ...,' batin Celine ketika merasakan ketegangan berada di antara dua keluarga tersebut."Kami tidak menyangka akan kedatangan tamu agung pada malam hari ini. Seharusnya kalian memberitahu kami terlebih dahulu, agar kita bisa makan malam bersama," tutur Antonio seraya terkekeh menyambut kedatangan tamu agungnya.'Aku harus pergi dari sini. Tidak seharusnya aku berada di antara mereka dan mendengarkan obrolan mereka. Aku rasa tidak sanggup m