Yusril menggunakan tatapannya untuk memberi isyarat kepada seorang pejabat yang berlutut di tepi menara.Pejabat yang menerima isyarat itu segera menyelinap turun dari menara.Yusril mengira tidak ada yang menyadarinya.Tanpa dia sadari ....Bibir Arjuna sedikit melengkung.Suasana hati Arjuna sedang baik hari ini, jadi dia memutuskan untuk mengikuti Yusril. Dia akan melihat trik apa yang Yusril lakukan.Tak lama setelah pejabat itu berlari menuruni menara."Tak, tak, tak, tak!"Suara langkah kaki yang riuh dan padat bergema dari bawah.Arjuna mencondongkan tubuh ke depan untuk melihat ke bawah.Kerumunan padat ada di bawah menara.Mereka semua adalah warga Kota Phoenix.Setelah tiba di menara, para warga berlutut."Yang Mulia Perdana Menteri, izinkan Yang Mulia Rian tetap di Kota Phoenix.""Yang Mulia Perdana Menteri, kami tidak bisa tanpa Yang Mulia Rian.""Yang Mulia Perdana Menteri, tolong berbaik hati."Makin banyak warga yang memohon di bawah menara. Jalan di dekat menara dipenuh
"Kenapa?" Pangeran Maruta menampar kepala Rian. "Kamu benar-benar bodoh. Cepat berterima kasih!""Bagaimana boleh aku menjadi bupati Kota Alamanda?""Bagaimana boleh Rian menjadi bupati Kota Alamanda?"Rian dan Yusril berteriak serempak.Pangeran Maruta menampar kepala Rian lagi. "Arjuna bilang boleh, maka boleh. Jangan banyak bicara.""Yang Mulia Perdana Menteri Kiri, atas dasar apa kamu melakukan ini? Apa hakmu melakukan ini?"Yusril bingung dan malu. Panik, bingung bercampur kesal membuatnya langsung menyudutkan Arjuna.Arjuna tidak langsung menjawab, melainkan menamparnya."Plak!"Suara tamparan itu sangat keras, bekas telapak tangan langsung muncul di wajah Yusril."Aku, seorang Perdana Menteri Kiri, tidak boleh menggantikan seorang bupati?""Aku adalah bupati yang dipilih oleh Yang Mulia Perdana Menteri Kanan, Yudha ....""Plak!"Sebelum Yusril menyelesaikan kata-katanya, tamparan lain mendarat di wajahnya."Apa yang kamu keluhkan?" Tatapan dingin Arjuna berlabuh pada wajah Yusri
Yusril menatap topinya yang ada di tangan Arjuna.Terkejut, bingung, ketakutan.Yusril tak berani bernapas.Tak hanya Yusril yang tertegun, tetapi juga rombongan pejabat dari Kota Alamanda.Arjuna mengibaskan topi tersebut. "Banyak sekali debu di topi ini."Yusril menghela napas lega.Jadi Arjuna hanya mengeluh debu pada topinya."Yang Mulia, aku datang ke sini semalaman, kena sedikit debu dalam perjalanan. Aku akan membersihkannya nanti."Sambil berbicara, Yusril berlutut di hadapan Arjuna, tangannya terangkat, menunggu Arjuna mengembalikan topi ke tangannya.Arjuna melirik tangan Yusril dengan tenang. Lalu dia mendongak, berkata kepada Rian yang sedang berlutut di pojok. "Rian, kemarilah!"Rian berlari kecil menghampiri Arjuna dengan sedikit membungkuk."Tuan!" Rian berlutut di belakang Yusril. Pangkatnya lebih rendah dari Yusril, jadi dia tidak bisa berlutut sejajar."Maju sedikit," kata Arjuna.Rian melakukan apa yang diperintahkan, dia bergerak sedikit lebih dekat.Namun, dia masi
"Yusril, memberi hormat kepada Yang Mulia Perdana Menteri Kiri." Sekelompok besar pejabat di belakang Yusril juga berlutut. Di depan Arjuna, kerumunan besar berlutut.Setelah mengetahui kedatangan Yusril, Rian bergegas memimpin para pejabat dari Kota Phoenix ke tembok kota."Hormat kepada Yang Mulia."Rian memimpin para pejabat Kota Phoenix memberi hormat kepada Yusril. Yusril bahkan tidak meliriknya. Yusril, memimpin rombongan pejabat dari Kota Alamanda, melewati Rian untuk berlutut di hadapan Pangeran Maruta."Hormat kepada Pangeran Maruta!"Pangeran Maruta adalah pria yang lugas, tak pernah menahan diri. Dia langsung menendang Yusril."Yusril, kenapa kamu baru datang?" Pangeran Maruta mengumpat sambil menendangnya.Yang Mulia, bukannya aku tidak ingin datang. Para bandit merajalela di sebuah kabupaten di Kota Alamanda. Aku pergi ke sana delapan hari yang lalu untuk menumpas mereka. Setelah membasmi mereka hari ini, aku langsung ke sini.""Aku sudah menyerahkan laporan masalah ini da
"Dalam hal ini, aku yakin Rian tidak salah. Bagaimanapun, Erwin telah melanggar hukum. Ibunya Rian juga tidak salah. Setelah bertahun-tahun menunggu, cucunya yang telah menjadi bandit akhirnya pulang. Tapi sekarang, putranya malah memenjarakan cucunya. Bagaimana mungkin dia tidak sedih?"Pangeran Maruta menggelengkan kepalanya. "Arjuna, kita lebih baik tidak ikut campur dalam masalah seperti ini."Arjuna melihat ke arah isak tangis wanita tua sambil berkata dengan tenang. "Aku juga tidak pernah berpikir untuk ikut campur."Rian telah bekerja keras selama bertahun-tahun untuk memperbaiki kehidupan masyarakat Kota Phoenix. Namun, karena dia tidak bisa menyanjung atasannya, dia tidak pernah dipromosikan selama bertahun-tahun. Putra kembarnya yang akhirnya dia miliki diculik oleh para bandit pula.Memikirkan kehidupan Rian yang sulit, Arjuna tidak pernah menyinggung soal hukum. Karena Erwin bukanlah orang jahat, Arjuna memutuskan untuk menutup mata terhadap fakta bahwa Erwin pernah menjadi
"Tentu saja, gantung dan pukul dia. Dasar bajingan tak tahu terima kasih," umpat Pangeran Maruta."Pangeran benar."Sambil berbicara, Arjuna mengangkat senapannya, kemudian menarik pelatuknya ke arah Erwin yang hendak menyerangnya.Keesokan harinya.Kota Phoenix, di depan gerbang kediaman Prefek Rian."Apakah dia pemimpin banditnya?""Dia benar-benar mirip Yang Mulia Rian."Warga Kota Phoenix berkumpul di gerbang kediaman prefek, menunjuk dan mengomentari pemuda yang tergantung di balok pintu."Plak, plak, plak!"Pangeran Maruta mengayunkan cambuknya, memukul pantat Erwin berulang kali, sambil mengumpat."Dasar bandit, ini rumahmu, Rian-lah ayahmu!"Di halaman, Rian menatap putranya yang tergantung di balok pintu dan sedang dicambuk oleh Pangeran Maruta. Ekspresinya seperti kebanyakan ayah yang menghadapi putra pemberontak.Marah sekaligus sedih.Selama bertahun-tahun, Erwin telah merampok perak dan gandum milik warga sipil yang tak terhitung jumlahnya, juga menghancurkan banyak keluar