Arjuna, seorang pria dari zaman modern, mengalami transmigrasi ke zaman kuno. Kerajaan Bratajaya sangat kekurangan laki-laki. Tidak ada laki-laki yang mempertahankan kota, berperang dan bertani. Demi meringankan penderitaan rakyat, pemerintah kerajaan pun menganjurkan pernikahan. Orang yang bersedia menerima lebih dari tiga istri akan diberi imbalan. Orang yang melahirkan anak laki-laki akan diberi imbalan tinggi. Arjuna diberi empat istri cantik yang memiliki kelebihan masing-masing. Tahun berikutnya, istri Arjuna melahirkan anak kembar empat. Semuanya laki-laki. Begitu kabar ini tersebar, sepenjuru Kerajaan Bratajaya pun gempar.
View MoreMelihat Perdana Menteri berlutut, para menteri lainnya pun berlutut."Ratu Nandar!""Hidup Ratu!"Hehe.Arjuna yang melihat dari samping sangat senang.Dia menemani Permaisuri kembali hanya untuk membantunya menyelamatkan orang tuanya. Tak disangka Permaisuri langsung menjadi ratu dari Negara Pulantara.Ketika dia menghadapi para menteri Negara Pulantara, auranya benar-benar berbeda dari sebelumnya, seperti seorang ratu.Permaisuri ... sekarang tidak boleh memanggilnya permaisuri lagi, tetapi harus memanggilnya Ratu Nandar.Tiga hari setelah upacara penobatan Ratu Nandar.Sebagai kontributor utama penobatan ratu, kursi Arjuna tentu saja diatur paling dekat dengan ratu.Upacara penobatan berlangsung megah dan khidmat.Petugas upacara agung berdiri di panggung tinggi, mengumumkan dengan lantang. "Upacara penobatan resmi dimulai!""Woo ....""Woo, woo ...."Pria besar yang berdiri di bawah tembok istana meniup terompet."Moo.""Moo.""Moo."Gajah-gajah yang berbaris dalam satu baris menga
"Siapa lagi yang ingin menyelamatkan Thura?!""Siapa lagi yang ingin menyelamatkan Thura?!""Siapa lagi yang ingin menyelamatkan Thura?!"Sang permaisuri bertanya tiga kali berturut-turut.Di aula perjamuan besar, tidak ada yang berani bergerak."Siapa pun ... yang berhasil menyelamatkanku, aku akan menjadikannya sebagai perdana menteri di Negara Pulantara yang dihormati banyak orang."Syarat Thura benar-benar cukup menggoda.Namun aula masih sepi, dan tidak ada yang berani bergegas.Begitu mereka maju, mereka akan langsung menjadi mayat hidup di bawah senjata Permaisuri. Jika kehilangan nyawa, apa gunanya menduduki jabatan perdana menteri?"Siapa ....""Dor, dor, dor!"Begitu Thura berbicara, Permaisuri kembali menembak tangan kirinya."Ah ...."Tangan lainnya hancur. Tidak peduli seberapa kuat mental Thura, dia tidak dapat bertahan lagi. Dia berguling-guling di lantai dan melolong kesakitan.Permaisuri mendekati Thura, membungkuk, lalu melihat kedua telapak tangan Thura yang telah me
Mata Thura membelalak. Dia menatap semua yang ada di depannya dengan ngeri.Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana ini bisa terjadi?Jelas-jelas ada begitu banyak prajurit. Para prajurit ini adalah pengawal pribadinya, mereka semua sangat terampil.Kenapa mereka semua tumbang setelah terdengar bunyi "dor, dor"?Tangan Arjuna ....Thura menatap senapan mesin ringan di tangan Arjuna. Wajahnya penuh kengerian, dia berteriak liar."Pengawal, lanjutkan serangannya!""Dor! Dor!"Arjuna berbalik, lalu menembak Thura dua kali."Ah!"Thura menjerit lalu jatuh ke lantai. Lutut kiri dan kanannya terkena peluru. Rasa sakit yang menusuk membuat Thura tidak bisa berdiri.Arjuna mendekat, kemudian menempelkan moncong senapan ke dahi Thura."Kalau ada yang berani mendekat, aku akan menembaknya.""Mundur, semuanya mundur!" perintah Thura sambil menahan rasa sakit.Segerombolan penjaga baru yang bergegas dari luar tiba-tiba menghentikan langkah mereka. Mereka menatap Thura yang berlutut di lantai dengan
Thura melihat meja yang dibalikkan oleh Arjuna lalu berseru, "Yo!"Senyum di wajahnya makin lebar. "Kamu bisa membalik meja? Kekuatanmu lebih besar dari yang kukira."Wajah yang tersenyum itu tiba-tiba berubah. Dia mengangkat tangannya, lalu melambaikan tangan."Tak, tak, tak!"Tentara-tentara Negara Pulantara yang bertelanjang dada memegang parang, bergegas masuk dari luar, lalu mengepung Arjuna dan Disa."Thura, Yang Mulia Arjuna adalah utusan Bratajaya. Beraninya kamu menyerang mereka!"Melihat Arjuna dan yang lainnya dikepung, sang permaisuri mengabaikan keselamatannya sendiri untuk memperingatkan Thura."Keponakanku." Thura mencubit wajah sang permaisuri. "Setelah menikah ke Bratajaya, lidahmu menjadi tajam. Ini tidak boleh. Sepertinya sebagai paman, aku harus menghabiskan lebih banyak waktu dan tenaga untuk mengajarimu."Kata "mengajar" diucapkan dengan cara yang sangat vulgar."Cepat lepaskan mereka. Pasukan Patroli Bratajaya masih di Kota Teratai. Kalau kamu berani menyentuh Ya
Dua kasim tua datang membawa satu tong anggur.Kasim yang berjalan di depan menundukkan kepalanya begitu masuk ke ruang perjamuan.Karena itu, dia tidak memerhatikan langkah di depannya."Bam!""Plak!"Tong anggur itu terbalik, anggurnya terciprat ke mana-mana. Beberapa di antaranya terciprat ke Arjuna."Dasar budak tak berguna, mengangkat satu tong anggur saja tidak becus! Kamu menciprati Utusan!"Thura langsung mengeluarkan cambuk dari pinggangnya, berjalan mendekat, kemudian mencambuk kasim itu dengan keras.Kasim itu menggertakkan giginya, berusaha sekuat tenaga untuk menahannya, tetapi dia tetap mengerang kesakitan.Kulitnya robek.Benar-benar menyakitkan.Permaisuri yang gelisah sejak masuk ke istana tiba-tiba membeku. Matanya yang berwarna cokelat muda terbuka lebar. Dia bergeming melihat kasim yang berlutut di lantai itu.Dalam hatinya sebenarnya sudah punya jawabannya, tetapi dia tidak berani dan tidak ingin memercayainya.Thura melirik Permaisuri dengan senyum sinis, lalu cam
Arjuna dan yang lainnya mengikuti kasim Thura pergi ke Istana Pulantara lagi."Tunggu!"Ketika mereka tiba di gerbang istana, Arjuna dan yang lainnya dihentikan. Ini adalah pemeriksaan rutin, senjata tidak diizinkan dibawa ke dalam istana.Pemeriksaan itu mirip dengan yang dilakukan pada siang hari.Mereka semua diizinkan lewat. Arjuna dan yang lainnya berjalan sejauh sepuluh meter lebih sebelum dihentikan lagi."Dia."Penjaga itu menunjuk Ayumi. "Tidak boleh masuk.""Kenapa dia tidak boleh masuk? Atas dasar apa kamu tidak mengizinkannya masuk?" tanya Disa dengan tidak terima."Raja punya aturan tidak membawa bawahan, apalagi bawahan yang menguasai ilmu bela diri.""Ayumi, tunggu kami di luar," ujar Arjuna."Baik, Tuan Arjuna."Ketika Ayumi pergi, dia melirik telapak tangan Arjuna.Telapak tangannya menghadap ke bawah.Kali ini, Arjuna dan yang lainnya tidak perlu menunggu. Tidak lama setelah mereka masuk ke ruang perjamuan, Thura pun datang."Aku Arjuna, utusan Bratajaya, mewakili Kai
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments