Tiga hari telah berlalu semenjak kejadian di ruang pertemuan. Kabar pemberontakan yang dilakukan perdana menteri pun tidak bisa disembunyikan dan dengan cepat menyebar ke permukaan.
Banyak yang tidak percaya bahwa perdana menteri Ji akan melakukan pemberontakan untuk mengambil alih kekuasaan Kekaisaran, tetapi banyak juga yang berpikiran itu adalah hal yang bukan mustahil. Perebutan kekuasaan untuk jabatan, harta dan wanita, memang sering membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Setidaknya itu adalah hal yang paling mendasar untuk pemicuh sebuah perkelahian.
Walaupun demikian, pejabat Kekaisaran yang ikut terlibat dalam pertemuan itu sebisa mungkin untuk menekan penyebaran itu agar tidak terlalu membesar.
Di sisi lain, sesuai yang telah disampaikan tabib terbaik istana. Kaisar Yang saat ini, Li Guan memang tidak bisa disembuhkan dan ia lumpuh total. Tubuhnya pun perlahan-lahan mulai berubah warna menjadi kehijauan. Beruntung Racun Kelabang Hijau hanya melumpuhkan dan tidak membahayakan nyawa.
Sementara itu Li Ning dapat disembuhkan dengan usaha terbaik yang dilakukan tabib Yao. Dengan itu juga, sesuai titah Kaisar Li Guan sebelumnya, Li Ning akan mengambil alih kekuasaan Kekaisaran Yang menggantikannya.
"Pangeran Li Ning akan dinobatkan sebagai Kaisar baru dari Kekaisaran Yang esok hari." Ucap Kasim kepercayaan Kaisar Li Guan.
Walaupun ia memejamkan matanya, Li Guan masih bisa mendengar perkataan Kasim itu. Ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan sementara untuk bicara, ia juga tidak bisa melakukannya.
"Hamba izin pergi Yang Mulia, untuk membantu persiapan penobatan besok." Kasim itu pergi meninggalkan ruangan Kaisar Li Guan.
"Jaga Yang Mulia Kaisar dengan baik!" Ucap Kasim yang bernama Bai Ling itu kepada dua orang gadis pelayan yang ada di tempat itu.
"Baik, Tuan!" Balas keduanya bersamaan.
***
Hari penobatan pangeran Li Ning menjadi Kaisar baru pun tiba, dengan memakai pakaian berwarna keemasan pangeran Li Ning terlihat begitu berwibawa dan berkarisma.
Apalagi ditambah mahkota Kekaisaran yang begitu indah yang terbuat dari emas murni serta dihiasi batu mulia berharga, menambah kegagahan pemuda yang masih berusia dua puluh tahun itu.
Ya, pangeran Li Ning sendiri masih berusia dua puluh tahun. Usia yang sangat muda untuk mengambil alih kepemimpinan Kekaisaran Yang.
"Hari ini aku mengganti Yang Mulia Kaisar Li Guan untuk memimpin Kekaisaran Yang ini. Aku berjanji akan menjaga dan mempertahankan Kekaisaran Yang dengan segenap kemampuanku..."
Berbagai janji dan sumpah disampaikan oleh Li Ning, setelah menyelesaikan semuanya, ia menyayat telapak tangannya sendiri sampai berdarah dan melemparkannya ke udara sebagai tanda sumpahnya tersebut.
Semua hadirin baik pejabat Kekaisaran, perwakilan dari rakyat serta perwakilan sekte-sekte yang bekerja sama dengan Kekaisaran Yang berdiri dan bertepuk tangan memberi selamat kepada Kaisar baru tersebut.
Seseorang menggunakan jubah berwarna merah dengan corak pedang di beberapa bagiannya mengangkat suaranya, "Selamat kepada pangeran Li Ning yang telah menjadi Kaisar baru Kekaisaran Yang. Semoga di bawah kekuasaan Anda, Kekaisaran ini bisa lebih maju."
Pria paruh baya itu tidak lain adalah Shen Wang, patriak sekte Pedang Surgawi, salah satu sekte besar aliran lurus yang ada di Kekaisaran Yang.
"Semoga kerjasama yang sudah terjalin selama ratusan tahun di antara kita juga bertambah kuat!" Timpal seorang pria paruh baya dengan pakaian berwarna kehijauan. Belakangan diketahui identitasnya adalah, Lu Han. Seorang patriak sekte Tiga Tombak, salah satu sekte besar aliran lurus lainnya.
Terakhir, seorang pria sepuh yang memberi selamat. Dengan janggut, kumis serta alis matanya yang berwarna putih dan panjang sebagai ciri khasnya. Tidak lupa juga sebuah kalung berbentuk tasbih yang tersemat di lehernya. Di tangannya juga terdapat sebuah tongkat bambu, yang juga tidak kalah menarik perhatiannya.
"Amitabha, semoga keselamatan dan kesehatan selalu menyertai Yang Mulia Kaisar!" ucap biksu tua dengan kepala botak itu.
"Terima kasih, senior!" Balas pangeran Li Ning yang sudah resmi menjadi Kaisar baru Kekaisaran Yang.
Setelah acara penobatan itu selesai, langkah pertama yang Kaisar Li Ning lakukan adalah mengumumkan pejabat Kekaisaran pengganti pejabat-pejabat sebelumnya yang sudah dicopot jabatannya.
Kemudian ia juga mengumumkan hukuman untuk perdana menteri Ji, yaitu dikurung seumur hidup di penjara Kekaisaran Yang.
Setelah itu, Kaisar Li Ning meninggalkan lokasi penobatan dan pergi ke suatu tempat yang ternyata adalah ruangan Li Guan.
"Yang Mulia," dua orang pelayan yang menjaga Li Guan memberi hormat kepada Kaisar Li Ning.
Kaisar Li Ning tidak menanggapi hal tersebut, ia mengangkat tangannya memberi isyarat untuk kedua pelayan itu meninggalkannya berdua dengan Li Guan.
"Kakak, aku sudah melakukan apa yang kau minta, ku mohon berikan restumu," ucap Li Ning.
Li Guan sebenarnya ingin mengatakan sesuatu, tetapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Tanpa disadari, air mata jatuh ke pipinya. Entah apa yang ingin ia katakan, hanya Li Guan lah yang tahu.
Sementara itu, setelah meminta restu kepada Li Guan, Li Ning langsung meninggalkan ruangan tersebut.
*****
Lima tahun telah berlalu semenjak kejadian yang menimpah keluarga Kekaisaran Yang. Semua orang juga tampak sudah mulai melupakan kejadian itu. Kaisar Li Ning pun juga memerintah dengan cukup baik, walaupun belum bisa dikatakan melewati pencapaian-pencapaian Kaisar sebelumnya, Li Guan.
Kota Awan Putih merupakan Ibukota Kekaisaran Yang. Kota itu terlihat sangat aman dan damai, dengan rakyat-rakyatnya yang hidup sejahtera dan berdampingan.
Jauh dari kota tersebut, tepatnya di ujung Kekaisaran Yang terdapat sebuah hutan yang sangat jarang dikunjungi oleh manusia. Penyebabnya adalah banyak manusia yang hilang dan tidak pernah kembali setelah memasuki tempat itu.
Hutan itu sendiri dikenal dengan Hutan Kematian.
Akan tetapi, seperti kata pepatah yang terkenal, hal yang terlihat berbahaya untuk seseorang bukan berarti berlaku sama dengan orang lain. Hal itu dapat dilihat kebenarannya, setelah melihat dua orang laki-laki yang sedang memancing di tengah Hutan Kematian yang dianggap sangat berbahaya tersebut.
"Kakek, aku mendapatkannya." Teriak salah satu laki-laki itu yang ternyata seorang anak kecil. Dilihat dari perawakannya, bocah itu berusia sekitar enam tahunan.
"Kerja bagus, Fang!" Balas laki-laki lainnya. Ternyata ia merupakan pria sepuh yang sudah berumur dengan tubuh pendek dan gempal. Hal yang paling mencolok adalah, janggut, kumis serta alisnya yang panjang dan berwarna putih.
"Tampaknya hari ini kita bisa makan besar lagi." Sambung sang pria tua itu.
"Benar kek, tapi masakan kakek akan lebih nikmat jika ditambah ginseng air seperti biasanya," bocah itu berpendapat.
Setelah berkata demikian, bocah bernama Fang itu berdiri dari tempat duduknya dan tiba-tiba, "Boom," bocah bernama Fang itu melompat ke air.
Di sisi lain, pria tua yang melihat aksi cucunya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. Senyuman lebar juga merekah di bibirnya.
"Anak ini…"
Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se
Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me
Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya
Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr
"Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha