Share

Bab 7

Alvin masih menertawakan Michael yang masih bersedih karena galau. Tawanya Baru berhenti setelah Ronald masuk dan menghampiri kedua pemuda yang tengah berdiskusi di balkon.

"Om! Papa!" seru Michael dan Alvin secara bersamaan pada Ronald yang menyapa keduanya.

"Ada apa dengan kalian? Bukannya Bi Atun sudah memanggil kalian dan mengajak kalian untuk turun ke bawah!" tanya Ronald menatap tajam ke arah Michael dan Alvin secara bergantian.

"Michael nggak lapar Pa, Papa sama Mama dan Alvin saja yang makan terlebih dahulu!" ucap Michael pada Ronald.

Ronald tidak memaksa putranya Jika ia tidak mau makan. Putranya sudah besar bukan seperti anak umur 5 tahun lagi yang harus disuapi. Jadi jika putranya tidak mau makan Ronald tidak perlu repot-repot untuk membujuknya. Berbeda dengan Mona sebagai sang ibu yang tidak ingin anaknya sakit. Jika mendengar Michael tidak mau makan Mona langsung sigap mengantarkan makan malam dan menyuapi Michael dengan telaten.

Ronald berjalan keluar kamar Michael dengan diiringi oleh Alvin di belakangnya. Setelah di luar kamar Ronald bertanya kepada Alvin apa yang terjadi pada Michael. Kenapa tiba-tiba putranya mendadak pendiam.

Selain menanyakan keadaan Michael Ronald juga menanyakan perkembangan kantor selama ia tinggal.

"Bagaimana keadaan kantor?"

"Lancar Om,"

Tak terasa pria berbeda usia itu telah sampai di lantai bawah Dan disambut oleh muna yang sudah menyiapkan masakan kesukaan suaminya.

"Lho, Papa tadi kan bilang mau panggil Michael mana itu anak?" tanya Mona sambil menuangkan air putih ke gelau.

"Entahlah Ma, sepertinya putra Mama itu tengah galau, mungkin baru saja putus dari pacarnya," ucap Ronald sambil menarik kursi kemudian duduk di meja makan. Begitu juga dengan Alvin yang ikut makan malam bersama kedua orang tua Michael yang sudah menganggapnya seperti anaknya sendiri. Karena Ronald adalah kakak satu-satunya ayahnya yang masih hidup.

"Om dengar-dengar jika di kantor kita ada cliening service baru bernama Mamat?" tanya Ronald pada Alvin yang langsung tersedak mendengar pertanyaan dari Ronald karena ial tengah menegug air minum.

Uhuk! Uhuk!

"Om tahu dari mana?" tanya Alvin gugup.

"Pelan-pelan Al!" tegur Mona pada Alvin yang terlihat gugup.

"Kau tidak ingat aku ini siapa?" tanya Ronald mengingatkan siapa dirinya pada sang keponakan.

Alvin hanya bisa meringis dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sedangkan Mona yang masih bingung kemana arah pembicaraan suaminya itu masih mencerna apa yang tengah di bahas.

Mona ingat beberapa hari yang lalu tingkah putranya yaitu Mamat terlihat berbeda dan aneh.

"Pa...!"seru Mona tersenyum mengingat tingkah Michael saat membawa motor mang Asep dan berpakaian cleaning service.

"Mama kenapa?" tanya Ronald sambil mengerutkan keningnya.

"Mama tau sesuatu, Pa," sahut Mona sambil tersenyum.

Setelah makan malam Alvin ingin mengajak Michael keluar rumah. Ia ingin mengajak saudaranya itu mencari hiburan agar tidak galau karena patah hati.

"Bro, kita keluar Yuk! Sepertinya kalau butuh hiburan," ajak Alvin saat sudah berdiri di sebelah Michael yang sejak tadi berdiri di atas balkon.

Pemuda itu sejak tadi masih berdiri di atas balkon, bahkan air matanya luruh mengalir tanpa permisi. Alvin baru pertama kali melihat seorang Michael Sanjaya tengah menangis karena patah hati.

*****

Sedangkan di rumah Fitri, Damar tengah melampiaskan amarahnya pada Fitri yang terlambat menyediakan makan malam.

Sepulang dari kantor Fitri merasa tidak enak badan karena itu ia langsung masuk ke dalam kamar. Ia tidak tau Damar sang suami belum makan malam.

Braakk!

Fitri terlonjak kaget saat tubuhnya tengah menggigil karena demam.

"Bangun! bentak Damar pada Fitri yang terlihat sangat pucat wajahnya.

Damar menghampiri Fitri dengan mendorong kursi rodanya sendiri menggunakan kedua tangannya, ia menatap tajam ke arah istrinya yang tengah terbaring di ranjang.

"Kau tidak membelikan makanan untukku, hah?" tanya Damar setelah berada di samping ranjang.

"Maaf mas, tadi aku lupa karena hujan juga jadi aku memutuskan pulang terlebih dahulu." sahut Fitri yang masih tetap berada di bawah selimut.

"Aku lapar, belikan makanan sekarang! dirumah sudah tidak ada lagi makanan," pinta Damar tanpa ada rasa belas kasihan.

"Ta-tapi..., a-aku,"

"Aku belum makan, sejak tadi aku menunggumu pulang dan berharap kau pulang dengan membawa makan seperti biasa tapi ternyata tidak!" potong Damar yang tidak mau mendengar penjelasan istrinya.

"Baiklah, Aku akan bersiap dulu,"

Meskipun Fitri dalam keadaan demam ia terpaksa berjalan menyusuri gang-gang sempit untuk membeli nasi goreng buat suaminya. Namun Fitri tidak menemukan tukang nasi goreng yang biasa mangkal di depan gang rumahnya. Maka dari itu ia harus berjalan ke arah jalan raya di dekat lampu merah.

Fitri berjalan sedikit limbung karena kepalanya terasa pusing dan berputar namun saat sudah tiba di depan restoran mewah dan belum sampai ke tempat tujuannya ia jatuh pingsan namun beruntung seorang pemuda tampan menangkap tubuhnya sebelum tubuhnya tersungkur di atas jalanan.

Sebelum kesadaran Fitri hilang ia sempat melihat wajah pemuda tampan itu ia mengerutkan karena melihat paras wajah pria itu begitu mirip dengan seseorang yang ia kenal.

Mamat!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status