Share

Kegaduhan

Sudah seminggu Hana menghilang. Hadi mencarinya, ia mengerahkan tim pencari untuk menelusuri seluruh desa juga membayar beberapa warga untuk turut membantu. 

Beberapa kali salah satu pekerjanya melaporkan hasil yang nihil, Hadi semakin dibuat cemas berlebihan. Tapi, dia tidak mau menyerah.

"Hadi, sudahlah, Nak. Mau sampai kapan kamu terus seperti ini?" tanya Bu Risma, kakinya terus mengikuti ke mana pun Hadi melangkah.

Bu Risma berkali-kali meminta anaknya untuk menghentikan pencarian tersebut. Risma cemas dengan keadaan sang anak yang sekarang benar-benar memprihatinkan, Hadi seolah tidak peduli dengan kesehatannya, yang dia pikirkan Hanyalah keadaan Hana sang istri, Risma kesal karena anaknya tidak pernah menyerah pada menantu yang dibencinya itu.

"Jangan suka memaksakan diri seperti ini, Hadi. Kamu juga harus memperhatikan kondisimu. Ibu tidak mau kamu celaka. Kamu boleh cemas, tapi kamu harus memperhatikan kesehatanmu juga. Aduh, Naaakk."

Risma memandangi wajah anaknya yang tampak tidak terurus, kusam dan dipenuhi janggut kasar. Bahkan kantung matanya terlihat jelas akibat kurang tidur. Meskipun begitu, Hadi enggan menuruti perintah ibunya untuk sekadar beristirahat.

"Kalau kamu terus sekeras ini, kasihan Hana. Dia juga nggak mau liat kamu sakit, ibu sedih kalau kamu seperti ini terus, Nak." Bu Risma terisak. 

Tujuannya memisahkan Hana dari hidup putranya memang berhasil. Namun ternyata, hal itu membawa dampak buruk bagi kesehatan Hadi. Bu Risma kehabisan akal, harus bagaimana lagi dia menghadapi putranya.

"Ibu benar, Mas. Kalau Mas Hadi sakit, kita semua juga ikut sakit." Lilis menambahkan.

"Aku akan beristirahat kalau Hana sudah ketemu." 

Untuk ke sekian kalinya Hadi benar-benar menyesal. Kenapa waktu itu ia tak mengajak Hana untuk ikut dengannya ke kota. Padahal saat itu Hana bersikeras ingin ikut dengannya. Hadi tak mengijinkan karena beralasan ia hanya pergi selama tiga hari.

Selain itu, Hadi melarangnya ikut karena takut kesehatan Hana akan memburuk. Istrinya itu mudah sakit, bahkan sudah tiga kali keguguran. Selama dua tahun menikah, mereka memang belum dikaruniai anak. Meskipun begitu, Hadi tidak pernah mempermasalahkannya.

Hadi berharap setelah menyelesaikan tugasnya di luar kota, dia bisa membawa Hana ke rumah baru yang sebentar lagi akan mereka tempati. Namun, ketika ia kembali ke desa, berita hilangnya Hana lah yang ia dapatkan.

"Hadi! Keluar kamu!"

Suara ribut-ribut terdengar dari luar. Risma dan Lilis sontak menoleh, Hadi juga terkejut, dia langsung keluar dari rumah besar milik ibunya.

"Ada apa ini?" tanya Hadi begitu sampai di halaman rumah, warga desa ramai-ramai mendatangi rumahnya. Dia mengitarkan pandangannya lalu berhenti pada seorang perempuan yang tidak lain adalah Sari, salah satu teman baik Hana. Wanita itu berurai air mata, ekspresi wajahnya dipenuhi kemarahan.

"Sari? Ada apa ini? Kamu kenapa?" tanya Hadi pada wanita itu.

Tanpa banyak kata, wanita itu mengangkat kain di tangannya lalu melemparkannya kepada Hadi. Tangan Hadi bergetar menerimanya. Jilbab biru dengan noda tanah yang menempel itu tidak salah lagi milik istrinya yang hilang tujuh hari ini.

"Kau mendapat ini dari mana? Ke mana Hana? Kau menemukannya?" tanya Hadi setengah panik.

"Kau mencari Hana, kan? Wanita yang kau cari-cari itu telah merebut suamiku! Dia pelakor. Istrimu wanita murahan penggoda suami orang!" Dengan lantang Sari bersuara. Dia memandangi warga yang berkumpul.

Hadi dan seluruh warga desa terkejut mendengar ucapan wanita itu, sedangkan Risma dan Lilis saling pandang, senyum samar terbit di wajah masing-masing.

Hadi tidak mengerti, Sari yang biasanya jadi tempat Hana berkeluh-kesah mendadak berubah.

"Kalian lihat itu? Hana yang kalian kenal sebagai perempuan alim ternyata bejat. Dia wanita murahan dan--"

"HENTIKAN!" sentak Hadi memotong ucapan Sari.

"Nak, jangan marah dulu, kita dengarkan saja dulu penjelasan si Sari." Risma berdiri di depan Sari menghalangi tatapan penuh amarah Hadi kepada wanita satu anak tersebut.

Tak mau dituduh mengada-ada, Sari balik menatap Hadi dengan tatapan tajam. Dia seolah menantang pria itu.

"Buktinya suamiku juga ikut hilang. Dia meninggalkan surat ini!" Sari meremas surat di tangannya lalu melemparkannya pada Hadi. "Dia pergi kabur bersama istrimu, Hadi. Istrimu itu munafik!"

Amarah mulai berkobar dalam dada Hadi, wanita yang Hadi nikahi tidak mungkin melakukan perbuatan sebejat itu, dia sangat percaya. Hana adalah wanita yang santun dan cerdas, wanita itu tidak pernah mengkhianati kepercayaannya.

"Kau ...." Tangan Hadi mengepal, seolah bersiap untuk menyerang Sari. 

Risma memungut surat yang Sari lemparkan, kemudian membacanya. Ekspresi terkejut yang dibuat-buat tampak kentara sekali di wajah Risma dan Lilis, seakan-akan mereka percaya bahwa Hana telah merebut suami orang lain.

"Hadi!" Risma, menyerahkan surat yang tak berbentuk ke hadapan Hadi, meminta pria itu untuk membacanya juga. Namun, Hadi sama sekali tidak peduli. 

Hadi tampak mengerikan karena diselimuti amarah. Risma harus kembali mencegah Hadi yang berniat maju dan menyerang Sari. Dia menggelengkan kepalanya dengan tegas, menyuruh Hadi untuk menahan amarah.

"Aku sudah lama menyembunyikan ini darimu, Hadi. Hana memang tak sebaik yang kau lihat. Dia perempuan sok polos, tapi berhati iblis. Apakah kalian tahu, wanita itu memakai guna-guna agar bisa memikat Hadi. Itulah kenapa Hadi begitu tergila-gila padanya, tak hanya Hadi, sekarang suamiku pun dibawa lari. Bahkan kita semua tahu kalau Hana sering keguguran, itu karena dia menumbalkan anaknya sendiri!"

Warga desa yang berkumpul, saling berbisik-bisik, menyuarakan penilaian mereka. Hadi ditahan oleh Risma dan Lilis agar tidak melukai Sari yang terus saja mengoceh, menghina, dan memfitnah Hana. Sebagai seorang suami yang begitu mencintai istrinya, bagaimana Hadi tidak berang dengan tuduhan itu?

"TUTUP MULUTMU! BERHENTI MEMFITNAH ISTRIKU!" teriak Hadi murka.

"Aku tak berbohong, apa kau lupa kalau aku dan Hana adalah sahabat dari kecil? Aku jauh lebih tahu tentang dia dibanding kamu. Kamulah yang sudah dimanfaatkan oleh dia, Hadi!"

"DIAM!" sentak Hadi kasar.

Lilis dan Risma lagi-lagi tersenyum samar melihat kegaduhan yang ditimbulkan oleh Sari dan Hadi. Mereka puas karena sudah berhasil memancing warga agar ikut menjelekkan nama Hana.

Tujuan mereka memang menyebar fitnah dan tuduhan pada wanita malang itu. Risma dan Lilis sangat mudah memanfaatkan kecemburuan Sari. Ya, Sari selalu cemburu pada Hana karena wanita itu selalu dipuji cantik oleh suaminya, bahkan suaminya selalu terlihat memperhatikan Hana diam-diam. Wanita mana yang tidak sakit hati diperlakukan demikian?

Karena itu, saat Aji dinyatakan hilang bertepatan dengan hilangnya Hana, Risma dan Lilis mulai memulai aksinya. Mereka menyulut api dan memprovokasi Sari dengan surat dan foto. Tentu saja semua itu bukti palsu demi memperkuat dugaan kalau Aji dan Hana benar-benar berselingkuh di belakangnya.

"Aku tak akan pernah percaya dengan satu pun kata-katamu tentang istriku. Aku akan tetap mencari Hana!" Tatapan Hadi kini beralih pada seluruh warga. "Dan saat kutahu siapa dalang di balik hilangnya istriku, tak hanya si Sari, kalian juga akan menerima balasan yang setimpal dariku."

Lilis menyenggol tubuh Risma, merasa ngeri dengan ancaman Hadi. Mereka harus berjaga-jaga agar kasus kematian Hana tidak terendus oleh pria itu, akan sangat bahaya jika dia tahu bahwa dalang di balik hilangnya Hana adalah adik dan ibunya sendiri.

Sebelumnya, mereka hanya beralasan mengajak Hana ke luar untuk menemui seorang tabib yang bisa menyembuhkan penyakitnya. Namun, siapa sangka, Hana malah menemui ajalnya di hutan karena ketamakan ibu dan mertua. Seharusnya sejak awal Hana tidak menurut, tapi jika dia membantah, siksaan dari dua wanita itu akan lebih parah.

"Aku tidak berbohong, Hadi. Sekarang suamiku hilang, dia membawa kabur Hana. Apakah aku harus memberikan bukti kalau mereka sering diam-diam bertemu tanpa sepengetahuanmu dan--"

Sari menutup mulutnya ketika Hadi mulai mendekat, tapi beberapa warga langsung menjegalnya agar tidak melayangkan tamparan ke wajah Sari.

"Kubilang diam! Apa kau benar-benar ingin kubunuh, Sari?!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status