"Ah, kenyangnya!" gumam Verlyn pelan sembari menyandarkan punggungnya ke kursi."Mau tambah lagi, Verlyn?" tawar Khalix.Verlyn menggeleng pelan. "Terima kasih, Ayah. Tapi aku sudah kenyang, sekarang!" jawab Verlyn sembari tersenyum."Syukurlah jika, kau menikmati makan malammu," ujar Villian.Verlyn mengangguk senang dan Kayn beranjak dari kursinya. "Aku akan kembali ke kamar, sekarang," ujar Kayn singkat lalu melangkah pergi dari meja makan."Hey! Kau belum menyantap hidangan penutupmu, Kayn!" ujar Verlyn sembar membalikkan badannya ke arah Kayn yang hendak menaiki tangga.Kayn tidak menjawab dan terus menaiki tangga untuk pergi ke kamarnya.'Lagi-lagi dia pura-pura tidak–mendengar–omonganku, menyebalkan! Padahal hidangan penutup adalah makanan yang paling aku tunggu-tunggu,' batin Verlyn.Villian terkekeh dan Verlyn kembali membalikkan badannya lalu menghela napas."Verlyn, dia memang jarang sekali menyantap hidangan, penutupnya," ujar Villian lalu memberikan kue Smooth Strawberry
'Apa–dia, berhenti?'Verlyn membuka matanya perlahan dan melihat Kayn yang masih menatap tajam ke arah dirinya."Kayn?" panggil Verlyn pelan.Kayn melepas genggamannya dari tangan Verlyn dan menundukkan kepalanya.'Apa harusnya aku tidak menghentikannya, tadi?' batin Verlyn khawatir.Verlyn bangun dan duduk di sebelah Kayn."Kayn? Apa perkataanku menyakiti, perasaanmu?" tanya Verlyn pelan.Kayn tetap terdiam dan tidak menjawab pertanyaannya, membuat Verlyn merasa bersalah kepada Kayn."Aku minta maaf, Kayn. Aku tidak bermaksud–" Perkataan Verlyn terhenti setelah mendengar Kayn terkekeh sembari memegangi kepalanya."Kayn?"Kayn lagi-lagi tidak menjawab panggilan Verlyn dan tiba-tiba tertawa keras."Hahaha! Aku tidak bisa menahan tawaku, sekarang," ujar Kayn sembari tertawa kencang.Verlyn menatap ke arah Kayn. "Apa maksudmu?" tanya Verlyn tidak mengerti."Apa kau tidak menyadari bahwa aku–hanya–bercanda, Verlyn? Hahaha!" jawab Kayn sembari masih tertawa.Verlyn mengerutkan dahinya kesa
Verlyn menoleh ke arah sumber suara dan melihat Kayn sudah berada di belakangnya dan tersenyum."Selamat pagi, Verlyn!" ucap Kayn sembari mengelus pelan kepala Verlyn."Ah–ya.. Selamat pagi juga, Kayn.." balas Verlyn malu.Kayn duduk di kursi sebelah Verlyn dan mulai menyantap sarapan paginya.'Apa dia terbentur sesuatu, semalam? Oh–ya, kami sudah bersepakat untuk terlihat berhubungan baik di depan orang tua kami..' batin Verlyn."Apa yang sedang kau pikirkan, Verlyn?" tanya Kayn pelan."Eh!" Verlyn menggeleng cepat. "Tidak ada, kok."Villian tersenyum melihat sikap Verlyn dan Kayn di depannya lalu beranjak dari kursinya."Ibu akan pergi ke kamar, kalian berbincanglah dengan santai," ujar Villian lembut.Verlyn dan Kayn mengangguk dan Villian melangkah pergi meninggalkan mereka berdua di meja makan."Fyuh.. Baiklah, katakan sejujurnya jika kau tidak mau mengantarku, Kayn. Aku tahu kau jawab seperti itu karena Ibu yang memintamu, kan?" tanya Verlyn sembari menatap ke arah Kayn.Kayn me
'Kenapa dia lama sekali?' batin Kayn yang sedang berdiri di dekat pintu masuk kamar mandi wanita.Kayn memutuskan untuk memainkan ponselnya sembari menunggu Verlyn keluar dari kamar mandi dan beberapa perempuan di sekitarnya mulai membicarakannya."Pria itu, meskipun sudah menggunakan kacamata hitam dan topi, ketampanannya masih bisa terlihat, ya!""Kenapa kau tidak meminta nomor atau media sosialnya, saja?""Dia tipe aku banget!""Apa dia akan memberikanku nomornya?""Dia sepertinya belum memiliki pasangan, kan?"'Aku benar-benar merasa tidak nyaman!' batin Kayn kesal."Permisi.." ujar seorang wanita berambut kuning panjang dengan bola mata berwarna jingga menghampiri Kayn.Kayn tetap terdiam dan hanya menoleh ke arah wanita itu."Bolehkah kau memberikan nomormu, kepadaku? Mungkin kita bisa dek–""Maaf, aku sudah memiliki kekasih," potong Kayn dingin."Eh! T–tapi kita bisa menjadi teman saja, kan?" ujar wanita itu lagi sedikit gugup.Sebelum Kayn membalas perkataan wanita di depannya
"Akhirnya–selesai!" ujar Verlyn sembari meregangan tangannya setelah melangkah keluar dari toko perhiasan untuk membeli kalung.Verlyn melihat jam di layar ponselnya dan waktu menunjukkan pukul 01.34 PM.'Tidak terasa sudah jam segini, saja..' batin Verlyn lalu menoleh ke arah Kayn yang banyak membawa paperbag milik Verlyn dan tersenyum."Kayn, hari ini lumayan–melelahkan, kan? Aku juga merasa sangat lelah sekarang, bagaimana kalau kita makan siang dulu sebelum–pulang?" ajak Verlyn."Kau–lelah? Padahal aku yang membawakan banyak paperbag ini!" ujar Kayn kesal.Verlyn terkekeh dan menghampiri Verlyn. "Maafkan, aku! Kemarikan paperbag yang itu, biar aku yang membawanya," ujar Verlyn sembari meraih paperbag di genggaman tangan Kiri Kayn.Kayn menjauhi tangannya dari Verlyn. "Tidak perlu, kau harus banyak istirahat karena kau sedang datang bulan," balas Kayn pelan."E–eh? Kau mengetahui itu dari mana?" tanya Verlyn sedikit terkejut.Kayn menghela napas. "Siapa lagi kalau bukan dari Ibu,"
"Harap tenang, semuanya! Berikan kesempatan kepada mahasiswa baru ini untuk memperkenalkan dirinya kepada kalian," ujar seorang pria tua dengan rambut putih yang sudah beruban dan menggunakan kacamata. Ruang kelas sunyi dan pria tua itu menganggukkan kepala kepada Verlyn. "Silahkan perkenalkan dirimu, Verlyn," ujar pria itu. "Baik, terima kasih, Pak Gion," balas Verlyn lalu menghela napas panjang sebelum memperkenalkan diri dan tersenyum. "Perkenalkan, nama saya Verlyn Carlveria! Aku berharap bisa berteman dengan Kakak-kakak semuanya, disini!" ujar Verlyn senang Suasana kelas yang awalnya sunyi, tiba-tiba menjadi ribut kembali setelah Verlyn memperkenalkan dirinya. "Kakak?" "Apa maksudnya dia memanggil kita dengan panggilan, itu?" "Kita semua disini rata-rata berumur delapan belas dan sembilan belas, kan?" "Dia seperti masih remaja SMA.." Pria tua di sebelah Verlyn itu menghela napas dan menepuk tangannya sekali, membuat ruang kelas perlahan menjadi kembali sunyi. "Harap t
'Apa sudah tidak ada kursi lain yang tersisa, untukku?' batin Verlyn setelah tidak menemukan kursi di taman untuk dirinya membaca buku."Aku akan ke kelas saja, sekarang.. Dilasya juga entah pergi, kemana.." gumam Verlyn pelan lalu membalikkan badannya.Di belakangnya sudah ada beberapa orang mahasiswa yang terdiri dari empat orang perempuan dan dua orang laki-laki."Halo, Adik! Namamu Verlyn, kan? Ikut Kakak yuk, sebentar," ujar wanita berambut coklat muda pendek dengan bola mata berwarna kuning tua."Ada apa memangnya, Kak?" tanya Verlyn sopan."Kami hanya ingin belajar bersama saja, kok! Verlyn kan selalu mendapatkan peringkat pertama, disini!" ujar laki-laki berambut jingga dengan bola mata berwarna sama dengan rambutnya."T–tapi, aku–""Sudah, ayo ikut saja!" potong perempuan berambut hijau dengan bola mata berwarna hitam sembari menggenggam tangan Verlyn."Kita mau kemana, Kak? Aku mau kembali ke kelasku, sekarang," ujar Verlyn.Wanita berambut coklat muda itu menoleh dan tersen
"Verlyn," panggil Kaze sebelum Verlyn melangkah keluar dari rumah. Verlyn menoleh ke arah Kaze. "Ada apa, Ayah?" tanya Verlyn. Kaze beranjak dari sofa dan menghampiri Verlyn. "Ayah tidak tahu apa kau merasa kesulitan di kuliah semester lima di umurmu yang bentar lagi mau menginjak usia delapan belas tahun, ini," ujar Kaze. "Tenang saja, Ayah. Ini juga kemauanku sendiri yang menerima lompat kelas dan kuliah tiga tahun lebih awal dari kebanyakan orang," balas Verlyn. Kaze menghela napas dan mengangguk. "Ayah tahu, tapi jika kau merasa kesulitan, langsung telepon Ayah. Karena Ayah belum memberikanmu apa-apa, setelah kau mulai masuk, kuliah.." "Apa–saja?" tanya Verlyn sembari menatap Kaze serius. Kaze tersenyum dan mengelus pelan kepala Verlyn. "Ayah serius, Verlyn. Apa saja, akan Ayah kabulkan selagi itu berada di dalam kekuasaan, Ayah.." * "Ini–kedua–kalinya.." gumam Verlyn pelan setelah dia kembali di lempar oleh air kotor, telur busuk dan di pukul oleh tongkat baseball