"Kak Derran!" panggil Verlyn dari kejauhan.Derran menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Verlyn, begitu juga dengan teman-teman Derran di sekitarnya.Setelah sampai di depan Derran, Verlyn mengatur napasnya terlebih dahulu dan menatap serius ke arah Derran."Kak Derran, kita–perlu–bicara–sebentar!" ujar Verlyn sembari ngos-ngosan."Kau kenapa, Verlyn?" tanya Derran.Salah satu teman di sebelahnya menyenggol pelan bahu Derran dan tersenyum."Kau dekat dengannya, Derran?""Wah, kau melupakan Tiffana demi anak ini?""Seleramu sedikit berbeda dari biasanya, Derran..""Aku sangat ingin tahu apa hubungan kalian, sekarang!""Berhentilah, teman-teman!" ujar Derran sedikit berteriak.Derran menghela napas panjang dan kembali menatap Verlyn di depannya. "Apa yang mau kau bicarakan, Verlyn?" tanya Derran."Aku ingin berbincang denganmu saja sebentar, disini," jawab Verlyn pelan.Derran mengangguk pelan. "Baiklah, tunggu sebentar," ujar Derran lalu menoleh ke arah teman-teman yang berada di
"Sudah merasa lebih baik, Verlyn?" tanya Kayn.Verlyn mengangguk pelan dan melihat hoodie Kayn yang basah karena air mata dan ingusnya saat dia menangis tadi.Verlyn menunduk malu. "Maaf untuk hoodiemu, itu. Aku akan menggantinya," ujar Verlyn pelan."Tidak apa-apa, ini tinggal di cuci kok," balas Kayn santai."Emm.. Baiklah, ngomong-ngomong.." Verlyn menoleh ke arah Kayn."Sekarang jam berapa, Kayn?" tanya Verlyn.Kayn melihat jam di pergelangan tangan kirinya yang berwarna hitam dan waktu menunjukkan pukul 06.07 PM."Jam enam sore," jawab Kayn.Verlyn terdiam sejenak dan kembali menundukkan kepalanya. "Maafkan aku, Kayn," ujar Verlyn sembari mengepalkan tangannya."Untuk apa? Kau tidak membuat salah sama sekali," balas Kayn."Aku tidak melihat waktu dan malah terus menceritakan masa kuliahku.. Kau juga pasti menjadi tidak suka padaku setelah mendengar ceritaku, kan?" tanya Verlyn sembari tersenyum kecil."Tidak–tuh." Kayn mendekat ke arah Verlyn dan mengelus lembut kepalanya."Merek
"Aku masih tidak bisa percaya, terjebak di tempat–kencan–romantis seperti ini bersama dengan, Kayn!" ujar Verlyn sembari melihat-lihat pemandangan kota. Kayn memutar bola matanya dan menoleh ke arah Verlyn. "Sudah kubilang, aku mengajakmu kesini bukan–untuk–berkencan!" balas Kayn kesal. "Aku akan tetap menganggap ini kencan–pertama–kita!" ujar Verlyn senang. Kayn tidak membalas perkataan Verlyn dan hendak menelepon Villian untuk memberitahu situasi apa yang sedang mereka berdua hadapi saat ini. Verlyn menoleh ke arah Kayn. "Kau sedang apa, Kayn?" tanya Verlyn. "Aku akan menelepon Ibu dulu untuk memberitahu apa yang sedang menimpa–kita–sekarang," jawab Kayn. "Ah.. Baiklah, aku akan menunggu disini sembari melihat-lihat lagi.." ujar Verlyn. Kayn menekan kontak Villian dan meneleponnya. Panggilan di terima oleh Villian. "Kayn, kau sedang berada–dimana–sekarang?! Verlyn bersamamu, kan?!" Kayn sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya karena sedikit terkejut setelah mendengar ter
"Saya tahu bahwa hanya ada sedikit kesalahpahaman disini," ujar seorang pria tinggi berseragam polisi di sebelah Tiffana."T–tapi pak, bukankah kotak yang di bawa oleh dia terlihat–sangat–mencurigakan?" ujar Tiffana sembari menunjuk ke arah Verlyn.Verlyn melihat kotak yang ada di genggamannya sekarang. "Ah.. Aku–"Tiffana langsung merebut kotak yang Verlyn genggam dan memberikannya kepada polisi di sebelahnya."Bapak silahkan buka sendiri, jika bukan obat terlarang, lalu apa yang ada di dalam kotak itu sampai dia membungkusnya dengan–sangat–tebal!" ujar Tiffana.Verlyn menoleh ke arah Dilasya yang berada di belakang Tiffana dan tidak berani menatap ke arah Verlyn. 'Ini, mencurigakan..' batin Verlyn."Tenanglah, Tiffana. Tidak baik menuduh teman sekelasmu seperti, itu," ujar Pak Gion."Saya tidak bisa membiarkan universitas milik Ayah saya ini dibuat kacau oleh orang lain, Pak. Saya akan tenang jika sudah tahu apa isi dari kotak, itu!" balas Tiffana lalu melirik sinis ke arah Verlyn.
"Astaga, Verlyn!" Villian dan Khalix langsung beranjak dari sofa mereka setelah melihat Kayn menggendong tubuh Verlyn dan membantu Kayn untuk membawa Verlyn ke dalam kamarnya."Pelayan! Cepat panggilkan dokter, sekarang!" perintah Khalix."Baik, Tuan Presdir!" balas pelayan wanita disana cepat dan segera menelepon dokter."Kenapa bisa begini?!" tanya Villian panik setelah membaringkan Verlyn di kasurnya.Kayn menghela napas. "Ini sepenuhnya kesalahanku, karena mengajak Verlyn ke tempat, itu.." jawab Kayn pelan.Villian menoleh ke arah Kayn. "Ibu sudah bilang, jaga dia baik-baik Kayn! Karena dia.."Khalix menepuk pelan bahu Villian. "Kita tidak ada waktu untuk membicarakan hal ini, kita harus mementingkan kesehatan Verlyn terlebih dulu, Villian," ujar Khalix menenangkan Villian.Villian menghela napas untuk meredakan emosinya dan mengangguk pelan. Lima menit kemudian, dokter sudah tiba di kediaman mereka dan segera memeriksa kondisi Verlyn disana."Bagaimana, Lean?" tanya Khalix setela
"Kau sudah merasa lebih baik, Verlyn?!" tanya Villian setelah Kayn dan Verlyn sampai di meja makan.Verlyn mengangguk semangat. "Aku sudah merasa lebih baik, Ibu! Berkat Kayn yang menjagaku sepanjang–malam.." jawab Verlyn sembari tersenyum.Kayn langsung duduk di kursinya dan menyantap sarapannya."Terima kasih ya, Kayn!" lanjut Verlyn lembut sembari duduk di kursinya.Kayn mengangguk pelan. "Lain kali, bilang padaku jika kau sudah–merasa–tidak–nyaman. Jangan diam saja seperti, kemarin," balas Kayn sembari menoleh ke arah Verlyn."Baiklah, jika itu perintah dari Kayn!" ujar Verlyn senang.'Walau hanya akting, aku berharap bisa selamanya melihat sikap Kayn yang seperti ini, kepadaku..' batin Verlyn sembari tersenyum.Villian tersenyum kecil sembari menatap ke arah Verlyn dan Kayn lalu menyenggol pelan tangan Khalix di sebelahnya. Khalix menoleh ke arah Villian yang sedang menatap tajam ke arahnya."Cepat–lakukan–sesuai–rencana!" ujar Villian pelan.Khalix mengangguk cepat dan berdeham.
Mobil hitam Kayn berhenti di sebuah tempat parkir terbuka yang sudah banyak mobil terparkir disana."Kita sudah sampai, Verlyn," ujar Kayn.Verlyn menelan ludah dan mengangguk. "Baiklah, terima kasih sudah mengantarku, Kayn."Verlyn membuka pintu mobil dan perlahan keluar, begitu juga dengan Kayn."Kenapa kau ikut keluar, Kayn?" tanya Verlyn setelah melihat Kayn ikut keluar dari mobil."Aku akan ikut bersamamu kesana untuk menjagamu," jawab Kayn.Verlyn menggeleng cepat."Tidak perlu, Kayn. Aku bisa mengatasi mereka, sendiri.. Jika aku membawa orang penting sepertimu ke acara itu, mereka akan mengira bahwa aku masih lemah dan tidak berani menghadapi mereka, sendiri!" ujar Verlyn sembari menundukkan kepalanya."Tapi, Verlyn–""Kau bisa menunggu disini, Kayn. Aku janji akan mentraktir makanan enak untukmu," potong Verlyn cepat lalu melangkah pergi meninggalkan Kayn.Kayn hanya bisa terdiam dan menghela napas panjang. "Baiklah, tapi jika kau butuh bantuan. Telepon aku langsung, Verlyn!"
"Tokoh utamanya sudah datang ternyata, aku–telah–melakukan kesalahan besar karena terlambat untuk, menyambutnya.." ujar Tiffana sembari tersenyum ke arah Verlyn.Verlyn menatap tajam ke arah Tiffana sembari berusaha mengontrol ekspresinya di depan banyak orang yang sedang memperhatikan mereka sekarang."Bukannya kau tokoh utamanya, Tiffana? Karena kaulah yang merencanakan acara ini, kan?" tanya Dilasya yang berdiri di sebelah Tiffana.Tiffana terkekeh dan menggeleng pelan."Memang aku yang merencanakan acara, ini. Tapi sebenarnya, aku merencanakannya karena aku–sangat–merindukan–Verlyn dan ingin berjumpa, dengannya.." jawab Tiffana sembari meyentuh pipinya dan tersenyum kecil."Wah, kau baik sekali, Tiffana! Aku–merasa–iri kepada Verlyn, padahal aku yang lebih lama berteman, denganmu," ujar Gebril dengan nada sedih.Tiffana perlahan merangkul Gebril sembari tersenyum senang. "Lain kali, aku akan buatkan pesta untukmu, Gebril Cantik!" balas Tiffana lembut.Verlyn menatap heran ke arah