Mereka bertiga masuk ke dalam kantor restoran, dan Julia kemudian memeriksa pengeluaran dan keuntungan yang di dapat dalam satu hari.Tina menjelaskan pembukuan restoran yang sedang di periksa Julia tersebut, kemana saja pengeluaran di keluarkan, dan berapa keuntungan yang di setor ke bank.Julia sangat puas, keuntungan yang masuk ke bank ternyata lumayan juga.Jika restoran berjalan dengan baik dan pelanggan semakin banyak menyukai menu makanan yang di sajikan restoran mereka, Julia berencana akan memperluas restoran lagi, dan mendekorasi nya menjadi lebih indah lagi."Sudah mulai larut malam, Ayo kita pulang, Harry sudah capek, dari siang belum istirahat!" kata Julia pada Tina."Oh, iya Ayo!" Julia bergegas meraih kunci mobil dari atas meja kerjanya.Tina membawa Julia ke apartemen nya.Karena sudah memiliki penghasilan yang lumayan, Tina akhirnya mampu membeli sebuah apartemen, walau tidak begitu mewah, tapi cukup luas juga dengan tiga kamar.Setelah membantu membersihkan badan Har
Tina membuka pintu apartemen nya, dan tampaklah Lucas berdiri di depan pintu dengan wajah cemas.Tanpa mengatakan apa pun, Lucas masuk ke dalam apartemen Tina tanpa permisi.Lelaki itu dengan langkah panjang menghampiri Julia yang tengah duduk di sofa, memandang padanya yang melangkah dengan cepat masuk ke dalam apartemen Tina.Julia tidak menyangka, ternyata Lucas mengetahui alamat apartemen Tina."Julia, aku menunggu kalian di rumah dengan begitu lama, kenapa kamu tidak pulang ke rumah kita?" tanya Lucas dengan nada marah menatap Julia.Lucas berdiri menjulang memandang Julia yang duduk di sofa."Bukankah kamu di rumah orang tua mu? aku ada urusan yang perlu ku tangani, dan lagi pula kita belum begitu kenal, aku masih merasa aneh dengan lingkunganmu!" jawab Julia dengan tenang, dia merasa tidak bersalah.Lucas baru tersadar mendengar perkataan Julia tersebut, memang benar mereka baru saja bertemu dan belum saling mengenal lebih dalam.Pria itu menghela nafas, merasa bersalah.Dia in
Lucas dengan hati-hati membawa Harry masuk ke dalam mobil, lalu di susul Julia."Ayo pulang!" sahut Lucas pada Edward setelah memastikan Julia duduk dengan baik, dan menutup pintu mobil dengan benar.Perlahan mobil itupun berjalan meninggalkan pelataran parkir apartemen Tina.Sepanjangnya jalan Lucas dan Julia duduk saling diam, suasana terasa canggung dan asing.Lucas sesekali melirik Julia yang duduk diam melihat keluar mobil seperti sedang melamun.Lucas melihat tubuh mungil Julia tampak lelah, dan raut wajahnya tidak bersemangat.Lucas merasa gadis yang dulunya polos, sekarang sudah berubah menjadi gadis dewasa yang sulit di raih.Diam-diam Lucas menghela nafas, dia akan berusaha membuat Julia nyaman bersamanya.Tidak berapa lama mereka pun sampai di villa.Edward perlahan membawa mobil mendekati pintu gerbang villa, tapi tampak di depan pintu tampak ada dua orang yang tengah berdebat.Edward menyenter dua sosok yang sedang berdebat tersebut dengan lampu mobil, dan tampak jelas den
Lucas memperingati para pelayan villa nya mengenai sepupunya Miranda, tidak boleh melangkahkan kakinya melewati pintu gerbang villa."Jangan sampai dia masuk ke dalam rumah, kalau aku mengetahui dia sampai masuk ke dalam, aku akan memecat kalian semua!" sahut Lucas dengan tegas."Baik Tuan!" angguk mereka serentak dengan patuh."Jangan merasa iba dengan perkataannya, dan jangan mau di provokasinya, mengerti?!" sahut Lucas lagi dengan tegas."Iya Tuan, baik!" sahut mereka lagi serentak."Ingat! Julia adalah Nyonya kalian, dan aku hanya mengakui Julia sebagai istriku yang sah, tidak ada perempuan lain!" sahut Lucas lagi dengan tegas dan tajam."Baik Tuan!" terdengar suara serentak mereka menjawab dengan patuh."Bagus!" ujar Lucas puas.Lucas kemudian meraih kembali tangan Julia, yang masih berdiri dengan diam di sampingnya.Lucas masih menggendong Harry, dan masih tertidur dengan nyenyak nya.Lucas masih dengan menggenggam tangan Julia, membawa Harry ke kamar tidur putra mereka tersebut
Lucas kembali menundukkan wajahnya, dan Julia kembali memejamkan matanya.Kali ini Lucas meraih pinggang Julia agar lebih merapat padanya, dan Julia diam saja di peluk Lucas.Lucas kemudian mencium bibir Julia dengan perlahan, dan mengulumnya juga dengan perlahan.Rasa bibir ini sama seperti waktu lima tahun lalu, sangat menyenangkan, dan membuat Lucas ketagihan.Julia merasa ciuman Lucas semakin dalam dan lama, sepertinya ini bukan hanya sekedar ciuman selamat malam.Tapi ciuman yang menginginkan lebih, dan Julia tersadar kalau tubuhnya sudah di peluk Lucas dengan erat.Tangan Lucas satu memeluk erat pinggangnya, dan satu lagi menarik tengkuknya untuk memperdalam ciuman Lucas.Saat lidah Lucas perlahan menyelusup masuk ke sela-sela bibir Julia, gadis itu pun mengangkat tangannya, dan mencoba mendorong dada Lucas."Hentikan!" ujar Julia di antara ciuman Lucas.Lucas menghentikan ciumannya."Ciuman selamat malamnya kenapa seperti itu?" tanya Julia baru sadar kalau Lucas mencari kesempa
Lucas menghabiskan sarapannya dengan cepat, baru kali ini dia menikmati sarapan pagi yang begitu lezat.Piringnya bersih mengkilat.Julia dan Harry memandang Lucas yang telah selesai menghabiskan sarapannya."Papa sepertinya suka sekali masakan mu Ma!" sahut Harry melihat piring Lucas yang bersih."Iya, benar sekali nak, masakan Mama sangat lezat, Papa suka sekali!" ujar Lucas menjawab perkataan Harry."Kalau kamu suka, nanti siang aku akan antar makan siang untukmu ke kantor!" sahut Julia seraya berdiri, lalu mengambil piring kosong Lucas dan gelasnya yang sudah kosong juga.Julia membawa piring kotor tersebut ke wastafel pencuci piring."Bolehkah?" tanya Lucas dengan wajah berbinar, dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Julia."Iya, aku akan masak untuk makan siang kamu nanti siang, kalau kamu memang mau di bawakan makan siang!" ujar Julia mengambil piring Harry yang sudah selesai juga.Harry perlahan meminum jusnya sampai habis, dan setelah gelasnya kosong, putra Julia terseb
Julia tidak bisa lagi mundur begitu kedua Ayah dan anak itu menyerukan satu suara.Lucas meraih tangan Julia, dan begitu juga dengan Harry.Anak kecil imut itu ikut bergabung dengan Ayahnya mendekati Julia, dan memegang tangan Julia satu lagi.Julia termangu di tempatnya melihat dua lelaki beda usia tersebut memegang tangannya kiri dan kanan."Ma...mau apa kalian?" tanya Julia memandang mereka bergantian."Mau mengucapkan terimakasih!" sahut Lucas."Bukan, mau mencium Mama!" sahut Harry membetulkan perkataan Ayahnya."Eh!" wajah Julia jadi semakin merona mendengar perkataan polos putranya tersebut."lya!" Lucas mengangguk membenarkan perkataannya yang tadi salah.Harry menarik tangan Lucas."Pa, angkat aku, kita harus sama-sama mencium Mama!" sahut Harry menengadahkan kepalanya memandang Ayahnya tersebut."Oh, iya!" Lucas langsung mengangkat putranya itu.Dan sekarang mereka sama tinggi untuk bersamaan akan mencium Julia.Julia jadi tidak bisa bergerak melihat putra dan Ayah itu meman
Harry memandang Ayahnya sambil mengerutkan kening, sepertinya dia mencoba memahami apa yang terjadi antara ke dua orang tuanya itu."Papa! kamu jahat!" sahut Harry kencang.Sontak membuat Lucas dan Julia memandang Harry terkejut."Ada apa nak?" tanya Lucas heran."Papa jahat! kenapa Papa buat Mama sedih!" ujar Harry dengan wajah cemberut memandang Ayahnya itu."I..itu, Papa tidak sengaja nak, Papa tidak akan ulangi lagi!" akhirnya Lucas mengerti dengan kata 'jahat' yang di maksud Harry.Lucas menyadari kecerobohannya, seharusnya dia bisa menjaga perkataannya di depan putranya itu.Harry terus memandang Lucas dengan tatapan tajam, dengan wajah cemberutnya."Maafkan Papa nak, Papa janji tidak akan membuat Mama sedih lagi!" sahut Lucas mendekati putranya tersebut.Lucas berjongkok men-sejajarkan tingginya dengan Harry."Papa sudah minta maaf pada Mama, tapi Mama kayaknya tidak memaafkan Papa, apa yang harus Papa lakukan agar Mama memaafkan Papa?" tanya Lucas dengan nada sedih pada putran