"Kenapa masih bengong, cepat mandilah bersihkan seluruh tubuhmu," perintah Daren dengan nada yang penuh penekanan sembari meneguk kopi yang baru saja di buatkan oleh sekertarisnya. Anna yang masih berdiri mematung pun mulai terbuyar, lalu mengangguk patuh dan segera melaksanakan perintah Daren. "Menyebalkan dia selaku saja menyuruhku dengan semena-mena, dasar menyebalkan," umpat Anna dalam hati, lalu menutup pintu dengan cukup keras. BRUK!"Ck, berani sekali kamu marah Anna," geram Daren sembari menyimpan gelas kosong lalu Baru saja Daren ingin menyusul Anna ke dalam kamar mandi, tiba-tiba saja satu panggil kembali terdengar di ponselnya. Drrrttt...drrrtttDengan langkah yang lebar, Daren mulai menghampiri lalu meraih dan menatap benda canggih berbentuk pipih itu. "Renata!" Daren terkejut, saat sang istri menelponnya secara tiba-tiba. Setelah menarik nafas dalam-dalam. Lelaki tampan berperawakan tinggi itu pun mulai menjawab panggilan itu. "Hallo?""Mas-mas Daren, akhirnya kamu
"Tidak tuan, aku tidak mau anda sudah punya istri kalau dia tahu dia pasti akan marah," tolak Anna dengan tubuh yang gemetar. Daren mendengus kesal saat mendengar perkataan Anna yang telah berani menolak perintahnya. Tanpa banyak bicara lagi Daren mengangkat Anna layaknya seperti karung beras. Sampai membuat Anna kaget dan sangat ketakutan. "Aaakkkkh tuan, tolong lepaskan saya," teriak Anna yang berusaha meronta. Daren tidak menggubris perkataan Anna, dengan sedikit kasar dia pun mulai membaringkan sekertaris barunya itu di atas ranjang. "Atas dasar apa kau berani menolakku Anna? kita sudah membuat perjanjian waktu itu,' bisik Daren yang mengingatkan. Anna menelan salivanya dengan tubuh yang sangat gemetar saat berada di bawah kukungan tubuh sang bos. "Maafkan aku tuan, dulu aku bersedia karena aku pikir status tuan masih single tapi setelah aku tahu ternyata anda sudah memiliki istri, aku tidak mau dan itu salah besar jika anda mengkhianati istri anda tuan," jelas Anna yang menc
Anna merasa tidak nyaman saat memakai lingerie yang di berikan oleh atasannya, tapi dia tidak punya pilihan lain lagi selain memenuhi semua perintah. "Tu-tuan menurut anda bagaimana?" tanya Anna berjalan dengan langkah yang pelan menghampiri sang bos yang tengah duduk serius menatap layar laptopnya. Kedua bola mata Daren terbeliak saat melihat penampilan Anna yang terlihat sangat cantik dan seksi yang seolah mampu menggoda hasrat dan gairahnya. "Tidak di sangka, kau sangat seksi Anna, tubuhmu indah sekali," sanjung Daren lalu memeluk Anna dari belakang dan mencium bahu mulus sang sekertaris dengan gelora hasrat yang menggebu-gebu. Jantung Anna berdegup sangat kencang, saat merasakan nafas hangat atasannya yang terasa hangat di leher jenjangnya sampai membuat seluruh bulu di tubuhnya merinding, bahkan Anna sampai memejamkan kedua pelupuk matanya saat Daren mengigit kecil daun telinga dan mengecup leher jenjangnya sampai membuat tanda merah sebagai kepemilikannya. "Kau sangat canti
"Tu-tuan, aku harus segera bersiap untuk menyiapkan sarapan dan beberapa berkas materi meeting hari ini," Anna sengaja menghindar dari pertanyaan atasannya itu. Dengan langkah yang pelan dan pinggang yang terasa leleh Anna bergegas ke kamar mandi, melihat punggung Anna yang semakin menjauh dari pandangannya membuat Daren menggelengkan kepala. "Ck, kenapa dia tidak mau menjawab pertanyaan ku? kadang wanita begitu sengaja menghindar," gumam Daren yang terasa sangat bahagia, setelah melalui lama panjang bersama dengan sekertaris yang selalu membuatnya nyaman. Anna berdiri di bawah guyuran air shower, ia membersihkan seluruh tubuh polosnya yang telah di jamah oleh pria yang seharunya dia jauhi. "Sampai kapan aku harus seperti ini? aku takut istrinya tuan Daren tahu dengan semua ini," keluh Anna dengan perasaannya yang sangat dilema. Beberapa jam kemudian, setelah Anna dan berpakaian rapih memakai kemeja putih dan rok span yang di senadakan dengan blazernya. Dengan cepatnya ia menyiapk
Suara tepuk tangan menggema di ruangan meeting, setelah Anna mempresentasikan semua proyek yang akan di lauchingkan oleh perusahaan. Semua para pria berdasi itu terlihat kagum pada Anna yang begitu jelas dan logis, dan menyampaikan beberapa hal tentang meeting proyek yang akan di laksanakan. Dirga yang kebetulan ikut dalam meeting itu. Lelaki itu terus lagi-lagi kembali memperhatikan kedekatan antara Anna yang tidak pernah jauh dari Kaka sepupunya. "Dia sangat cerdas dan juga sangat rajin, aku jadi semakin tertarik padanya," sanjung Dirga dalam hati seraya menatap Anna lebih dekat dan dalam lagi. Ketika Daren tengah menyiapkan beberapa file untuk menyiapkan kontrak kerja sama dengan para rivalnya. Membuat Dirga memberanikan diri untuk menghampiri Anna yang duduk tepat di sampingnya. "Anda terlalu memuji tuan Dirga, aku hanya menyampaikan apa yang sudah aku pelajari dan pahami saja," balas Anna dengan nada sikap cueknya. "Nona Anna terlalu merendah, sudah jelas-jelas anda Sangat h
Anna berjalan dengan langkah yang tergesa-gesa, saat Renata yang baru datang menghampiri bosnya. Entah kenapa melihat mereka berdua membuat hatinya merasa tidak nyaman. "Ck, Anna apa yang sedang kamu pikirkan? sudah jelas-jelas wanita tadi adalah istri tuan Daren, lalu kenapa kamu harus sedih?" Anna merutuki diri sendiri. Saat mengingat dirinya yang tadi berada di antara mereka berdua.Meskipun hanya seorang sekretaris dan seorang partner di atas ranjang, entah kenapa ia tidak bisa memungkiri jika hatinya merasa cemburu saat melihat atasannya yang sedang bersama dengan wanita lain. Meskipun wanita itu istrinya. Daren yang masih mematung, dia berusaha untuk tetap tenang dan melontarkan beberapa pertanyaan pada Renata. "Datang ke sini kenapa tidak memberitahu aku?" Daren bertanya dengan nada datar dan sikap dinginnya. Melihat ekspresi wajah sang suami yang terlihat tidak senang membuat Renata sedikit kesal, tapi dia berusaha memperlihatkan kesabarannya. "Kenapa mas, aku ini istrimu
Anna meneteskan air mata, saat mengingat perkataan Renata yang sengaja menegur tentang kedekatannya dengan Daren. "Kenapa nona Renata bicara seperti itu? jangan bilang dia sudah tahu tentang aku dan tuan Daren," gumam Anna yang merasa gelisah. Baru saja wanita cantik itu berjalan menunggu taksi, tiba-tiba saja Rudi datang menghampirinya. "Tuan Rudi," Anna terkejut saat melihat asisten bosnya yang tiba-tiba saja ada di depannya. "Mari saya antar pulang nona," ucap Rudi menawarkan diri. Anna yang berdiri mematung pun terheran dan bertanya-tanya kenapa tiba-tiba saja orang kepercayaan bosnya menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil. Anna awalnya berusaha menolak, karena ia tidak mau jika sampai merepotkan orang lain. Tapi Rudi berusaha meyakinkan jika dirinya hanya di perintah oleh bosnya. "Nona saya mohon, ikutlah denganku. Jika tidak nanti yang ada tuan yang akan menekan saya," jelas Rudi dengan penuh harap. Mengingat Daren yang memiliki sikap pemarah dan keras kepala, membuat Anna
"Aku tidak tahu, ada orang yang mengirimkan padaku tanpa nama," Jelas Renata berbohong, karena dia tidak ingin jika suaminya sampai tahu Hera yang memberitahu. Yang ada Daren akan terus mengelak pikirnya. "Terserah kamu, jika kamu memang percaya dengan orang itu ya silahkan saja. Aku tidak peduli," Daren kesal dan melajukan mobilnya lebih cepat lagi. Melihat kemarahan sang suami, yang membuat hubungan mereka lebih jauh lagi membuat Renata merasa tidak rela. Apa lagi jika sampai merugikan dirinya sendiri. "Sial, sepertinya aku tidak boleh gegabah dulu. Jika aku menekan yang ada Daren semakin jauh. Satu-satunya cara adalah aku harus menyingkirkan wanita sialan itu," geram Renata dalam hati yang tak terima. Seketika wajah Renata berubah dalam sekejap, dan kembali bersikap manja pada Daren karena dia tidak ingin jika Anna sampai memenangkan hati suaminya. "Mas Daren, jika kamu tidak merasa mengkhianati aku, tidak perlu marah. Aku hanya bertanya saja. Aku sangat mencintai kamu mas, jan