Tepat jam delapan malam, Anna bersiap-siap untuk menghadiri pesta perjamuan di perusahaannya. Dia terlihat sangat bingung saat memilih pakaian apa yang akan di kenakan. Bu Ratih yang tak sengaja berjalan di depan pintu kamar putrinya, membuat wanita paruh baya itu pun sedikit penasaran. Dengan cepatnya masuk ke dalam kamar dan melontarkan beberapa pertanyaan pada Anna. "Putri ibu kenapa? kelihatannya sangat bingung?" Bu Ratih bertanya sembari mendaratkan tangan di bahu Anna. Anna terbuyar dari lamunannya saat baru menyadari jika tiba-tiba saja sang ibu ada di belakang. "Ibu, Anna pikir tadi siapa sampai kaget, malam ini ada pesta penting di perusahaan. Tadinya Anna tidak mau ikut tapi mengingat Anna sebagai sekretaris rasanya tidak mungkin jika tidak hadir di acara penting ini," jawab Anna yang terlihat bimbang. Mendengar keluhan putrinya, Bu Ratih pun memberikan beberapa saran pada putri semata wayangnya. "Tentu saja kamu harus hadir nak, apa lagi tuan Daren sudah baik
Baru saja Anna menunggu taksi di depan. rumahnya, Tiba-tiba ia terkejut saat melihat Dirga yang menghentikan mobil di depannya. Bu Ratih yang ikut menemani putrinya menunggu membuat wanita paruh baya itu terheran dan memberanikan diri untuk bertanya pada putri kesayangannya. "Anna! kenapa anak muda ini berhenti di depan kita?" tanya Bu Ratih dengan tatapan yang penuh selidik. "Anna juga tidak tahu Bu," jawab Anna dengan apa adanya. Dirga tersenyum lalu dia turun dari mobil dan sengaja menghampiri Anna beserta ibu Ratih. Anna terkejut, karena tidak biasanya tiba-tiba saja Dirga menghampiri? dan membuat di sedikit bingung. "Tu-tuan Dirga, kenapa kamu ada di sini?" tanya Anna. "Aku hanya kebetulan lewat saja Anna, oh iya kamu mau pergi ke pesta kan? bagaimana kalau ikut saja denganku karena kebetulan aku juga mau kesana," ajak Dirga. Dirga juga gak lupa menghampiri Bu Ratih dan seolah meminta ijin. Bu Ratih yang sangat cemas jika Anna pergi sendirian, membuat ia memastikan
Baru saja Daren ingin menghampiri Anna, tapi tiba-tiba saja Renata datang dan sengaja bersikap manja di depan Anna. "Wah, ternyata nonna Anna sudah datang ke sini ya?" tanya Renata dengan nada sindiran. Anna terbuyar dari lamunannya dan berusaha untuk bersikap profesional di depan semua orang. "Iya nona Renata, tentu saja saya datang ke sini karena pekerjaaan, kalau begitu saya ingin mencari beberapa cemilan dulu," Anna sengaja menghindar dari Daren dan Renata karena tidak ingin menjadi penyebab retaknya hubungan bos dan istrinya. Daren menatap nanar Anna dari belakang, entah kenapa dia merasa sangat tidak rela jika harus melihat Dirga yang terus saja mengikuti Anna. "Mas! menurut kamu bagaimana penampilan aku malam ini?" Renata sengaja bertanya karena ingin tahu pendapat dari sang suami. Daren yang seolah tidak mendengar hanya menatap Renata sekilas dan menjawab pertanyaan sang istri dengan singkat. "Lumayan, aku harus menjamu beberapa tamu penting dulu, " Daren sengaja me
Anna terdiam, saat mendengar usulan Dirga yang membuat dirinya sedikit memiliki jalan keluar agar Daren tidak lagi menekan dirinya agar terus menjadi kekasih gelapnya. "Apakah aku harus menerima tawaran dari Dirga untuk menjadi pacarnya?" batin Anna bertanya-tanya. Melihat Anna yang malah bengong, Dirga menyeringai, berharap jika wanita yang diam-diam dia suka mau memikirkan semua perkataannya. "Bagaimana Anna, aku tahu ka Daren selalu mencoba mendekatimu kan? tapi kamu harus ingat jika dia sudah memiliki istri dan akan menjadi masalah untukmu jika terus dekat dengan Kaka sepupuku," Dirga kembali mengingatkan. Ketika Daren yang sedang bersama beberapa klien dan rival bisnisnya, dia tak sengaja melihat Anna yang malah dekat bersama dengan Dirga. Membuat hatinya semakin emosi dan kesal. Bahkan rasa cemburunya semakin menggebu-gebu. Sebagai seorang istri, Renata sengaja menghampiri Daren lalu memegang lengannya dengan sangat mesra, saat membuat semua para rekannya mulai menya
Anna yang sudah sangat kesal kini ia berjalan ke toilet, mengingat Hera yang selalu mencoba untuk menggangunya. Membuat ia berusaha untuk menghindar. "Benar-benar keterlaluan Hera selalu saja berusaha untuk menganggu aku, andaikan saja jika bukan demi ibu, aku tidak ingin bertahan di perusahaan," keluh Anna yang terkadang merasa sangat lelah. Baru saja Anna menghidupkan air kran, tiba-tiba saja dia merasa sangat mual sampai pada akhirnya ia merasa sangat mual dan dengan spontan muntah-muntah sampai beberapa kali. "Ya ampun kenapa aku sangat pusing dan lemas sekali," Anna segera mencuci wajah dan menatap gambaran dirinya di depan cermin wastafel membuat ia sejenak merenung dan mematung. Mengingat dirinya yang belum datang bulan. Membuat Anna sedikit cemas dan panik. Mengingat dirinya yang sudah beberapa kali menemani bos-nya untuk tidur, bahkan Anna terlihat sangat cemas dan syok dengan pemikiran yang melintas di kepala. Tapi dia berusaha untuk menepis semua itu. "Tidak mun
Ketika Anna tengah mempromosikan beberapa hal tentang produksi perusahaan, tiba-tiba saja kepalanya terasa sangat pusing. Bahkan wajahnya tiba-tiba memucat. Hingga Anna hampir saja terjatuh. Namun beruntung, Dirga segera meraih dan menahan pingangnya. Sampai membuat Daren yang berada di sana sangat terkejut. "Anna! kamu kenapa?" tanya Dirga cemas dan panik. Semua para klien dan beberapa rival Daren ikut panik, saat melihat Anna yang terlihat sangat lemas. Sampai mereka menyarankan agar Anna di bawa ke klinik. Dirga yang sangat cemas dan terlebih lagi saat ibu Anna menitipkan, membuat dia merasa lebih bertanggung jawab akan Anna. Tanpa membuang waktu lagi Dirga segera meminta ijin pada Daren. "Tuan Daren, saya ingin meminta ijin untuk membawa Anna ke klinik terdekat," ucap Dirga pamit. Daren yang masih berdiri mematung hanya menatap tajam dan tidak suka pada Dirga, yang sudah lancang menyentuh Anna di depan matanya. "Sial, berani sekali dia menyentuh Anna," geram Dar
Wajah Anna memucat setelah keluar dari ruangan Dokter, Dirga yang kebetulan mengantar dia segera menghampiri dan mencecar beberapa pertanyaan. "Anna! bagaimana kondisi kesehatanmu?" tanya Dirga yang begitu antusias. Anna terdiam, rasanya dia tidak mungkin mengatakan hal pribadi pada rekan kerja yang baru-baru ini dia kenal. Apa lagi tentang kehamilan yang membuat dirinya juga terkejut. "Tuan Dirga terima kasih karena sudah mengantar saya ke sini, tapi aku tidak papa hanya masuk angin dan kelelahan saja," jawab Anna berbohong. Melihat rona wajah Anna yang pucat, membuat Dirga yakin jika Anna sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi dia tidak ingin memaksa Anna untuk jujur. "Sebaiknya aku menyelidikinya sendiri nanti, kalau aku terlalu mendesak, yang ada dia nanti merasa tidak nyaman," Racau Dirga dalam hati. Melihat jam yang sudah larut, Anna memutuskan untuk pulang sesuai permintaan sang ibu, yang rusak ingin membuat khawatir. "Tuan, sepertinya saya tidak bisa lagi
Daren menatap tajam pada Dirga, saat Dirga mengingatkan tentang status dirinya. Yang membuat Dirga terheran karena bos atau kakak sepupunya terus memaksa Anna untuk pulang bersama. Tentu saja dengan tegas Anna menolak, karena sudah tak ingin lagi mempunyai komunikasi atau hal-hal yang mengarah padanya Dare. "Ayo Anna, aku sudah bilang padamu jangan dekat dengan pria lain, karena aku tidak suka," Bentak Daren Sembari menarik tangan Anna dan memutuskan ini agar tidak menganggu dirinya lagi. Anna berusaha memberi penjelasan ini pada sang bos, tapi Daren tidak mau terima dan memaksa bahkan sampai sedikit memaksa agar mau pergi dengannya. "Tuan, tolong jangan seperti ini, aku sudah lelah dan aku ingin menjalani hari-hari dengan tenang," Anna berusaha menjauh dari sang bos. Tentu saja Daren merasa kesal dengan sedikit kasar, dia menyuruh Anna duduk dengan patuh. Lalu bersiap untuk pergi dari sana, Dirga yang masih mematung saat melihat Anna dan Daren sudah pergi membuat kesal da