Takuto Kimura, 30 years old, a career elite, always dressed in a sharp suit, with his hair perfectly neat, looking like the lead character from《The Godfather》or《Yakuza Chronicles》. His daily life is a never-ending "battle": meetings, overtime, coffee to stay awake, and piles of reports. To outsiders, he is the epitome of a successful businessman, but inside, he's already overwhelmed by the pressure and suffocating under it. Every day, he finds himself thinking, "If only I could go back to being three years old, I wouldn’t have to deal with these damn files and KPIs." One late night, as he stares at his computer screen, drowning in self-doubt, fate suddenly gives him an unexpected "opportunity" “He is reborn, back to the age of three.”
View MoreAku terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Kurasakan ada yang ngilu di bagian bawah selangkanganku. Dengan ringisan menahan rasa sakit aku mencoba turun dari ranjang empuk yang semalam menerbangkan daya imaginasiku ke awang-awang.
Kulirik sosok pria di sampingku. Pria yang sudah merenggut mahkota yang selama 26 tahun ini kujaga dengan penuh perjuangan. Akhirnya harus kuserahkan pada laki-laki hidung belang seperti dia.
Wajah tampan laki-laki itu kharismatik. Ada guratan kebahagiaan di wajah yang menampakkan pesona laki-lakinya. Harus ku akui, pria ini luar biasa, selain tampan, wajah itu menunjukkan aura yang membuat jantung setiap perempuan berdebar keras saat melihatnya. Bahkan akan membuat para wanita berhalusinasi tingkat dewa, membayangkan ketika tubuh kekarnya itu mendekap dan menerbangkan daya khayalnya ke awang-awang.
Tetapi ketika ku lihat ada bercak darah di bawah tempatku berbaring, seketika itu hatiku tertusuk. Seolah ada ribuan jarum merejam di sana. Tanpa ku minta kristal bening itu sudah meleleh di pipi tirusku.
Seharusnya mahkota ini ku serah kepada laki-laki yang pertama kali duduk di depan penghulu dan bersumpah janji mengikatku dalam pernikahan yang sakral. Bukan malah, laki-laki hidung belang yang sedang tidur di sampingku. Suara isakku terdengar lirih dan menyesakkan dadaku. Percuma juga aku menangis darah. Toh smua sudah terjadi. Dan ini kulakukan bukan tanpa alasan.
Adik satu-satunya yang masih ada ikatan darah denganku di culik dan dijadikan sandera oleh juragan kaya yang sudah meminjami uang padaku satu tahun yang lalu. Namun ke sininya aku melanggar perjanjian itu. Uang seratus juta yang kupinjam belum bisa aku kembalikan pada si empunya uang, setelah jatuh tempo waktu yang dijanjikan. Hanya bunganya saja yang 10% aku kembalikan. Itupun aku cicil tiap bulan dengan gajiku yang pas-pasan.
Kemiskinan dan keterpurukkan yang mengharuskan aku harus mengambil jalan pintas itu. Semenjak ayah dan ibu tiada, kehidupan kami nyaris tak bisa bangun. Bahkan bisa dibilang berubah 360 derajat. Setiap hari aku banting tulang untuk menghidupi dan membiayai semua keperluan kami. Terutama biaya pendidikan Ariana Maheswari, satu-satunya keluargaku di dunia ini.
Dengan tertatih dan menahan sakit yang begitu luar biasa, aku turun dari ranjang empuk yang semalam begitu panas dan menggairahkan angan-anganku, kupunguti semua pakaianku yang bercecer di lantai. Lantas aku masuk ke kamar mandi untuk sekedar membuang hal paling kotor di tubuhku. Ku guyur tubuhku dengan air yang begitu dingin. Aku merasa jijik dengan badanku sendiri.
Disela-sela guyuran air itu, air mataku meleleh tanpa henti. Ada beribu penyesalan menguar di dadaku. Tapi, harus bagaimana lagi? Semua harus aku lakukan demi menebus Ariana, yang sudah hampir 2 hari di culik juragan kaya itu. Meskipun aku tahu di sana Ariana di perlakukan dengan baik. Tapi rasanya hatiku sangat miris melihat kenyataan ini. Begitu menderitanya kehidupan kami.
30 menit berlalu, aku keluar dari kamar mandi. Kulihat pria hidung belang itu masih pulas tertidur. Kuhampiri meja dan kuraih tas kerjaku. Di sana sudah ada selembar kertas berupa cek, tertulis seratus juta. Begitu mudahnya aku mendapatkan uang ini dari pria hidung belang yang tak kukenal. Kugadaikan mahkota ku dengan uang seratus juta. Walau tak kupungkiri, pria itu begitu menikmati permainan yang aku ciptakan semalam. Aku sendiri sempat terbawa terbang ke surga dunia itu.
Setelah aku masukkan cek itu ke dalam tas, aku keluar dari kamar itu meskipun belum waktunya check out. Pagi ini aku harus buru-buru berangkat ke tempat kerja, karena ada briefing pagi. Barulah nanti sore aku ke tempat juragan kaya itu untuk menyerahkan uang dan membawa kembali Ariana. Kalau bisa harus ketemu dengan bosnya sendiri. Selama setahun pinjam uang sama orang yang di sebut juragan itu, aku sendiri belum pernah lihat tampangnya kayak apa. Sampai-sampai anak buahnya bertebaran di mana-mana. Kadang-kadang kalau aku telat bayar bunganya, tiba-tiba sudah di tungguin di depan jalan menuju rumahku.
Pandanganku sebentar ku sapukan ke gedung hotel, yang semalam sudah jadi tempat dan saksi sakitnya hatiku melepas hal paling berharga dalam hidupku.
"Ampuni aku, Tuhan ...!" Batinku menjerit hebat, mana kala kesedihan dan penyesalan itu menyeruak masuk ke relung hatiku paling dalam. Kuseka air mataku yang sedari bangun tidur tadi selalu estafet bergulir di pipiku. Untuk selanjutnya aku langsung naik bus menuju ke tempat kerjaku.
******
Pria itu, menggeliatkan badannya yang kekar dan berotot. Tampak tubuh atletisnya terlihat lebih jantan dengan dada telanjang. Dengan masih mata terpejam, dia meraba-raba mencoba menggapai sesuatu di samping tempatnya berbaring.
Alangkah terkejutnya dia, ketika disadarinya, sosok yang ia cari sudah menghilang.
"Sial!" Sudah main kabur aja perempuan itu! Tanpa pamit pula!" Gerutunya dengan geram. Tampak kemarahan jelas terlihat di wajahnya.
Kali ini, dia tidak mau kehilangan wanita yang sudah mampu membuatnya berkali-kali di atas puncak kenikmatan. Wanita pertama kali yang bisa membuatnya puas dan klimaks dengan rasa nikmat yang luar biasa.
"Tidak akan pernah aku biarkan kamu lolos dari aku, wahai perempuan ...!" ucapnya sekali lagi dengan geram. Tiba-tiba matanya terbentur pada bercak warna merah darah di seprai putih yang ada di sampingnya.
"Uh, gila! Ternyata dia benar-benar masih virgin!" Dia berkata pada diri sendiri.
Ada segurat senyum kepuasan di sudut bibirnya yang simetris. Senyum penuh misteri, tapi menggambarkan kepuasan yang luar biasa. Tapi tiba-tiba terlintas di benaknya sebuah penyesalan, mengingat ternyata gadis itu masih sangat polos. Namun permainan ranjangnya bisa diacungi jempol, bisa membuatnya klimaks berkali-kali.
Tapi segera ditepisnya pikiran itu. Semua juga sudah berbanding dengan cek yang ia keluarkan. Seratus juta itu bukan uang main-main. Belum tentu ada pria hidung belang yang mau mengeluarkan uang yang sebanyak itu hanya untuk membeli kupu-kupu malam, meskipun itu masih virgin.
"Dasar wanita sialan, sudah dapat uangnya main kabur saja!" Umpatnya dengan kesal. Dia mencaci maki dengan amarah yang meledak-ledak. Entah cacian itu di tujukan buat siapa.
Dengan tangan thremornya, laki-laki itu mengambil ponsel genggamnya yang ada di atas nakas. Sesaat kemudian dia sudah menghubungi seseorang.
"Temukan wanita itu bagaimanapun caranya! Saya tidak mau mendengar kata gagal! Hari ini juga!" Perintahnya pada seseorang dengan nada tinggi.
Sifat tempramentnya membuat jantungnya berdegub keras, seolah aliran darahnya mulai tersumbat, hingga membuat sesak napas di dadanya.
Untuk selanjutnya dia bawa badan telanjangnya yang hanya terbalut selimut itu ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Masih terbayang wajah cantik gadis itu, ketika bersama-sama dengannya menikmati rasa yang luar biasa yang mereka ciptakan semalam.
Rasa-rasanya, pria ini sudah jatuh hati pada wanita yang semalam membuatnya mabok kepayang.
Pria ini,
Keyko khayang Gumelar. Seorang pengusaha kaya di bidang industri alat-alat berat dan perangkat lunak, yang sukses di umur yang sudah dibilang matang. Di saat umurnya menginjak 33 tahun, dia belum terpikirkan untuk mempunyai pasangan apalagi berpikir untuk menikah.
Dia masih ingin merasakan kebebasan tanpa terikat. Bahkan terikat pernikahan sekalipun meskipun dia tahu umurnya sudah tidak muda lagi. Hanya saja dia harus rela di ceramahin mama dan neneknya kalau weekend berkunjung kerumah besarnya.
Keyko nggak mau ambil pusing, menurutnya diumur segitu dia masih kelihatan muda dan masih berhak bebas. Berumah tangga hanya akan membuat terikat dengan segala peraturan yang akan membuat dua orang beda sifat saling berdebat kalau pikiran mereka tidak satu frekuensi, satu zona dan satu dunia.
Di dalam kamusnya, tidak ada toleran yang namanya perceraian, maka dari itu dia tidak mau terlalu gegabah dalam memilih perempuan yang akan jadi pendamping hidupnya.
******
BERSAMBUNG
Inside Myōran Middle School’s grand auditorium, Takuto Kimura stood at the defense podium, his back illuminated by the rotating 3D data model titled “The Economic Impact of Japan’s Declining Birthrate by 2050.” The shimmering graphs and projections danced across the screen, capturing the audience’s full attention.However, the audience wasn’t composed solely of teachers. In the front row, behind a row of polished wooden desks, sat Chairman Morita, flanked by executives from Kimura Heavy Industries, and—no one knew exactly when they had slipped in—a group of reporters from Tokyo TV’s Economic News Division. The murmurs were hushed, as the unspoken weight of the moment hung in the air.Takuto cleared his throat and pressed the button on his laser pointer.“According to my projections,” he began, “when everyone here retires, the national pension shortfall will reach&mdas
At 3:00 a.m. sharp, Takuto Kimura’s phone vibrated so violently it nearly walked itself off the nightstand.[Myōran Middle School Parent Group] 📌 URGENT NOTICE:Tomorrow 8:00 a.m. — Emergency Parent MeetingTopic: Regulation of Commercial Activity on CampusA second message pinged in immediately:[Misaki]: You’re screwed. Someone reported you for ‘campus loan sharking.’Takuto shot upright like he’d been electrocuted, knocking his “Young Entrepreneur of the Year” trophy to the floor. The golden plaque spun once, then lay still at his feet—a mocking reminder of last week’s “achievement,” bartered in exchange for providing a stealthy physical test proxy to the baseball team.From the corner of the room, Daifuku, the household’s tricolor cat, opened one sardonic green eye. His whiskers twitched with malic
Part II: The Clause You Never ReadThe physical exam form from Myōran Middle School hit Kimura’s desk with a thud that echoed like the toll of judgment day.Physical Evaluation | Passing CriteriaPull-ups | 5 reps50m Sprint | Under 8.5 secondsEndurance Run | 1500m in 7 minutesStaring at it, Kimura ran a hand through his hair, already calculating probabilities like a war strategist."These standards were written for gorillas!" he shouted at his reflection, flexing one arm—then the other. Both remained depressingly noodle-like. “Last life I could at least manage three…”In the corner, Daifuku, the ever-watchful tricolor cat, was perched on the digital scale. His tail swished dramatically as the numbers blinked: 42.3 kg. A full six kilograms under the national average for his age group.Kimura narrowed his eyes. "If I can’t go through the front door, I’ll take th
Unread messages in the “Myōran Middle School Class of 2024 Parent Group Chat”: 99+Mrs. Kimura sat frozen on the living room couch, her phone gripped like a time bomb. The glow from the screen flickered across her face as she scrolled through message after message with growing horror.“Takuto,” she called, her voice barely above a whisper, “this lady—‘CherryBlossomsDance’—says you built the Tokyo Stock Exchange out of LEGO... in kindergarten?”In the kitchen, Takuto choked mid-sip and spluttered milk across the table.“T-that was part of a financial literacy initiative! It was… educational!” he stammered, wiping his chin with the back of his sleeve.Mrs. Kimura’s eyes narrowed. “And this?” she said, flipping to the next screenshot. “This ‘SeabreezeMama’ claims you ran a lending network in class… and charged cookies as interest?”Takuto set his glass down slowly, eyes resigned.—These moms... the
In front of the prestigious Myoran Private Middle School, Takuto Kimura adjusted the tiny collar of his child-sized suit for the thirteenth time, each tug as precise and deliberate as a final check before stepping onto a battlefield.Beneath the blooming cherry trees lining the campus, other children milled about with nervous glances and jittery steps. Parents whispered final reminders. But Takuto stood apart—not because of his expressionless calm, but because of the slim folder clutched to his chest like a secret weapon.Inside were documents that no normal twelve-year-old should be carrying: Common Middle School Interview Questions and Strategic Answers,Compilation of My Academic Achievements, and most notably, An Analytical Report on the Impact of Japan’s Declining Birthrate on the Education Industry (with data models attached).He scanned them one last time.A shadow move
Morning had only just begun to stretch its fingers over the horizon when the first threads of sunlight slipped through the slit in the curtains. The light fell in quiet, deliberate stripes across the room, brushing over the ceiling where Kimura lay flat on his back, eyes open, unmoving.He had been staring at that same ceiling for nearly half an hour, too still for sleep, too restless for peace.Outside, the birds had not yet begun their songs. But in Kimura's ears, something else rang—the sharp, fading wail of the police sirens from the night before, still echoing as if they had carved a groove into his memory. Yamada being led away in handcuffs felt like a scene from a movie he couldn’t stop rewatching.Above him, from the upper bunk, a familiar voice stirred.“You awake?” Rishi’s head appeared, hair tousled, eyes half-lidded. “The teachers decided we’re heading back early. Pack up soon.”
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments