Jihyun mengerjap untuk beberapa saat setelah mematikan laptopnya. Gadis itu beranjak dari kursinya dan mulai membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Orang tuanya berjanji akan menyewakan apartemen untuknya di Seoul. Tapi, tadi sore kekasihnya menelepon dan bilang ia yang akan menyewakan Jihyun apartemen. Orang itu memang punya karier yang mapan sehingga menjadi kaya di umur yang masih muda.
Jihyun merasa beruntung sekarang.
Ia mengambil ponselnya di atas meja nakas. Gadis itu mengirimkan sebuah pesan singkat pada sang kekasih dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
To: Lee Dantae Genius Man
Terima kasih. Aku mencintaimu ^^
Ia belum mau meletakkan ponselnya kembali sebelum menerima balasan dari sang kekasih. Tatapannya menerawang dan mulai membayangkan hal apa saja yang akan terjadi setelah ia sampai di Seoul nanti. Ia tahu itu adalah kota yang besar, dan semua yang ia nantikan membuat jantungnya berdebar.
Jihyun terlalu hanyut dalam lamunannya sendiri dan tanpa sadar mengabaikan ponselnya yang bergetar. Gadis itu mengerjap sekali lagi, kemudian mengangkat ponselnya dan mensejajarkan dengan wajahnya.
Inbox (1)
From: Lee Dantae Genius Man
Sama-sama. Aku juga.
Senyum lembut langsung menghiasi wajahnya tatkala ia membaca pesan yang dikirimkan oleh sang pujaan hati. Jihyun menghela nafas, kemudian menaruh ponselnya ke atas meja nakas. Tatapannya kembali menerawang, dan kali ini ia teringat tentang obrolannya dengan sosok bernama Hyun Myungsuk beberapa menit yang lalu.
"Hyun Myungsuk ... aku penasaran denganmu."
****
Kini seminggu telah berlalu, dan keduanya benar-benar meet up. Mereka mengobrol di sebuah Café tempat janjian mereka. Tak disangka, waktu seminggu itu berlalu dengan cepat, membuat semangat keduanya kian menggebu dan tidak sabar untuk segera membuat sebuah karya di atas lembaran kertas kosong.
"Hai, Jihyun ...." Myungsuk berucap dengan sedikit canggung dan mulai memperhatikan Jihyun yang duduk di seberangnya.
Gadis itu tersenyum. "Hai, ternyata kau sama dengan yang difoto." Jihyun berucap sambil setengah terkekeh.
"Kau tidak sama." Kali ini Myungsuk mengeluarkan suara yang terdengar seperti sebuah rengekan. Bagaimana tidak, Jihyun memasang foto profil tengah tersenyum tipis dengan rambut hitam panjang. Tapi Jihyun yang ia lihat sekarang berambut merah muda menyala. Ini diluar dugaan. Ia pikir Jihyun bukan tipe perempuan yang suka mewarnai rambutnya.
"Kupikir kau adalah seseorang yang pemalu, sama seperti di foto." Myungsuk menunjuk-nunjuk Jihyun dengan jarinya.
Kedua alis Jihyun bertautan. "Hei, aku ini memang pemalu, kok. Tapi kupikir karena kita seumuran, jadi aku tidak terlalu canggung untuk berbicara denganmu." Ia terkekeh lagi, kali ini lebih keras.
Myungsuk terperanjat mendengar ucapan Jihyun barusan, pemuda itu kemudian memandangi kepala Jihyun.
"Apa kau seorang pecinta anime jepang hingga mewarnai rambutmu dengan warna mencolok seperti itu? Aku juga pernah lho mewarnai rambutku dengan warna merah." Myungsuk kembali berceloteh tanpa menghiraukan kekehan Jihyun.
"Aku juga pernah, kok. Sebenarnya tidak juga, aku hanya mengikuti style idol Korea." Jihyun menaruh telunjuk kanannya di depan bibir dan mengedipkan sebelah matanya.
"Bagaimana menurutmu? Aku mirip personil grup mana? Hahaha."
"Ya ampun, ayolah," gumam Myungsuk sedikit kesal.
Ia pikir Jihyun tidak bersikap seperti ini. Tapi mengharapkan seorang teman yang terlalu serius juga tidak menyenangkan. Mungkin, kepribadian mereka justru akan cocok dengan sifat yang seperti ini.
"Aku berharap kekasihku juga akan terlihat bagus dengan warna rambut mencolok, tapi sepertinya itu tak akan terjadi." Pemuda itu kemudian mencibir sedikit, mulai mengungkit hubungannya sendiri yang tak ada hubungannya sama sekali.
Siapa yang peduli, dia hanya sedang kesal dengan Sunmi.
Jihyun tertawa mendengar penuturan Myungsuk. Pemuda ini terlihat sangat menggemaskan di matanya.
"Memang kekasihmu kenapa?" Jihyun yang penasaran akhirnya memutuskan untuk bertanya lebih lanjut sambil menopang dagunya dengan kedua tangan di atas meja. Gestur itu tentu membuat Myungsuk sadar bahwa Jihyun tengah penasaran dengan ucapannya barusan.
"Dia terlihat seperti seorang nenek jika rambutnya diwarnai mencolok."
"Kalau kau?"
"Aku sih tidak masalah. Aku seorang ulzzang."
Jihyun diam saja mendengar ucapan Myungsuk. Otaknya mulai berpikir. Tentu saja dia bisa jadi seorang ulzzang. Pemuda di hadapannya ini punya wajah yang sangat tampan. Bahkan Jihyun yakin Myungsuk bukan orang yang suka menggunakan make up di kesehariannya. Warna kulitnya memang tidak secerah selebritis, tapi wajahnya terlihat sangat menarik. Mungkin karena pemuda ini memiliki kharisma yang kuat.
"Um, omong-omong kita butuh studio untuk menggambar, 'kan?" Myungsuk mengerjap saat suara Jihyun kembali terdengar. Ia mengangguk.
"Aku akan hubungi kekasihku. Bibinya seorang komikus dan sekarang dia sudah debut di Jepang. Studionya sangat lengkap. Kita bisa meminjamnya jika kita mau." Pemuda itu tersenyum, menampakkan deretan giginya yang putih dan rapi. Jihyun mengangguk singkat mendengar ucapan Myungsuk.
Pandangannya berpendar ke arah para pengunjung Café yang semakin banyak siang ini.
"Myungsuk, tidak apa-apa jika menggunakan studio bibi pacarmu?" Jihyun bertanya tak yakin. Namun pertanyaannya itu langsung dibalas anggukan penuh keyakinan oleh Myungsuk.
"Dia pasti setuju. Lagipula, dia hanya menggambar saat liburan saja, karena dia masih SMA sekarang. Keluarganya tinggal di Busan dan dia tinggal di Seoul bersama Eonnie-nya."
"Eonnie? Kakak kandungnya?"
"Ah, bukan. Hanya seorang kakak perempuan yang dia kenal. Saat masih kecil, keluarga mereka cukup dekat."
Gadis itu memainkan sedotan yang ada di dalam gelas. "Kau bilang kekasihmu masih SMA, apa dia sekolah di Seoul?"
"Ya, begitulah. Sejak masuk SMA, dia hanya pulang ke Busan saat liburan ...." Myungsuk memberi jeda pada kalimatnya, tangan kanannya terulur untuk mengambil beberapa potong buah melon yang ada di atas piring.
"Dia sekolah di SAS."
Jihyun hanya memasang ekspresi wajah kagum saat Myungsuk menjelaskannya dengan cepat. SAS adalah kependekan dari Seoul Art School, sekolah menengah atas yang fokus di bidang kesenian.
"Kekasihmu pasti pintar." Gadis itu tersenyum dan membuat lengkungan bulan sabit yang indah di sekitar matanya.
"Saat kami mulai berpacaran, dia hanya seorang bocah kelas dua SMP. Aku mengenalnya lewat dunia maya. Saat dia akan masuk SMA dia bilang sudah diterima di SAS. Aku iri sekali." Myungsuk pura-pura berujar tidak terima dan berkata dengan nada kesal yang dibuat-buat.
Jihyun tersenyum lagi. "Seharusnya kau bersyukur karena pacarmu sangat pintar. Kau jadi bisa minta bantuan padanya, 'kan?" Ia kembali menopang dagu, membuat Myungsuk mengangguk.
"Kau benar, Jihyun-ah. Sekarang dia sering pergi ke Busan-Seoul untuk mengambil pekerjaan." Myungsuk kembali menyantap melon yang ia pesan.
"Dia kerja part time?" Jihyun bertanya lagi, menautkan kedua alisnya.
Myungsuk membuang nafas dan melirik seorang ibu yang tengah duduk di belakang Jihyun, menarik kursi dan tertawa bersama anaknya, dia ingat sesuatu.
"Dia bilang pada ibunya ingin mulai bekerja walaupun belum lulus sekolah. Sekarang dia resmi menjadi fotografer dan bekerja bersama kenalan Eonnie-nya."
"Fotografer untuk majalah?" Gadis Busan itu kembali bertanya, kelewat penasaran.
Myungsuk menampakkan senyum kotaknya sekali lagi.
"Fotografer model untuk katalog fashion."
Pemuda itu kemudian mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Jihyun menunggu sambil memperhatikan tangan Myungsuk dengan serius. Setelah berhasil mencari sesuatu di dalam tas, pemuda itu melempar pelan sebuah katalog yang cover depannya menampilkan dua model remaja berlawan jenis tengah berpose dengan sangat elegan.
Bukan. Jihyun bukan mengagumi model yang ada di cover majalah itu. Ia tahu betul dua idol muda yang tengah naik daun itu bukanlah hal yang harus dia kagumi sekarang, karena mereka memang sudah biasa berpose untuk sebuah majalah. Jihyun mengerjap, ia lebih tertarik untuk memperhatikan judul katalog fashion yang Myungsuk lempar ke atas meja, hampir mengenai piring berisi melon.
"Myungsuk, ini kan ...."
Senyum manis kembali muncul di wajah tampannya. "Kekasihku seorang fotografer untuk model katalog WSX."
Well, siapa yang tidak tahu merk itu. WSX adalah salah satu merk fashion ternama di Korea. Pemiliknya adalah seorang rapper terkenal bernama Kang Wooseok yang menggunakan nama panggung Woody Seoul X. Dan Jihyun ingat betul ia hanya pernah dua kali memakai produk asli dari sana, itu juga karena Dantae yang membelikannya.
Namun, bukan itu yang Jihyun pikirkan saat ini. Melihat senyum kebanggaan Myungsuk mengenai kekasihnya, ia jadi ingat satu hal.
Dantae-nya juga lumayan sering muncul dalam katalog WSX.
****
Ckrek."Bagus, sekali lagi."Ckrek."Kalian hebat. Sinbi, senyum."Ckrek."Jongsuk, coba liat ke arah Sinbi."Ckrek."Bagus. Baiklah, kita istirahat sebentar."Seorang gadis berambut hitam legam sepunggung tengah sibuk melihat hasil potretannya melalui lensa kamera. Senyum manis tak pernah pudar dari wajahnya, membuat dua gigi kelincinya terlihat sangat menggemaskan.Sunmi kemudian menaruh kameranya dan berjalan ke arah sofa yang ada di ruangan itu. Sejenak, gadis ini ingin mengistirahatkan tubuhnya. Sesi pemotretan yang dibintangi oleh dua idol pendatang baru yang terkenal itu lumayan cukup melelahkan. Untung saja yang terpilih sebagai cover katalog bulan ini adalah Jongsuk UNIVERSE dan Sinbi SUNSHINE, dua idol yang merupakan teman masa kecil. Menumbuhkan kemistri di antara keduanya bukanlah hal yang sulit.
"Baiklah, Jihyun-ah. Aku sudah mengirimkan pesan pada kekasihku, jika dia membacanya dia pasti akan segera menelepon." Myungsuk lagi-lagi mematri senyum manis andalannya. Jihyun mengerjap."Oh, baik kalau begitu. Bisa aku pulang sekarang?" Jihyun menoleh ke arah jalanan yang mulai padat. Hari semakin sore dan mereka masih betah singgah di Café sejak tadi siang.Yang ditanya mengangguk. "Tentu, kau pasti merindukan kekasihmu." Myungsuk berujar tanpa memandang Jihyun. Ia mengalihkan pandangannya yang setajam elang ke arah jalanan. Nampaknya sebuah sosok yang familiar tertangkap penglihatannya."Ah, itu dia!" Pekikan Myungsuk seketika memenuhi indra pendengaran Jihyun, membuatnya terperangah dan ikut menatap sosok yang Myungsuk maksud."Si-siapa?" Jihyun menoleh dan mendapati seorang pria dengan tinggi sekitar 178 cm tengah tersenyum dan menjabat tangan seseorang di seberang jalan dekat Cafe tempat mer
Seorang pemuda berkulit pucat terus memutar-mutar pulpen di tangannya. Tatapannya menerawang lurus ke depan, entah apa yang sedang ia pikirkan. Dantae tidak fokus sejak tadi, dan ia yakin penyebabnya tak lain adalah sebuah tawaran dari Wooseok beberapa hari yang lalu. Gila, pemuda bermata sipit itu menyuruhnya untuk menjadi cover di katalognya bulan depan. Bukannya Dantae tidak senang, tapi masalahnya, dia tidak suka tampil di depan publik. Bahkan hanya sedikit dari para penggemar yang mengetahui wajah aslinya, itu pun setengah tertutupi topi.Pemuda yang berasal dari Daegu itu membuang nafas dan mengacak pelan surainya yang berwarna mint. Sudah hampir tiga puluh menit ia membiarkan kertas itu tetap bersih. Tidak, ini tidak boleh terus terjadi atau dia tak akan bisa menghasilkan satu lagu pun hari ini.Pintu studio dibuka oleh seseorang, menyebabkan udara masuk dari luar karena ia tak cepat-cepat menutupnya lagi. Sosok Ji Seojin terl
Jihyun menghentak-hentakkan kakinya ke tanah, kesal dengan semua yang sudah terjadi hari ini. Sudah cukup dipermalukan seperti tadi, Jihyun tidak akan mau membaca komik Busan In Action lagi. Sialan, ia tidak menyangka seseorang dengan nama pena Yeosong Bunny itu adalah bocah labil yang punya sepasang gigi seperti kelinci.Reputasinya sebagai seorang mahasiswa baru hampir saja tercoreng jika tadi dia kelepasan menjewer kuping gadis itu. Dengan penampilan mencolok seperti itu, tentu saja ia akan mudah dikenali orang. Terlebih, lawannya kali ini adalah bocah SMA, bisa-bisa ia dituduh melakukan kekerasan pada anak dibawah umur."Hyun Myungsuk dan segala kehidupannya memang gila, arrgh!" Jihyun meracau frustrasi di depan halte bus. Saat bus tujuannya tiba, ia melangkahkan kakinya dengan cepat ke dalam sana dan segera mencari tempat duduk, menyamankan posisinya. Gadis Busan itu memasangkan earphone di telinganya dan mulai mencari channel radio f
Suara yang dihasilkan oleh ketukan jemari jenjang pada keyboard laptop memenuhi ruangan kamar yang sunyi. Sosok cantik itu tengah asik dengan blognya, mengabaikan satu sosok lagi yang sekarang tengah sibuk menorehkan goresan-goresan kasar pena di atas kertas putih. Seojin tak mau menatap adiknya yang tampak kesal sejak kepulangannya sore tadi. Kalau tidak salah, tiga puluh menit yang lalu Sunmi cerita soal pertemuannya dengan gadis bernama Bae Jihyun yang membuat hatinya panas akhir-akhir ini. Keributan terjadi setelah Sunmi menyiram wajah Jihyun dengan segelas iced americano yang disaksikan oleh puluhan pasang mata. Sungguh, Seojin tidak mengerti jalan pikiran adiknya, dasar bocah. Wanita cantik itu kemudian menutup halaman blognya saat ia sudah menyelesaikan postingannya, kemudian beranjak dari kasur, menghampiri Sunmi yang asik menggambar di kursinya. Helaan nafas berat terus terdengar ketika ia melangkah mendekati s
Sunmi memutar-mutar pensil di tangannya, tak fokus sedari tadi karena mengingat kata-katanya sendiri beberapa hari yang lalu. Sebenarnya ia tak berniat untuk membuat Myungsuk marah, tapi karena perkataannya tempo hari, sampai sekarang kekasihnya itu belum juga menghubunginya.Waktu istirahat akan berakhir sebentar lagi, dan Sunmi masih belum beranjak dari kursinya sejak bel berbunyi. Panggilan dari teman sekelasnya tak ia hiraukan, seolah pikirannya hanya mampu fokus pada satu hal.Pada Hyun Myungsuk yang ia rasa mulai menjauh.Gadis itu menghela nafas berkali-kali, lelah sendiri dengan skenario bodoh yang sudah ia buat. Sunmi mengutuk Myungsuk dalam hatinya. Brengsek, apa dia masih butuh aku, batinnya. Persetan kau, ulzzang brengsek.Lama bermonolog sendiri, tiba-tiba ponselnya bergetar. Ia lekas mengambilnya dan melihat sebuah pesan masuk yang dikirimkan oleh seseorang beberapa detik yang lalu.
Hujan turun secara tiba-tiba malam ini. Padahal, sejak tadi sore belum ada tanda-tanda akan turun hujan, awan mendung pun tak terlihat. Keempat orang yang baru keluar dari restoran itu menatap tak percaya pada jalanan basah di depan mereka. Hujannya sangat deras, dan sialnya Seojin masih punya pekerjaan."Aku harus menyerahkan file ke Bos sebelum dia berangkat ke luar kota besok." Wanita cantik itu mengoceh panjang lebar sejak mereka mendengar suara hujan. Wooseok sudah ingin menutup telinganya rapat-rapat jika saja bukan Seojin yang sedang berbicara seperti kereta api.Aku tidak peduli, Noona. Persetan dengan semua file milik Bos mu, telingaku rasanya mau pecah, batin Wooseok. Tapi ia mengurungkan niatnya untuk benar-benar meneriakki Seojin karena ia ingat kalau pekerjaan tetap pujaan hatinya selain food blogger adalah Chef di salah satu hotel bintang lima. Dan demi Tuhan, Wooseok pernah tak sengaja membuka salah satu file milik Seojin. S
Inbox (1)From: Kang WooseokHai, Noona ... apa kabar? Hari ini sudah makan berapa kali? Perlu kutemani ke supermarket, mungkin? Kapan kita bisa bertemu?Inbox (1)From: Kang WooseokSeojin-noona, kau ada di rumah? Aku ingin bertemu :) ayo kita makan siang bersama~Inbox (1)From: Kang WooseokNoona, hari ini luang tidak? Ayo temani aku ke toko sepatu. Oppa di rumah, kan? Aku jemput sekarang, ya ....Inbox: (1)From: Kang WooseokNoona, hangout bersamaku, ya? Aku bosan. Miss u Noona :(****"Bagus, Seojin ... bagus. Ya, ke kiri sedikit."