Share

Chapter 2

Jihyun mengerjap untuk beberapa saat setelah mematikan laptopnya. Gadis itu beranjak dari kursinya dan mulai membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Orang tuanya berjanji akan menyewakan apartemen untuknya di Seoul. Tapi, tadi sore kekasihnya menelepon dan bilang ia yang akan menyewakan Jihyun apartemen. Orang itu memang punya karier yang mapan sehingga menjadi kaya di umur yang masih muda.

Jihyun merasa beruntung sekarang.

Ia mengambil ponselnya di atas meja nakas. Gadis itu mengirimkan sebuah pesan singkat pada sang kekasih dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

To: Lee Dantae Genius Man

Terima kasih. Aku mencintaimu ^^

Ia belum mau meletakkan ponselnya kembali sebelum menerima balasan dari sang kekasih. Tatapannya menerawang dan mulai membayangkan hal apa saja yang akan terjadi setelah ia sampai di Seoul nanti. Ia tahu itu adalah kota yang besar, dan semua yang ia nantikan membuat jantungnya berdebar.

Jihyun terlalu hanyut dalam lamunannya sendiri dan tanpa sadar mengabaikan ponselnya yang bergetar. Gadis itu mengerjap sekali lagi, kemudian mengangkat ponselnya dan mensejajarkan dengan wajahnya.

Inbox (1)

From: Lee Dantae Genius Man

Sama-sama. Aku juga.

Senyum lembut langsung menghiasi wajahnya tatkala ia membaca pesan yang dikirimkan oleh sang pujaan hati. Jihyun menghela nafas, kemudian menaruh ponselnya ke atas meja nakas. Tatapannya kembali menerawang, dan kali ini ia teringat tentang obrolannya dengan sosok bernama Hyun Myungsuk beberapa menit yang lalu.

"Hyun Myungsuk ... aku penasaran denganmu."

****

Setidaknya, selama seminggu penuh Myungsuk benar-benar mengobrol dengan Jihyun di sosial media. Dia bahkan sempat mengabaikan beberapa chat yang masuk dari Sunmi, membuat gadis itu enggan untuk mengangkat telepon darinya di malam hari.

Kini seminggu telah berlalu, dan keduanya benar-benar meet up. Mereka mengobrol di sebuah Café tempat janjian mereka. Tak disangka, waktu seminggu itu berlalu dengan cepat, membuat semangat keduanya kian menggebu dan tidak sabar untuk segera membuat sebuah karya di atas lembaran kertas kosong.

"Hai, Jihyun ...." Myungsuk berucap dengan sedikit canggung dan mulai memperhatikan Jihyun yang duduk di seberangnya.

Gadis itu tersenyum. "Hai, ternyata kau sama dengan yang difoto." Jihyun berucap sambil setengah terkekeh.

"Kau tidak sama." Kali ini Myungsuk mengeluarkan suara yang terdengar seperti sebuah rengekan. Bagaimana tidak, Jihyun memasang foto profil tengah tersenyum tipis dengan rambut hitam panjang. Tapi Jihyun yang ia lihat sekarang berambut merah muda menyala. Ini diluar dugaan. Ia pikir Jihyun bukan tipe perempuan yang suka mewarnai rambutnya.

"Kupikir kau adalah seseorang yang pemalu, sama seperti di foto." Myungsuk menunjuk-nunjuk Jihyun dengan jarinya.

Kedua alis Jihyun bertautan. "Hei, aku ini memang pemalu, kok. Tapi kupikir karena kita seumuran, jadi aku tidak terlalu canggung untuk berbicara denganmu." Ia terkekeh lagi, kali ini lebih keras.

Myungsuk terperanjat mendengar ucapan Jihyun barusan, pemuda itu kemudian memandangi kepala Jihyun.

"Apa kau seorang pecinta anime jepang hingga mewarnai rambutmu dengan warna mencolok seperti itu? Aku juga pernah lho mewarnai rambutku dengan warna merah." Myungsuk kembali berceloteh tanpa menghiraukan kekehan Jihyun.

"Aku juga pernah, kok. Sebenarnya tidak juga, aku hanya mengikuti style idol Korea." Jihyun menaruh telunjuk kanannya di depan bibir dan mengedipkan sebelah matanya.

"Bagaimana menurutmu? Aku mirip personil grup mana? Hahaha."

"Ya ampun, ayolah," gumam Myungsuk sedikit kesal.

Ia pikir Jihyun tidak bersikap seperti ini. Tapi mengharapkan seorang teman yang terlalu serius juga tidak menyenangkan. Mungkin, kepribadian mereka justru akan cocok dengan sifat yang seperti ini.

"Aku berharap kekasihku juga akan terlihat bagus dengan warna rambut mencolok, tapi sepertinya itu tak akan terjadi." Pemuda itu kemudian mencibir sedikit, mulai mengungkit hubungannya sendiri yang tak ada hubungannya sama sekali.

Siapa yang peduli, dia hanya sedang kesal dengan Sunmi.

Jihyun tertawa mendengar penuturan Myungsuk. Pemuda ini terlihat sangat menggemaskan di matanya.

"Memang kekasihmu kenapa?" Jihyun yang penasaran akhirnya memutuskan untuk bertanya lebih lanjut sambil menopang dagunya dengan kedua tangan di atas meja. Gestur itu tentu membuat Myungsuk sadar bahwa Jihyun tengah penasaran dengan ucapannya barusan.

"Dia terlihat seperti seorang nenek jika rambutnya diwarnai mencolok."

"Kalau kau?"

"Aku sih tidak masalah. Aku seorang ulzzang."

Jihyun diam saja mendengar ucapan Myungsuk. Otaknya mulai berpikir. Tentu saja dia bisa jadi seorang ulzzang. Pemuda di hadapannya ini punya wajah yang sangat tampan. Bahkan Jihyun yakin Myungsuk bukan orang yang suka menggunakan  make up di kesehariannya. Warna kulitnya memang tidak secerah selebritis, tapi wajahnya terlihat sangat menarik. Mungkin karena pemuda ini memiliki kharisma yang kuat.

"Um, omong-omong kita butuh studio untuk menggambar, 'kan?" Myungsuk mengerjap saat suara Jihyun kembali terdengar. Ia mengangguk.

"Aku akan hubungi kekasihku. Bibinya seorang komikus dan sekarang dia sudah debut di Jepang. Studionya sangat lengkap. Kita bisa meminjamnya jika kita mau." Pemuda itu tersenyum, menampakkan deretan giginya yang putih dan rapi. Jihyun mengangguk singkat mendengar ucapan Myungsuk.

Pandangannya berpendar ke arah para pengunjung Café yang semakin banyak siang ini.

"Myungsuk, tidak apa-apa jika menggunakan studio bibi pacarmu?" Jihyun bertanya tak yakin. Namun pertanyaannya itu langsung dibalas anggukan penuh keyakinan oleh Myungsuk.

"Dia pasti setuju. Lagipula, dia hanya menggambar saat liburan saja, karena dia masih SMA sekarang. Keluarganya tinggal di Busan dan dia tinggal di Seoul bersama Eonnie-nya."

"Eonnie? Kakak kandungnya?"

"Ah, bukan. Hanya seorang kakak perempuan yang dia kenal. Saat masih kecil, keluarga mereka cukup dekat."

Gadis itu memainkan sedotan yang ada di dalam gelas. "Kau bilang kekasihmu masih SMA, apa dia sekolah di Seoul?"

"Ya, begitulah. Sejak masuk SMA, dia hanya pulang ke Busan saat liburan ...." Myungsuk memberi jeda pada kalimatnya, tangan kanannya terulur untuk mengambil beberapa potong buah melon yang ada di atas piring.

"Dia sekolah di SAS."

Jihyun hanya memasang ekspresi wajah kagum saat Myungsuk menjelaskannya dengan cepat. SAS adalah kependekan dari Seoul Art School, sekolah menengah atas yang fokus di bidang kesenian.

"Kekasihmu pasti pintar." Gadis itu tersenyum dan membuat lengkungan bulan sabit yang indah di sekitar matanya.

"Saat kami mulai berpacaran, dia hanya seorang bocah kelas dua SMP. Aku mengenalnya lewat dunia maya. Saat dia akan masuk SMA dia bilang sudah diterima di SAS. Aku iri sekali." Myungsuk pura-pura berujar tidak terima dan berkata dengan nada kesal yang dibuat-buat.

Jihyun tersenyum lagi. "Seharusnya kau bersyukur karena pacarmu sangat pintar. Kau jadi bisa minta bantuan padanya, 'kan?" Ia kembali menopang dagu, membuat Myungsuk mengangguk.

"Kau benar, Jihyun-ah. Sekarang dia sering pergi ke Busan-Seoul untuk mengambil pekerjaan." Myungsuk kembali menyantap melon yang ia pesan.

"Dia kerja part time?" Jihyun bertanya lagi, menautkan kedua alisnya.

Myungsuk membuang nafas dan melirik seorang ibu yang tengah duduk di belakang Jihyun, menarik kursi dan tertawa bersama anaknya, dia ingat sesuatu.

"Dia bilang pada ibunya ingin mulai bekerja walaupun belum lulus sekolah. Sekarang dia resmi menjadi fotografer dan bekerja bersama kenalan Eonnie-nya."

"Fotografer untuk majalah?" Gadis Busan itu kembali bertanya, kelewat penasaran.

Myungsuk menampakkan senyum kotaknya sekali lagi.

"Fotografer model untuk katalog fashion."

Pemuda itu kemudian mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Jihyun menunggu sambil memperhatikan tangan Myungsuk dengan serius. Setelah berhasil mencari sesuatu di dalam tas, pemuda itu melempar pelan sebuah katalog yang cover depannya menampilkan dua model remaja berlawan jenis tengah berpose dengan sangat elegan.

Bukan. Jihyun bukan mengagumi model yang ada di cover majalah itu. Ia tahu betul dua idol muda yang tengah naik daun itu bukanlah hal yang harus dia kagumi sekarang, karena mereka memang sudah biasa berpose untuk sebuah majalah. Jihyun mengerjap, ia lebih tertarik untuk memperhatikan judul katalog fashion yang Myungsuk lempar ke atas meja, hampir mengenai piring berisi melon.

"Myungsuk, ini kan ...."

Senyum manis kembali muncul di wajah tampannya. "Kekasihku seorang fotografer untuk model katalog WSX."

Well, siapa yang tidak tahu merk itu. WSX adalah salah satu merk fashion ternama di Korea. Pemiliknya adalah seorang rapper terkenal bernama Kang Wooseok yang menggunakan nama panggung Woody Seoul X. Dan Jihyun ingat betul ia hanya pernah dua kali memakai produk asli dari sana, itu juga karena Dantae yang membelikannya.

Namun, bukan itu yang Jihyun pikirkan saat ini. Melihat senyum  kebanggaan Myungsuk mengenai kekasihnya, ia jadi ingat satu hal.

Dantae-nya juga lumayan sering muncul dalam katalog WSX.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status