Share

MENYESAL SETELAH MENYIA-NYIAKAN ANAK DAN ISTRI
MENYESAL SETELAH MENYIA-NYIAKAN ANAK DAN ISTRI
Author: Senja jingga

1. CURIGA

UANG YANG DISEMBUNYIKAN SUAMI DARI ISTRINYA - Curiga (1)

JANGAN DULU DIBACA, MASIH DIREVISI

Sore ini, Aku menatap tidak tega pada putriku yang tengah memakan singkong rebus di meja makan karena aku tidak memiliki beras satu biji-pun untuk dimasak sore ini.

Aku juga ikut duduk di meja makan. Aku sama-sama memakan singkong rebus untuk sore ini. Aku kesulitan menelan singkong ini, rasanya pedih melihat Talia---putriku yang masih berusia 4 tahun, mesti ikut-ikutan menderita atas kesusahan kedua orangtuanya.

***

Malam pun tiba, Aku mulai ingin menanyakan apa Mas Teguh punya uang atau tidak untuk bisa membeli beras besok pagi.

"Mas, kamu punya uang tidak ? Kasian Talia Mas, sore tadi dia cuman makan singkong rebus." Ucapku pada suamiku. Malam ini, Sekarang dia ada dikamar tengah memakai jaket kulitnya yang berwarna hitam pekat. Sepertinya dia akan nongkrong di warung Sindy seperti biasanya.

"Makan singkong rebus ? Emang beras sudah habis, Dek ?" Ia bertanya dengan keningnya yang mengerut, nampak heran. Aku mengangguk.

"Iya, Mas. Beras sudah habis sebelum sampai satu bulan, seperti biasanya." Jawabku. Uang sisa 500 ribu dari Mas Teguh selalu tidak cukup jika dipakai pada banyak hal, apalagi sampai untuk satu bulan lamanya.

"Dan Untuk bayar kontrakan bulan sekarang juga belum ada uangnya, Mas. tiga bulan kemarin, aku bayar kontrakan, pakai uang aku dulu, Mas." Tuturku menjelaskan agar Mas Teguh memahami bahwa banyak uang yang mesti dikeluarkan untuk membayar atau membeli ini dan itu. Biasanya, dia seperti tidak peduli.

"Bulan sekarang belum bayar kontrakan ?" Tanyanya lagi. Aku mengangguk lagi.

"Iya, Mas. Uangnya belum ada. Bulan ini, aku juga belum bisa mengumpulkan uangnya. Karena, Sayuran di kebun belum pada besar dan berbuah kembali. Mungkin karena keseringan di panen, setiap kali aku butuh uang untuk ini dan itu. Apalagi, Uang untuk bayar kontrakan 'kan enam ratus ribu. Cukup besar. Aku harap semoga Mas punya uang untuk bayar kontrakan bulan ini." Jawabku. 

Bayar kontrakan enam ratus ribu per bulannya Sudah tiga bulan ini, Aku memakai uangku sendiri, hasil dari jualan sayuran dan gorengan keliling, untuk membayar kontrakan..

Waktu tiga bulan yang lalu, Mas Teguh memberikan uang padaku lima ratus ribu. Karena katanya, uang gajinya terpakai untuk benerin motor. Karena itu, Aku yang bayar kontrakan pakai uangku sendiri hasil dari jualan sayuran dan gorengan.

Terus, dua bulan yang lalu, Ia juga memberikan aku lima ratus ribu, Kata-nya, Uangnya dikasih pinjam kepada temannya yang anaknya lagi sakit. Dan bulan kemarin pun aku juga yang membayar kontrakan ini.

Dan bulan kemarin, Lagi-lagi ia juga memberikan aku uang gaji-nya sebesar itu, Karena katanya, Uangnya ia pakai untuk servis motor lagi. Untuk ganti oli dan ganti ban.. Dan lagi-lagi aku sendiri yang membayar kontrakan ini. Tentunya dengan susah payah aku mendapatkan uang untuk membayar kontrakan ini.

Aku masih ingat apa saja alasan-alasan yang pernah ia katakan saat ia memberikan uang gajinya yang tidak se-utuh seperti biasanya.

Setiap kali aku berjualan sayur atau gorengan, aku selalu mengumpulkan sedikit demi sedikit untuk bisa bayar kontrakan yang nilainya bagiku cukup besar dan membuatku cukup terbebani. Hasil dari jualan sayuran dan gorengan, penghasilannya tidak seberapa dari setiap kali aku berjualan. Sehingga cukup butuh waktu lama bagiku untuk bisa mengumpulkan uang untuk bayar kontrakan tersebut.

Selama lima tahun menikah dengan Mas Teguh, Aku selalu ikut membantu mencukupi kebutuhan keluarga kami. Aku sering berjualan sayuran hasil tanam sendiri dan juga gorengan, karena gaji Mas Teguh tidak bisa mencukupi kebutuhan kami. Padahal, aku sudah berusaha menghemat sehemat mungkin.

Mas Teguh bekerja sebagai pegawai di sebuah toko material bangunan. Gajinya Mas Teguh selama satu bulan sebesar satu juta dua ratus ribu. (Rp. 1. 200.000). Biasanya dia memberikan aku uang satu juta setiap bulannya, yang uangnya akan aku pakai untuk keperluan pokok dan keperluan lainnya.

Dan yang dua ratus ribunya untuk keperluan dirinya sendiri. Seperti untuk isi bensin motor. Untuk ia membeli ro-kok dan kopi. Meskipun kadang ia tetap meminta uang padaku.

Tetapi, Selama tiga bulan ini, Ia memberikan gajinya selalu setengahnya. Memang ada rasa aneh, tapi hingga saat ini aku berusaha berpikir yang baik-baik.

Selama Mas Teguh memberikan uang gajinya hanya setengah dari biasanya, Rasanya banyak hal yang semakin tidak tercukupi. Saat ia memberikan gajinya utuh saja, hidup kami kadang tidak sepenuhnya cukup. Apalagi, Semenjak dia memberikan aku gajinya yang hanya setengahnya.

Selama lima tahun usia pernikahan ini, Banyak sekali pengeluaran setiap bulannya. Bukan semata-mata untuk kepentingan aku sendiri. Uang gaji satu juta Mas Teguh, Biasanya aku gunakan untuk bayar kontrakan sebesar 600 ribu. Dan selebihnya, yang sisa 400 ribu itu, aku pakai untuk beli bahan-bahan pokok seperti beras, dan perlengkapan dapur. Seperti untuk membeli bumbu dapur, minyak, dan gas kompor.

Ditambah perlengkapan mandi, dan juga untuk Talia yang sesekali ingin jajan, belum untuk Mas Teguh sendiri yang suka mero-kok, minum kopi dan lainnya yang hampir setiap hari. Meskipun ia sudah memisahkan uang sendiri, ia tetap kerap sekali meminta uang padaku. Mas Teguh kadang meminta uang dari hasil jualan. Bahkan, Untuk bisa merawat diriku sendiri, Sampai tidak bisa.

Dan selama tiga bulan ini, Aku benar-benar sulit bisa membuat uang 500 ribu darinya itu untuk mencukupi semuanya untuk selama satu bulan. Uang 500 ribu itu aku pakai untuk membeli bahan pokok beras dan minyak goreng, bumbu dapur, dan lainnya seperti lauk nasi yang sederhana untuk setiap harinya.

.Akhirnya selama tiga bulan ini, aku merasa bebanku lebih banyak dari biasanya. Aku tidak hanya ikut memenuhi kebutuhan pokok dengan uang hasil kerjaku sendiri seperti tahun-tahun sebelumnya, tapi juga mesti membayar kontrakan dengan uang hasil kerja kerasku sendiri.

Mas Teguh terdiam dengan ucapanku.

"Kalo aku sendiri gak masalah, Mas, Meskipun hanya makan singkong rebus. Itu juga sudah Alhamdulillah, Singkong rebus itu diberi dari Bu Rahma waktu sore tadi. Tapi, Besok kita gak punya beras untuk dimasak!" lirihku. Sekilas aku menoleh pada putriku---Talia yang tengah tertidur diatas tempat tidur ini. aku melihat tidak tega pada Talia Perasaanku terasa pedih, ia tidak makan nasi untuk sore ini. Sebenarnya bukan hanya sekali dua kali ia ikut tersusahi karena perekonomian kami yang kurang. Sekarang Talia ketiduran di kamar kami. Ia sudah pisah kamar di sebelah kami. Nanti, aku akan pindahkan ia ke kamarnya.

Talia kerap kali hanya makan dengan lauk sederhana, Seperti hanya dengan ikan asin, tempe, tahu, dan kadang beberapa kali hanya garam. Ia juga jarang jajan, apalagi sampai bisa membeli mainan seperti anak-anak lainnya. Untungnya, Talia anak yang baik. Ia tidak banyak menuntut dan bisa mengikuti keadaan susah kedua orangtuanya.

"Iya, Dek. Maaf ya, Tiga bulan ini uang gaji aku memang banyak terganggunya. Katanya, teman aku juga belum ada uang untuk balikin. ...Kamu enggak coba pinjam beras ke tetangga ?" Jawabnya. Aku hanya bisa menghela nafas pas-rah.

Padahal, Aku sengaja menunggu Mas Teguh pulang, untuk membicarakan soal ini, karena aku pikir dia akan memberikan aku uang yang uangnya bisa aku pakai untuk membeli beras besok pagi. Tapi sayang, Mas Teguh tidak bisa memberikan aku uang sedikit pun.

Mas Teguh menggaruk kepalanya dengan raut wajah yang nampak bingung. "Gimana ya, Dek ? Untuk beli beras besok, Soalnya sekarang aku benar-benar lagi gak punya uang sama sekali, Dek. Sekarang 'kan aku belum gajihan. Dan uang ja-tah aku yang dua ratus ribu itu, sudah habis dari kemarin-kemarin untuk membeli ro-kok, dan bensin motor. Makannya, kamu pinjam beras lagi aja ya sama Bu Rahma ?"

Lagi-lagi aku hanya bisa menghela nafas, selalu percuma rasanya jika aku meminta uang pada suamiku ini. Mas Teguh pasti akan bilang jika dia tidak memiliki uang.

"Yaudah, Mas. Gak papa. Besok, aku coba pinjam beras sama Bu Rahma. Meskipun, Rasanya aku malu mesti meminjam beras lagi padanya. Aku udah tiga kali pinjam beras pada Bu Rahma." Tukasku.

"Iya, Dek. Maaf ya, sekarang ini aku gak punya uang sama sekali. Aku juga minta maaf karena uang gajian bulan kemarin kurang gara-gara aku pakai untuk benerin motor dan segala hal lainnya." ucapnya, yang entah benar atau tidak. Karena, Hatiku merasa tidak percaya dengan yang ia ucapkan.

"Iya, Mas. Gak papa. Kamu sendiri udah makan ? Kalo belum, kamu makan singkong rebus dulu aja. Tadi singkong rebus dari Bu Rahma masih ada di laci dapur." jawabku, berusaha tidak memperlihatkan rasa curiga.

"Untuk kamu aja sama Talia yang makan, Dek. Aku gak lapar, kok!"

"Beneran, Mas ? Emang kamu udah makan ?"

"Tadi sore aku udah makan kok di tempat kerja. Sekarang aku belum lapar lagi. Yaudah ya, aku mau nongkrong dulu sama temen-temen di warung!." Jawabnya, aku hanya mengangguk sembari berusaha tersenyum.

"Iya, Mas."

Tak lama kemudian, Mas Teguh melangkahkan kakinya meninggalkanku dan Talia di dalam kamar ini.

Aku hanya bisa mende-sah pasrah, terpaksa besok mesti pinjam beras lagi ke tetangga. Karena sekarang, aku tidak punya uang sepeser pun. Aku juga jauh dari bapak dan ibu, dan disini juga tidak punya saudara sama sekali untuk meminta bantuan.

Sayuranku juga belum pada tumbuh dan berbuah kembali karena terlalu sering di panen untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami. Dan untuk membuat gorengan, juga belum ada modalnya.

Seandainya aku belum punya anak, rasanya aku ingin kerja di tempat orang lain agar gaji-nya bisa lebih besar dari hasil jualan sayuranku yang sayurannya hanya berapa biji. Begitupun juga gorengan yang hanya bisa menghasilkan uang sedikit, karena jumlah gorengannya yang juga belum bisa banyak.

Sebenarnya aku juga malu mesti meminjam beras pada tetangga. Apalagi, Aku bukan orang asli sini.

***

POV TEGUH

Malam ini, Aku pergi ke warungnya Sindy---Janda beranak satu itu. Seperti biasanya, Aku selalu beralasan pada Andin akan nongkrong dengan teman-temanku di warung hanya untuk menghilangkan rasa capek dan penat. Padahal, Tidak hanya itu. Sebenarnya, Selama tiga bulanan ini, Aku mengkhianati pernikahan kami dengan selingkuh dengan Sindy.

***

Bersambung....

Sebelumnya, Mohon maaf untuk yang pernah membaca karya saya ini. Sekarang karya ini sudah saya revisi, semoga dengan ini, pembaca bisa lebih terhibur. Terimakasih 🙏😊

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status