Jangan lupa share cerita ini jika kalian suka.
Revan melihat keributan yang terjadi. Dia sedikit melebarkan matanya saat menyadari jika yang tengah terlibat adu cek cok itu adalah istri dan kekasihnya. Dengan segera, Revan melangkah mendekati tempat mereka."Jo!" Revan memutuskan untuk mendekati istrinya karena di sana juga ada Razka. Revan tidak ingin membuat kakak iparnya itu curiga.Namun ketika Revan menarik tangan Jovanka, istrinya itu justru menghempaskannya dengan kasar."Apa yang kamu lakukan?" tanya Revan."Diamlah, dan jangan ikut campur!" ucap Jovanka kesal. Dia kembali memusatkan perhatiannya pada Savira. Pandangan Jovanka menghunus perempuan itu dengan tajam. "Aku tidak peduli jika kamu mau berhubungan atau bermesraan dengan suamiku. Tapi saat kamu mendekati kakakku, aku tidak akan membiarkannya!"Perempuan itu sama memuakkannya dengan Revan. Mereka seolah tidak puas hanya dengan satu pria dan wanita. Setelah mendapatkan Revan, Savira masih dengan tidak tahu dirinya menggoda kakaknya.Seperti Revan yang sudah memiliki
Ini gila. Revan bahkan tidak tahu alasan apa yang membuatnya tiba-tiba mencium Jovanka. Dia hanya merasa marah dengan kata-kata yang diucapkan istrinya itu. Sehingga yang ingin Revan lakukan hanya membungkam mulut istrinya dan menunjukkan padanya jika ia hanya milik Revan. Sebuah ciuman tampaknya adalah hukuman yang tepat untuk istrinya yang pembangkang. Tapi, setiap detik yang dilewati, Revan justru terbuai dengan permainan yang ia mulai sendiri. Revan juga tidak mengerti. Dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Terlebih, saat Revan menyadari Jovanka berhenti memberontak dan mulai membalas setiap sapuan bibirnya. Permukaan bibirnya yang lembut dan rasa manis yang ia kecap membuat Revan hampir gila. Ia bahkan tidak bisa menahan hasratnya untuk melakukan hal yang lebih. Revan membawa Jovanka masuk ke dalam mobilnya, dan membaringkannya di jok belakang. Ia kembali melanjutkan kegiatan panas itu lebih leluasa. Revan mungkin bisa melanjutkannya di rumah mereka. Tapi jika dijeda terlal
Jovanka keluar dari mobil dengan wajah kusut. Dia membanting pintu mobil dengan kuat sebelum berjalan cepat meninggalkan Revan.Di belakangnya, Revan tampak menyusul dengan segera. Dia tidak bisa membiarkan Jovanka marah padanya lebih lama. Ini memang disebabkan olehnya. Tapi Revan rasa, ia tidak salah sama sekali. Hanya Jovanka saja yang merasa tidak terima dengan apa yang Revan lakukan.“Pergi, brengsek!” maki Jovanka. Dia tahu Revan berjalan mengekorinya. Jadi dia berteriak untuk membuat pria itu berhenti melakukan sesuatu yang membuat Jovanka semakin marah.“Jo, kenapa kamu harus marah?” Revan tidak mengerti, memang apa yang salah dari kejadian tadi? Bahkan sejak awal Revan sadar, istrinya itu juga menginginkannya. Jovanka mungkin hanya tidak ingin mengakuinya.“Kamu sama tidak tahu malunya dengan kekasihmu itu,” ucap Jovanka. Revan bahkan tidak terlihat merasa bersalah setelah apa yang ia lakukan pada Jovanka. Dan itu membuat Jovanka semakin kesal.“Aku ini suamimu.”“Kamu bahka
Semakin hari tingkah Revan semakin meresahkan. Dia menjadi lebih sering mendekati Jovanka dan mengakrabkan diri. Pria itu bahkan tidak canggung lagi saat harus memanggil Jovanka dengan sebutan sayang.Jujur saja, Jovanka sama sekali tidak terpengaruh dengan perubahan Revan. Ia justru merasa risih. Sikap pria itu sebelumnya bagi Jovanka jauh lebih nyaman baginya.“Pagi, sayang.” Jovanka menghindar saat Revan hendak mencium pipinya.Walau tidak mendapatkan apa yang dia inginkan, Revan tetap tersenyum cerah.“Hari ini sepertinya aku akan pulang terlambat,” ucap Revan memberitahu istrinya. Dia tidak ingin membuat Jovanka khawatir saat ia tidak pulang tepat waktu nanti, walau sebenarnya perempuan itu seperti tidak peduli.“Sekalian saja tidak usah pulang,” ketus Jovanka.Dia berkata seperti itu karena dia sungguh tidak peduli. Tapi Revan sepertinya menanggapinya berbeda.“Kamu akan merindukanku jika aku tidak ada.” Revan mengulurkan tangannya dan mengacak puncak kepala istrinya itu pelan.
“Apakah dia perempuan yang kamu maksud itu?” Danial bertanya pada Razka saat mereka berjalan menuju lift. Danial tidak perlu khawatir karena mereka menggunakan lift khusus yang hanya boleh digunakan oleh petinggi perusahaan. Bahkan Revan saja tidak diperkenankan menggunakan lift itu meski dia merupakan menantu Danial. “Ya.” Razka mengangguk membenarkan. “Dia cukup cantik.” “Adikku jauh lebih cantik,” tukas Razka melayangkan tatapan tidak terima pada ayahnya itu. “Sebenarnya, anakmu itu Jovanka atau perempuan itu?” “Aku hanya mengomentarinya sedikit,” balas Danial terkesan acuh. Lagipula, dia tidak asal bicara. Perempuan bernama Savira itu memang memiliki wajah yang cantik. Danial rasa, wajar saja jika Revan memiliki ketertarikan padanya. Tapi, Danial tetap merasa heran, karena jika dibandingkan, putrinya jauh lebih segalanya dari perempuan itu. “Apa mereka benar-benar berselingkuh?” gumam Danial. “Ayah belum menyelidikinya sama sekali?” Razka berdecak tidak percaya. Dia kecewa de
Jovanka terkejut saat ada seseorang yang tiba-tiba memeluknya dari belakang. Untung saja mangkok berisi mie yang tengah dipegangnya saat ini tidak terjatuh. Helaan napas kasar keluar dari mulutnya. Meski tanpa menoleh, Jovanka tahu siapa orang yang tengah memeluknya saat ini. Terlebih, aroma parfum yang tercium sangat tidak asing baginya.“Revan!” tegur Jovanka.Dia memang sempat mendengar suara seseorang membuka pintu. Jovanka juga sudah menduga jika Revan yang datang sepulang dia dari kantor. Tapi, Jovanka sama sekali tidak ada niatan untuk menyambut kepulangan suaminya itu. Dia memilih melanjutkan kegiatannya yang tengah memasak mie untuk dirinya sendiri.“Kenapa tidak menyambutku?” tanya Revan tanpa melepaskan pelukannya. Akhir-akhir ini dia merasa senang bermanja-manja dengan Jovanka. Walau istrinya itu selalu menolak dirinya, Revan mencoba tidak peduli. “Aku ingin kamu berdiri di depan pintu setiap aku pulang kerja untuk menyambutku.”“Aku tidak mau,” tolak Jovanka tanpa pikir p
Savira harus memikirkan cara untuk membuat Revan mau dengan segera menikahinya. Karena jika terus mengulur waktu seperti ini, Savira khawatir hubungannya dengan Revan juga akan hancur secara perlahan.Savira menyadari semuanya. Revan yang mulai berubah dan sudah sedikit menerima pernikahan yang awalnya hanya sebuah keterpaksaan. Ia yang awalnya hanya mau menatap Savira, kini bahkan sudi menatap istrinya sendiri.Jovanka bukan ancaman yang bisa dianggap remeh. Perempuan itu memiliki segalanya. Dia cantik, cerdas, dan berasal dari keluarga berada. Berbeda jauh dengan Savira yang hanya mengandalkan paras serta tubuhnya untuk menjerat banyak pria. Savira juga tidak memiliki orang tua, keluarganya hancur saat ia masih remaja. Savira meninggalkan keluarganya dan bekerja sejak ia masih muda.Karena parasnya, Savira berhasil mengencani banyak laki-laki sejak masa sekolah. Dia membuat banyak orang mau menghamburkan uang demi dirinya. Tapi terkadang, hubungan itu hancur saat mereka mengetahui j
Revan masuk ke dalam kamar Jovanka. Ruangan itu terlihat sangat redup. Jovanka mungkin tidak menyukai kamar yang terlalu terang saat ia tengah tertidur. Kebiasaan ini tidak jauh berbeda dengan Revan. Hanya saja dia terbiasa menyalakan lampu tidurnya, sedangkan Jovanka membiarkan seluruh ruang kamarnya dimakan gelap. Untungnya dia masih bisa berjalan menuju ranjang istrinya itu. Dia melihat Jovanka yang berbaring memunggunginya.Ini pertama kalinya Revan masuk ke kamar perempuan itu. Jovanka selalu waspada padanya, karena itu dia selalu mengunci kamarnya sebelum tidur. Tapi kali ini dia membuat Revan bisa menyelinap dengan mudah. Sepertinya Jovanka lupa untuk mengunci pintu kamarnya seperti biasa.Revan tidak memiliki maksud apapun masuk ke kamar Jovanka seperti ini, dia hanya ingin melihat wajah terlelap istrinya. Setiap ada kesempatan, mereka tidak pernah bicara dengan baik. Jovanka seolah membuat benteng di tengah-tengah mereka.Rasanya Revan ingin membuat Jovanka seperti dulu lagi.