Semua Bab Suamiku Mencintai Kakakku (INDONESIA): Bab 71 - Bab 80
90 Bab
71. Berubah Menjadi Dingin
“Apa Kak Anna sedang bersama Drey?” tanyaku dengan suara sangat pelan. Jantungku mulai berdetak keras menunggu jawaban dari Anna. Mungkinkah Anna akan menjawab? Atau tidak mengatakan yang sebenarnya? Cukup lama Anna terdiam membuat jeda yang tercipta beberapa saat.“Iya, Ryn. Kakak sedang bersama Drey.”Mendengar itu, hati aku semakin tertusuk layaknya busur panah menatap dalam hatiku. Sakit sekali. Demi Tuhan. Pengakuan bersama Drey terucap dari bibir Anna.Ada jeda beberapa menit. Aku tarik napas dalam-dalam, menenangkan diriku. “Kenapa kakak bersama Drey?” tanyaku agak dingin. “Apa ada sesuatu yang penting?”Terdengar helaian napas darinya. “Iya, Ryn. Kami sedang membicarakan pekerjaan. Tidak ada hal lain,” jelasnya. “Dan aku meminta bantuan dari Drey.”Aku tersenyum kecut. Haruskah membicarakan pekerjaan di cafe? Berduaan? Haha. Lucu sekali. Aku ingin tertawa h
Baca selengkapnya
72. Merasa Mual
“Tidak apa-apa, Pak,” jawabku parau.“Pak, tolong antarkan ke alamat ini, ya.” Aku menyodorkan kertas berisi rumah mama Katerina. “Okay, Nona.”Sang pengemudi sepertinya tahu aku sedang tidak ingin ditanya banyak hal. Ketika sudah sampai di rumah mama Katerina, aku tidak langsung turun dari mobil. Masuk ke dalam rumah. Mama Katerina menyambut dengan hangat.“Lho, Ryn? Kamu lagi sakit ya? Kok mukanya pucat banget.”Aku menggeleng lemah. “Aku baik-baik saja, Ma. Aku ke kamar dulu, ya.” Kepalaku semakin berputar-putar, tubuh lemas dan aku ingin tidur. Rasanya pusing dan pening di kepala. “Nanti mama buatkan sesuatu untukmu, sesuatu yang lezet pastinya. Istirahatlah, sayang,” kata Mama sedikit berteriak.Aku tersenyum dibalik wajah pucat pasi, aku semakin sadar, aku benar-benar menjadi lakon yang pintar sekali menyembunyikan apa yang aku rasakan.
Baca selengkapnya
73. Why You Leave Me?
“Jangan-jangan kamu ....”“....”“Ryn?” Kepalaku memutar ke ambang pintu, Drey berdiri di sana, memandangiku dengan tatapan yang membuat aku ingin menangis. Kenapa dia baru datang? Saking asiknya berbicara dengan Anna?Mama melihat Drey datang, Mama berdiri dan mengecup keningku, kemudian pergi dari kamar seolah membiarkan kami berduaan di dalam kamar ini.Drey menghampiriku. Dia mengusap lembut dahiku oleh tangan besarnya. Posisi Drey sedang berjongkok di lantai. Aku hanya memandang dia tanpa ekspresi, Drey meraih tanganku dan menggenggam erat.“Maafkan aku. Lagi lagi aku menyakitimu lagi, Ryn.”Drey memandang lekat wajahku dengan tatapan rasa bersalah. Aku juga tahu, bukan diriku yang sakit hati di sini, tapi Drey pun merasakan hal yang sama. Aku sakit melihat suamiku bersama wanita lain.“Aku masih mencintainya, Ryn.
Baca selengkapnya
74. Aku Hamil?
Aku terbangun, jam dinding menunjukkan jam 3 pagi. Aku menuju ke kamar mandi selagi Drey masih tidur. Dengan tangan gemetaran aku menadah air kencing dalam gelas plastik. Entah kenapa aku gemetaran, mungkin aku takut akan mengandung anak Drey dan akan lebih sulit untuk berpisah. Aku sudah muak dengan hubungan Drey dan Anna. Demi cinta mereka rela bermain di belakangku. Ya, berpisah lebih baik. Atau Drey akan memperbaiki semuanya?Aku sedikit mengejan agar air kencing keluar dengan baik, tapi sulit sekali keluar. Aku sampai harus menarik napas dalam-dalam. Argh, ini merepotkan sekali! Aku juga harus menadah kencing di dalam gelas itu. Tanganku sampai basah. Huft! Lebih susah dari dugaanku. Tanganku gemetaran saat mencelupkan alat tes pemberian dari mama, test pack. Menurut aturan harus sampai batas yang ditentukan. Lalu tunggu kurang lebih 5 detik, kemudian angkat test pack. Satu garis merah muncul di indikator alat itu dan ada satu garis lagi.
Baca selengkapnya
75. Permintaan Maaf
[Author POV]Di dalam taksi Anna memejamkan mata sebentar, mengingat kejadian beberapa hari lalu, waktu berada di cafe. Anna merasa bersalah ketika Auryn menelfonnya saat bersama dengan Drey. Suara Auryn terdengar berbeda di telinga Anna. Anna menyadari bahwa selama ini dia tidak pernah memikirkan perasaan Auryn. Hanya ada rasa kemenangan diri sendiri dan keegoisan merebut Drey dari Auryn. Sekarang dalam posisi, tidak bisa berkata apa-apa. Pada akhirnya Anna hanya bisa mengigit bibir bawahnya saat berkata lirih, “Maafin Kakak selama ini, Ryn.” Nada lirih terdengar penuh rasa bersalah.“Kamu baik-baik saja, Nona?"Anna agak kaget saat suara bariton itu sejenak terdengar mengisi hening dalam taksi, taksi yang terus melaju memecahkan jalanan. Iris Anna melirik pada lelaki tua di balik kemudi yang bertanya hangat. Anna membalas agak ragu, "Maaf? Maksudnya?" tanyanya, sebab Anna merasa baik-baik saja.Lelaki tua itu tertawa agak canggung. "Maaf jika pe
Baca selengkapnya
76. Darah Daging
[Auryn POV]“Kak Anna?”Aku mematung. Terpaku di tempat, membeku tidak bergerak. Aku mengerjabkan sepasang mata sekali. Suasana kaku dan canggung. Kenapa canggung? Entah, mungkin aku sedang tak ingin melihat wajah Kak Anna dan aku sedikit tak suka dia di sini.“Iya, Ryn. Ini Kakak.” Anna tersenyum kecil."Kenapa Kakak kemari? Ada perlu apa datang menginjakkan kaki di rumah ini?" Aku sadar dengan perkataanku yang agak sarkasme. Untuk sepersekian detik di sana, Anna terbungkam. Matanya terlihat memerah setelah mendengar kata sarkasme."Aku datang kemari ingin bertemu denganmu, Ryn," jawab Anna lembut. “Ada yang ingin kakak bicarakan denganmu.”“Bicara apa?” Aku tersenyum getir.“Tentang kita dan Drey.”Matanya menatapku dengan lekat. Aku menelan saliva dan dibuat mengerjab saja rasa sakit yang mendadak menyerang. Aku terdiam cukup lama di sana dan beberapa menit aku mempersilahkan Anna masuk. Bodoh! Kenapa aku tak usir s
Baca selengkapnya
77. Terungkap! Dia Hamil
Ini tidak mungkin! Tidak mungkin Anna mengandung anak Drey, sedangkan aku juga mengandung anaknya Drey juga. Ku gigit bibir bawahku dan bergumam, "Bagaimana ini?" Aku menjadi resah.Mataku turun ke permukaan perut Anna, tanganku yang gemeteran dituntun olehnya untuk mengelus-elus lembut seakan menyapa janin di rahimnya. Detik ke lima aku menarik tanganku. Pada saat telapak tanganku menyentuh perut Anna, sungguh demi apapun aku tak sudi. MEMUAKKAN! Hubungan Anna dan Drey ternyata begitu, melebihi batas.Aku ingin menjerit! Melemparkan barang apapun itu yang ada di dekatku. Aku ingin memukul dada bidang Drey dengan keras dan menyumpahi Drey dan Anna. Persetan dengan dua orang ini, dua orang yang sangat aku percayai dan sayangi, ternyata bermain menjijikkan di belakangku.Sekarang, aku butuh Mama Katerina.Hatiku seakan tersayat oleh pedang tajam hingga mengiris menimbulkan luka hati tak berdarah. Di sana ... di rahim Anna&
Baca selengkapnya
78. Tidak Membiarkan Bahagia
“Jawab, Drey! Apa itu semua benar?!” desak Mama Davina, menuntut penjelasan dari Drey. Ekspresinya sangat kecewa menatap anak satu-satunya. “Kamu masih punya mulut, Drey. Cepat katakan!” hardik mama Davina.Drey hanya menatapku, dia seperti tidak berani melihat wajah Mamanya yang kini sedang marah kepadanya. “Aku tidak tau, Ma,” jawab Drey sangat pelan dan lirih.Aku tersenyum getir dengan jawaban Drey, tidak tahu? Apa Drey sedang bercanda? Jangan-jangan mereka benar telah melakukan hal yang tidak senonoh.“Ayo katakan, Drey. Anak di rahimku adalah darah dagingmu,” ucap Anna mulai mengompori dan mendesak Drey supaya mengatakan, “Anak di rahimku yakni hasil hubunganku dengan kamu.”Tidak ada jawaban. Drey diam menunduk kepala dalam-dalam, tangannya bergetar mulai menggengam erat tanganku, namun aku dengan kesar menepis dan menyingkirkan tangan Drey.Mama Katerina menghambuskan napas diikuti
Baca selengkapnya
79. Benar-Benar Hancur
[Auryn POV]“Aku akan menjelaskan semuanya, Ryn. duduklah!”Drey meraih tanganku dengan paksa, sementara Mama Davina pergi begitu saja. Ya, aku tau perasaan Mama Davina. Pasti sangat kecewa. Sebenarnya aku ingin meninggalkan Drey di sana, aku membutuhkan waktu sendiri.Aku menggeleng, bertanda tak mau mendengarkan apa yang akan Drey katakan. Aku capek. Aku lelah dipermainkan.“Kenapa? Kamu tidak mau mendengar penjelasanku?” Sorot mata Drey begitu menyedihkan, dia seperti ingin mendapatkan rasa kasihan.“Semua sudah jelas dan penjelasanmu tidak penting. Aku ingin sendirian ...,” balasku dengan penuh penekanan. Aku sudah teramat kecewa. Saat aku ingin melangkahkan kaki, Drey menahanku dengan mencengkram kedua bahuku. Dengan sangat amat memohon agar aku tetap di sana.“Anna hamil, Ryn,” ucap Drey lirih.Aku menatap Drey dengan nyalang. “Lantas?” kataku dingin. “I
Baca selengkapnya
80. Memberi Tahu Dia
Tadi di jalan raya aku merengek agar pergi ke rumah mama Katerina saja dari pada masuk ke rumah Drey, aku ingin menginap di sana. Aku masih membutuhkan mama. Aku tidak ingin melihat wajah Drey saat ini. Akhirnya mama pasrah, mengizinkanku untuk menginap.Mama menyentuh wajahku dengan senyum khasnya, senyuman yang entah kenapa membuat aku terharu. Papa pernah bilang, senyuman mama membuat hati yang paling keras sekalipun tunduk. Biasanya senyuman itu menandakan mama ingin merangkul beban masalah yang terjadi padaku dan mama ingin aku selalu bercerita ketika sedang ada masalah.“Kamu kurus banget, Ryn. Kapan kamu terakhir makan?”Sejak aku melihat Drey dengan Anna di cafe, aku menjadi telat makan dan hampir nggak makan, tidur pun tidak teratur. “Tadi pagi aku sudah makan kok, Ma,” jawabku. “Oh, ya. Dulu Papa pernah bilang, Papa pernah meninggalkan Mama.”Mama tertawa. “Kapan Papa bilang gitu, Ryn?”“Saat Papa masuk ke rumah sakit, ketika aku baru pulang h
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status