All Chapters of I'm the Director: Chapter 91 - Chapter 100
103 Chapters
Sebuah Janji
Deon mengembuskan napas lega setelah melakukan serangan kejut yang menyebabkan Kevin kini terkulai tidak berdaya usai terempas pada badan mobil. Terlihat bahwa kepalanya bocor dan cairan kental mengalir di sana. Saat Deon melihatnya pun, lelaki tersebut sudah tak bisa memutar lehernya ke mana pun. “Kayaknya aku terlalu berlebihan, deh,” pikir Deon. Tentu saja, mobil Deon juga tampak penyok akibat kerasnya tubuh Kevin terempas. Lelaki bertubuh atletis ini justru lebih mengkhawatirkan mobilnya. Dia berjalan dan memeriksa kendaraan tersebut. “Ini biayanya akan sangat mahal. Mau nggak mau harus ganti yang baru,” ucap Deon. Tak lama kemudian, Roki bersama para preman lain menghampirinya.
Read more
Para Pemasok Senjata
Jaya Kusuma tersentak kaget mendengar perintah Deon. Keningnya mengerut, lalu bertanya, “Memangnya kenapa kita harus membatalkannya, Deon?” “Tyrex.” Tatapan Deon berubah serius. “Tyrex punya jaringan yang sangat besar di seluruh Asia. Aku curiga kalau pemasok senjata ilegal yang membuat janji denganmu itu adalah salah satu komplotan Tyrex. Kita harus menutup semua kemungkinan! Aku nggak mau kita terlibat perang di markas sendiri.” Jaya Kusuma kembali duduk. Dia terlihat memikirkan saran Deon barusan. “Aku cukup setuju dengan pendapatmu. Tapi, bagaimana caranya kita bisa membatalkan perjanjian itu, sedangkan mereka sudah dalam perjalanan menuju ke markas ini?”
Read more
Strategi yang Matang
Cukup lama Deon menunggu para pemasok senjata itu melakukan aksi dan membuka topeng mereka. Namun, terlihat bahwa obrolan antara Jaya Kusuma dengan mereka masih terlihat normal. Deon yang tengah membidik melalui scope senapan lantas mengerutkan kening. “Kenapa kalian masih belum memperlihatkan taring? Ayo, cepat serang si tua bangka itu dan aku bisa menembak kalian satu per satu dari sini,” batin Deon. Tak lama kemudian, para pemasok senjata membuka bagasi kontainer yang terparkir di halaman, memperlihatkan berbagai jenis dan model senjata yang ada di dalamnya. “Jaya Kusuma sialan. Kamu emang nggak cocok jadi ketua Bruno. Kamu terlalu ceroboh karena membiarkan musuh masuk ke kandang sendiri,” ucap Deon dalam hatinya saat menyaksikan Jaya Kusuma tengah
Read more
Terjebak di Bukit Terjal
Salah satu orang di kontainer itu menyembulkan kepala untuk memastikan apa yang terjadi dengan kendaraan mereka. Di titik ini, Deon menurunkan kecepatan, lalu memberikan jarak antara Jeep dengan kontainer. Usai itu, dia kembali menambah laju mobil hingga berhasil menyamai kecepatan kontainer. “Nggak akan kubiarkan kalian berbuat seenaknya!” Deon menoleh ke kiri, menatap lelaki yang mengendarai kontainer. Terlihat bahwa pria berambut panjang tersenyum tipis, lalu bicara pada anak buahnya yang bertugas menyetir. Tentu saja, Deon selalu menjaga jarak antara mobilnya dengan kontainer untuk menghindari serempetan yang bisa saja terjadi. Selang beberapa saat, dilihatnya pria berambut panjang mengacungkan sebuah pistol. Dengan lugas, Deon menurunkan kecepatan mobilnya.
Read more
Tangkas Pemberani
Tidak mudah bagi Deon untuk melakukan pergerakan saat ini. Bahwa keadaan tubuhnya dipenuhi luka dan juga para anak buah pria berambut panjang terlihat siap dengan berbagai senjata yang mereka bawa. Untuk itu, Deon hanya menatap ke arah sang lawan. Sesekali bergantian menatap Anggraini yang sedang dalam keadaan tertodong senjata. “Akhirnya, kami menemukanmu. Sebelum jadi mayat di sini, ada baiknya kita bicara beberapa patah kata,” ucap pria berambut panjang sambil berjalan mondar-mandir. Deon berusaha bangkit meski tubuhnya masih terasa pegal dan sakit. Tidak dipungkiri ada beberapa tulang yang patah akibat dirinya yang menggelinding di bukit terjal ini. “Oh, aku kira kalian nggak bisa berbasa-basi. Ternyata, sama aja.” 
Read more
Gugurnya Harapan
Mendengar pernyataan pria berambut panjang, tatapan Deon semakin serius. Baginya, sekarang basa-basi tidak lagi diperlukan. Entah benar atau tidak bahwa para anggota Bruno tengah bertempur dengan anak buah si pemasok senjata ini. “Kalau gitu, kita buktiin di sini siapa yang lebih hebat.” Ketika Deon hendak menyiapkan kuda-kuda, pria berambut panjang berkata, “Tidak perlu.” Selang beberapa saat pria tersebut memberikan sinyal pada salah satu anak buahnya. Deon semakin waspada. Namun, dia tidak cukup cekat dalam menghindari sebuah peluru yang kemudian dilesatkan oleh anak buah si pemasok senjata. Alhasil, timah panas menancap di bahu sebelah kanan Deon. “Sialan!” jerit Deon sambil m
Read more
Usaha Tak Mengkhianati Hasil
Ketika pria berambut panjang hendak pergi bersama para anak buahnya yang bertugas membawa Deon, sebuah suara menghentikannya. “Serahkan Deon sama gue!” Pria paruh baya berbalik badan. Yang terlihat ialah seorang perempuan yang sedang membawa dua pistol di tangan dan dua pedang yang terselip di punggung. “Oh, bukankah kamu ….” Pria tersebut tidak melanjutkan kalimatnya. Namun, dia pun tertawa kemudian. “Ya, ya. Saya pernah mendengar desas-desus kalau salah satu senjata pembunuh Tyrex ikut bergabung ke Bruno. Dan tentu saja, yang mereka maksud adalah kamu. Kamulah pengkhianatnya.” Perempuan yang tak lain ialah Melind
Read more
Aliran Elang Pemangsa
“B-bang … sat!” Tubuh Deon lemas seketika. Anggraini terbelalak kaget karena merasakan cairan kental memenuhi tangannya. Dia lihat, lalu air matanya pun keluar begitu banyak. “DEON!” Di titik ini, napas Deon mulai tak beraturan. Dia seperti orang yang kedinginan, tetapi udara yang masuk ke mulutnya sangat terbatas. Bahkan saat Anggraini menjadi lemas, Deon tidak mampu menopang beban tubuhnya hingga harus tergeletak di tanah. Dengan posisi berbaring, Deon menyaksikan wajah pria paruh baya yang masih mengacungkan pistol ke arahnya. Sang lawan menyeringai, lalu berkata, “Saya sudah mengatakannya padamu. Kamu akan mati di tempat ini.” 
Read more
Kikan Menjadi Wasit
Deon dan Aldrikov menoleh ke sumber suara. Keduanya tercengang karena melihat bahwa Kikan-lah yang memiliki suara menggelegar barusan. Deon mengerutkan kening, lalu meningkatkan kewaspadaan. Baginya, tidak mungkin perempuan sadis ini tidak ikut campur dalam pertarungannya. “Apa yang kamu lakukan di sini? Apa kamu mau mengganggu pertarunganku dengan si tua bangka ini?!” tegas Deon dengan tatapan yang begitu tajam. Kikan lantas tertawa bergelak mendengar dugaan Deon. “Nggak juga. Aku datang nggak untuk mengganggu jalannya pertarunganmu dengan Aldrikov.” Sambil mengangkat sebelah alisnya, Deon bertanya, “Lalu? Apa yang kamu inginkan?” 
Read more
Akulah Pemenangnya
Semua persiapan telah dilakukan oleh Deon dan Aldrikov. Kini, keduanya saling tatap satu sama lain. “Aku yang menang, Tua Bangka!” Keduanya melesat dengan sangat cepat. Deon menggerakkan tangannya secara vertikal, tetapi Aldrikov melompat begitu tinggi hingga melewati tubuh Deon. Hal ini membuat lelaki bertubuh atletis ini tersentak kaget. Dia kehilangan momentum. Alhasil, ketika berbalik badan, tangan Aldrikov telah siap melukai wajah dan perutnya. Walau begitu, Deon tak tinggal diam. Tak ingin kalah cepat, dia memutar kedua tangannya ke arah kanan dan berhasil menangkis serangan lawan. Sayangnya, entakan yang begitu kuat membuat Deon terempas beberapa meter. “Kamu terlalu percaya diri.”
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status