All Chapters of The Lord of The Criminal: Chapter 61 - Chapter 70
141 Chapters
The Truth Untold Act 6.
Michelle mengerang. Dapat ia rasakan seluruh tubhnya terasa nyeri dan mati rasa. Jantungnya pun terasa berdetak lemah. Wanita itu merasa tidak berdaya sekarang. Telinganya telah bisa mendengar suara-suara di sekitar, walaupun masih terdengar samar. Namun, matanya enggan terbuka. Seolah-olah seseorang memberikan lem di kelopak matanya.Suara-suara berisik itu semakin terdengar jelas. Begitu juga dengan matanya yang perlahan terbuka. Pandangannya masih memburam, namun ia dapat melihat siluet sebuah adegan seseorang yang melakukan tindak penganiayaan terhadap seseorang.Michelle membulatkan matanya ketika semua indra di tubuhnya kembali berfungsi dengan baik. Wanita itu hendak beranjak dari duduknya, namun kembali terduduk dan menyadari jika tangannya terikat di belakang kursi ini. Michelle juga berteriak panik, namun suaranya teredam oleh sebuah lakban hitam. Teriakannya hanya terdengar sebagai gumaman tidak jelas oleh seseorang. Kepanikan benar-benar te
Read more
Given-Taken Case Act 1.
“Lumie.”Lumiere yang baru saja membuka pintu ruang bersantai tersebut lantas mendongak, ketika suara sang kakak terdengar, memanggil namanya. Mendapati sang kakak yang terlihat segar sehabis mandi, tengah duduk santai di sofa single sambil melipat tangan.“Duke Spade menanyakanku, kapan aku dan kedua adikku bisa makan malam bersama dengan keluarganya.” Lucius kemudian mengarahkan pandangannya pada sang adik yang sedang mendekat, “Apa yang terjadi di antara kamu dan Peter?”Mata Lumiere berkedip tiga kali, terkejut dengan pertanyaan kakaknya tersebut, “A-apa? Ah ... Tuan Muda Spade melamarku.”“Apa!?”Bukan Lucius yang terkejut, justru Lucian dan Reynox lah yang terkejut. Reynox bahkan sampai berdiri dari duduknya, karena saking terkejutnya ia dengan jawaban tersebut.“P-Peter ... benar-benar melamar kakak?” tanya Lucian dengan ekspresi wajah te
Read more
Given-Taken Case Act 2.
Sebuah kereta kuda berlambangkan Keluarga Wysteria, tampak berhenti di pintu masuk Taman Clington yang akan diresmikan hari ini. Pintu kereta kuda tersebut terbuka, menampilkan Lucius dan juga Lumiere yang hendak menghadiri acara peresmian taman yang dibuka untuk umum tersebut.Kedunya sama-sama memandang terkejut. Apa yang ada di hadapan mereka, benar-benar terlihat berbeda dari terakhir kali mereka melihatnya.“Wah, aku terkejut,” ujar Lucius tersenyum miring, “Tadinya ini adalah North Cross Park yang telah hancur karena perang saudara beberapa tahun silam.”“Benar, Kak.” Lumiere membiarkan semilir angin berembus sejuk melewatinya. “Dapat mengubah tempat mengerikan dan kotor, menjadi taman yang cantik dan ramah untuk penyandang disabilitas, merupakan prestasi Pak Harrison.”Lucius mengangguk, “Dan sekarang ... akan di adakan upacara peresmiannya.”“Ya.”
Read more
Given-Taken Case Act 3.
Sejak menerima map tersebut, Arnold dilanda kegelisahan hebat hingga membuatnya tidak bisa tidur. Bahkan pagi ini pun, ia melewatkan sarapan dengan begitu saja karena bangun kesiangan.Diliriknya map tersebut yang tergeletak tak berdaya di atas meja. Jari-jari tangannya yang sedang bekerja untuk mengancingkan kemeja yang ia pakai mendadak terhenti. Arnold kembali mengingat apa yang diucapkan oleh Lucius, di pertemuan singkat mereka siang kemarin.Suara ketukan pintu membuat lamunannya buyar. Pria itu dengan cepat merapikan kemejanya lalu berjalan cepat untuk membuka pintu tersebut. Ia mendapati Jill tengah berdiri di depan pintu tersebut.“Tuan, pak kepala komisaris macmillan datan. Katanya ada laporan penting. Jadi, sudah saya antar ke ruang tamu,” lapor Jill.“Ah, terima kasih, Jill. Aku akan segera ke sana,” ujar Arnold menutup pelan pintu tersebut seraya melanjutkan kegiatannya berpakaian rapi. Apalagi sekarang
Read more
Given-Taken Case Act 4.
“Bibi Jill, bisa ke sini sebentar?”Jerome dengan sabar mengarahkan kursi rodanya menuju ke ruangan di mana Bibi Jill selalu berada. Sedari tadi bocah laki-laki itu memanggil-manggil pelayan rumahnya tersebut. Namun, Bibi Jill tidak segera datang, yang membuat Jerome mau tidak mau menyusul wanita paruh baya tersebut.Ketika ruangan yang selalu dikunjungi oleh Bibi Jill itu terlihat, Jerome melihat wanita paruh baya tersebut sedang duduk di sana. Entah kenapa Bibi Jill terlihat diam saja, tidak bergerak sedikit pun. Mungkin sedang tidur, pikir Jerome.Jerome pun bergegas menghampiri wanita paruh baya tersebut, “Bibi Jill—“Bocah berusia 12 tahun itu tersentak terkejut. Bahkan sampai membuatnya jatuh dari atas kursi roda karena terlalu terkejut, “BIBI JILL!!”Bocah itu melihat, Bibi Jill telah tewas dibunuh. Tertusuk oleh benda tajam d bagian dada, jika dilihat dari noda darah yang m
Read more
Given-Taken Case Act 5.
Lucius memandang bingung pada Ashen yang baru saja mengabarkan sesuatu. Ada sebuah surat yang datang untuk Lucius.“Surat?” tanya Lucius merasa bingung dengan apa yang terjadi saat ini.“Ya. Tertuliskan untuk kepala keluarga ini. Dikirim dengan bayaran satu pound oleh pria yang menyembunyikan wajahnya,” jawab Ashen kemudian menunjukkan satu buah amplop surat biasa dan sebuah sapu tangan, “Dalam amplop ada memo dengan alamat pemakaman di Chiswick dan ... sebuah sapu tangan dengan inisial ‘H’ menyertai kedatangan surat ini.”Lucius mengambil amplop serta sapu tangan tersebut. Mulai membaca memo tanpa suara sedikit pun.“H, ya?” gumam Lumiere kemudian beranjak dari duduknya, “Mari kita ke sana terlebih dahulu.”“Apa yang terjadi dengan si pengirim surat ini?” tanya Lucius terlihat menyimpan kembali memo tersebut ke dalam amplop, “Jika sampai meny
Read more
The Black Knight of London.
Peter mengembuskan napasnya secara perlahan, mengumpulkan semua kesiapannya untuk bertemu kembali dengan sang kakak, di bangunan besar dan mewah yang dijadikan sebagai kediaman utama Keluarga Spade.Mansion bernuansa putih gading dan sedikit corak emas itu sudah cukup lama Peter tidak melihatnya. Tidak banyak perubahan mencolok di sana. Hanya perubahan-perubahan kecil yang sepertinya merupakan bagian dari hobi dan kesenangan baru kakaknya tersebut. Namun tentu saja, Peter tidak peduli.Yang ia pedulikan adalah kebebasan.Peter melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Menyusuri lorong yang telah dipenuhi oleh para pelayan dan butler. Mereka membungkuk, menyambut kedatangannya, seolah-olah Peter telah ditunggu-tunggu oleh mereka kunjungannya kemari.“Billy, kakak ada di ruangannya?” tanya Peter ketika ia telah berdiri di hadapan seorang pria tua yang berjabatan sebagai kepala pelayan.“Ya, Tuan Oscar s
Read more
The Two Criminal Act 1.
Peter memandang lembut pada Lumiere yang terlihat sedang menikmati semilir angin taman. Angin berembus lembut yang menyejukkan, namun sedikit terasa serangan dingin karena malam yang kian larut. Pembicaraan antara kedua keluarga itu berlangsung khidmat dan damai. Tidak ada pertikaian ataupun perdebatan tidak berarti, justru kemudian berakhir baik dengan hasil yang memuaskan.Diputuskan jika Lumiere dan Peter akan menjalani pertunangan minggu depan. Dilanjutkan dengan pernikahan mereka yang akan digelar satu bulan setelah pertunangan. Dengan kata lain, selama satu bulan lebih seminggu ini, mereka akan disibukkan dengan berbagai macam persiapan pertunangan dan pernikahan. Dan masih ada beberapa pertemuan lagi untuk membahas desain undangan, keluarga mana saja yang akan diundang, serta akan ada waktu di mana Peter dan Lumiere harus mencocokkan jas dan gaun pernikahan mereka.Helaan napas kemudian terdengar dari Peter, “Kita akan benar-benar disibukk
Read more
The Two Criminal Act 2.
Peter tersenyum geli ketika melihat Sebastian yang terlihat gusar. Beberapa kali pria yang memelihara tiga ekor kucing tersebut, mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja.“Enggak usah gugup begitu,” tutur Peter seraya menepuk pelan bahu Sebastian untuk menenangkannya.“Maaf,” cicit Sebastian terlihat berusaha memaksakan sebuah senyuman.“Tapi, wajar saja sih kamu gugup begini. Ini pertemuan pertama kalian. Kamu juga belum mendengar satu pun bagaimana sikap seorang Charles Evanescene itu. Dia terlalu banyak topeng,” ujar Peter kemudian melangkah menuju ke jendela ketika mendengar suara kereta kuda yang berhenti di suatu tempat. “Maka dari itu, apa pun yang kamu lihat. Diam saja, ya? Biar aku yang ngomong sama dia.”“Ah ... baiklah.”Peter tersenyum miring, merasa senang karena Sebastian tiba-tiba saja menjadi penurut seperti ini. Mungkin temannya tersebut benar-benar merasa
Read more
The Two Criminal Act 3.
“Apa-apaan sih dia tadi!?” pekik Sebastian meluapkan amarahnya secara bebas. Sudah lewat setengah jam Charles dan seluruh rombongannya itu pergi meninggalkan tempat ini. “Padahal dia itu konglomerat, tapi kenapa sikapnya sangat angkuh seperti itu.”“Aku sih sudah biasa. Berkali-kali ketemu orang yang kayak Charles begitu selama membuka jasa konsultasi begini,” celetuk Peter sembati membantu Miss Rawless membersihkan pecahan piring dan teko yang dipecahkan oleh Charles.“Berkali-kali!? Terus, teko teh dan bioalmu!?” tanya Sebastian histeris.“Porselen sih bisa dibeli lagi. Tapi kalo biola ....” Peter mendekati laci meja kerjanya kemudian mengeluarkan sebuah biola dari dalam sana, “Aman kok.”Melihat biola kesayangan Peter masih utuh dan terlihat bagus, membuat Sebastian terkejut dan mulai mempertanyakan tentang biola yang tergeletak di bawah sana, “Lalu, yang di
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status