Semua Bab Istri Kedua Untuk Suami: Bab 131 - Bab 140
148 Bab
Berantakan
Awan yang sudah kemalut menjadi hujan yang sangat deras, seakan bumi kehilangan orang terpenting yang membuat bumi akan kelihatan indah. Tidak ada lagi suara tangis yang begitu terisak digantikan langit yang berjatuhan air membuat suara tangis membisu.Dunia seakan mati bagi Badai, dirinya bahkan tidak bisa menangis, air matanya tidak mau turun. Hatinya begitu hancur, melihat seorang yang ia sangka akan mengisi seluruh dunianya malah membuat dunianya Badai semakin kosong dan hampa.Tubuh seorang yang sangat dicintainya berbalut kain dan kemudian di masukkan ke dalam tanah membuat jiwanya begitu patah, padahal baru saja ia banyak merencanakan rencana untuk dapat selalu membahagiakan Allura dan Almira.Badai kira akan ada sangat banyak waktu yang akan ia bisa lewati dengan Allura, namun nyatanya tidak. Entah Semesta hanya terlalu menyayanginya atau Semesta hanya ingin semakin membuat Badai menderita karena itulah Allura diambil. Andai Badai tahu kalau hari-hari se
Baca selengkapnya
Surat-Surat
Badai sebenarnya sungguh tidak peduli dengan apapun yang dibawa Doketr Albert ke apartemannya. Tapi jika hal itu berhubungan dengan Allura maka rasanya akan berbeda. Semua hal tentangnya membuat Badai penasaran termasuk isi kotak yang sekarang berada di sampingnya.Dokter Albert sudah beberapa menit yang lalu pergi karena sudah memastikan kalau Badai dalam keadaan aman dan tidak perlu dikhawatirkan. Badai sedang mengalami proses penerimaan dan semua hal yang Badai lakukan wajar karena telah kehilangan orang yang ia cintai. Malah kalau Badai tidak melakukan respon apapun itu justru yang aneh.Supir yang semulanya begitu khawatir akan apa yang terjadi dengan Badai akhirnya bisa menghembuskan nafas dengan lega, mendengar kabar dari Dokter Albert yang memperbolehkannya untuk pulang.Badai bangkit dari posisi berbaringnya dan duduk memandangi sekitar dan kemudian tersenyum kaku. “Kalau Allura lihat ini pasti marah sih,” gumam Badai memandangi perabotan ru
Baca selengkapnya
Hampir Setahun Sudah
Rayan menangis membaca pesan dari Allura yang Badai hantarkan untuknya, Badai masih menggendong Almira dan tersenyum lalu bergumam, “Ibu peri itu sangat hebat sekali dalam hal menggerakkan hati seseorang, Peri kecil.” Sambil memandangi Almira yang sudah tertidur lelap di pelukannya.“Badai …,” lirih Rayan dengan suara yang berbeda, suara yang terisak-isak oleh tangisannya sendiri.Badai menatap Rayan dan tersenyum. “Yaa?” sahut Badai, seakan Badai tahu apa yang sebenarnya Allura tulis untuk Rayan, pastilah itu suatu hal yang sangat ingin Rayan inginkan dan sesuatu itu selalu bisa Allura berikan untuknya, bentuk dari kebahagiaan.“Almira ya?” tanya Badai dengan senyuman tulus.Rayan menganggukkan kepalanya memberi tahu kalau benar apa yang berada di kepala Badai. “Allura menitipkan Almira kepada kami, Badai,” lirih Rayan kepada Badai yang masih menatapnya dengan senyuman.“Jaga
Baca selengkapnya
Ayah!
Sebelum berangkat ke Bogor Rayan dan Safiya mengajak Almira untuk berziarah ke makan ibunya, Allura. untuk anak seumuran Almira sudah diperkenalkan kalau ibunya yang sebenarnya sudah berbeda alam dengannya berada jauh di surga, dan Almira menerima hal itu.Almira juga sudah bisa sedikit bisa berbicara diumurnya yang masih belia, meski hanya berbicara sedikit kata. Rayan dan Safiya benar-benar mendidik Almira dengan sangat baik, membuat Almira menjadi sangat cerdas.Almira bahkan sesekali menanyakan hal yang luar biasa yang membuat Rayan sering terkejut dengan pikiran Almira yang kritis dan pemikir akan banyak hal, Allura belum bisa membaca dan sedang belajar membaca, banyak buku yang sudah Almira minta dongenkan kenapa Safiya sebelum Almira tidur.Tumbuh baik seperti anak-anak pada umumnya dan yang penting penting Almira menjadi anak yang riang saat berteman dengan anak seusianya, meski kadang Almira tidak menggubris banyak orang ang ingin bicara padanya, entah
Baca selengkapnya
Cerita Tentang Mama Hebat
Rayan hampir lupa sudah berapa lama Allura pergi, kini usia Almira sudah hampir 4 tahun dan Allura mungkin juga telah pergi dari dunia sekitar 4 tahun. Rayan ingin sekali menanamkan sifat-sifat Allura ke dalam diri Almira selagi kecil karena Allura benar-benar sosok yang sangat pandai dalam bersifat kepada orang lain.Dan malam ini Rayan ingin sedikit menceritakan tentang Allura kepada Almira yang masih kecil, tentang bagaimana pertemuan pertamanya dengan Allura, bagaimana dengan baik hatinya Alluranya menerimanya, bagaimana cinta bersemi di hatinya, intinya semuanya, semua yang berhubungan dengan Allura.“Papa, mama dulu cantiknya kayak gimana?” tanya Almira polos kepada Rayan yang berbaring di samping Almira yng sudah siap tidur.“Mau papa ceritain?” tawar Rayan kepada Almira yang sudah menutup setengah tubuhnya dengan selimut, Rayan takut Almira kedinginan.Almira sontak menganggukkan kepalanya, terlihat riang dan senang. Topik
Baca selengkapnya
Memikirkan di Malam-Malam Sunyi
Kafe saat itu lenggang, menjadi tempat kedua bertemunya dua insan yang saling penasaran satu sama lainnya, seakan terkunci di dalam ruang dan waktu tidak ada yang mau memulai pembicaraan duluan, hanya saling diam dan menikmati kebersamaan.“Lama ya?” Allura sontok berbicara, Rayan mengira kalau Allura mungkin sedang ingin mencairkan suasana yang menjadi diam lenggang setelah Pelayan menyebut ia dan Allura pasangan yang sedang ingin menikmati sore hari di tempat mereka bekerja.Hujan di luar kafe seakan menjadi nyanyian dari para penyanyi yang sedang menyanyikan lagu-lagu klasik dan benturan air yang mengenai atap seakan tuts-tuts yang dipetik oleh para Pianis yang sedang memainkan musik bergenre romansa.Rayan menganggukkan kepalanya, menyetujui apa yang sedang Allura maksud. “Seharusnya membuat Latte dan sebuah Coklat tidak mungkin sampai selama ini, kita bukan sedang memesan tiket untuk berangkat Haji ke Mekkah yang harus membuat buku catatan
Baca selengkapnya
Kecewa
Entah kenapa malam terjadi semakin panjang bagi Allura, memikirkan segala perhatian lembut Rayan kepadanya membuat kantuknya tidak kunjung tiba, sampai dirinya kbagaiehilangan kesadaran entah karena apa dan kemudian tertidur hingga alarm yang Allura setel jam set lima subuh berbunyi membangunkannya.Tidurnya lelap, namun entah kenapa waktu secepat itu bisa terasa begitu lama baginya. Waktu tak kunjung datang untuk mempertemukannya dengan Rayan seperti waktu-waktu yang telah berlalu, seperti alasannya untuk mengembalikan jaket Rayan atau seperti Rayan yang meminta dirinya menemaninya untuk menonton pertandingan bola atau bisa saja dengan alasan bagaimana pun asal dirinya dapat bertemu dengan Rayan.Hari-hari Allura jalani seperti biasanya, mungkin hanya Rayan yang ada di kepalanya namun pekerjaannya tetap profesional seperti biasa. Sudah tiga bulan berlalu sejak ia diterima bekerja di perusahaan dan tiba-tiba ada proker yang sedang digagas oleh seorang yang begitu
Baca selengkapnya
Kecewa Entah Pada Siapa
Seperti biasa tidak ada obrolan di motor yang sedang Rayan gunakan untuk membawa Allura, apalagi dengan keadaan sekarang yang sangat buruk bagi Allura, entah kenapa hatinya tidak enak. Seperti ada sesuatu yang menggerogotinya dari dalam, tidak menerima kalau Rayan dicintai oleh orang lain, tapi apakah benar begitu? Allura juga sedang mencari jawabannya.“Allura, Allura!” panggil Rayan menyadarkan Allura kepada lamunannya yang dari tadi sedang banyak sekali memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi dan pertanyaan untuk dirinya sendiri yang entah kenapa merasa tidak baik-baik saja ketika mengetahui kalau Rayan adalah orang paling diincar oleh wanita-wanita yang bekerja bersamanya.“Hmm?” sahut Allura singkat, entah kenapa juga saat ini mood-nya benar-benar buruk.“Sudah sampai Allura, di depan ini.” Rayan berkata lembut, terdengar menenangkan di telinga Allura, namun entah kenapa tidak bisa menghilangkan kekesalan diriny
Baca selengkapnya
Satu Rahasia Lagi, Kepada Ibu
Hari berganti hari, hingga seminggu pun tiba semenjak kejadian kamarin di mana Rayan ke kosan Allura untuk memberikan obat dan keperluan lainnya untuk orang yang sedang damam. Rayan melihat kalau Allura memang seperti tidak enak kepadanya namun kalau melihat satu senyuman manis yang keluar dari bibir Allura membuat Rayan sangat senang.Entah kenapa saat ini bagi Rayan kesehatan Allura adalah yang paling utama untuknya dan entah kenapa juga saat ini ai sangat menyalahkan dirinya sendiri yang tidak peka terhadap Allura yang sedang sakit sedangkan dirinya selalu ingin ditemani oleh Allura.Setelah hari itu, setelah semua hal yang berlalu, Allura tidak ada kabar sama sekali membuat Rayan sangat khawatir dan mencoba menelepon Allura hingga banyak sekali. Bahkan Rayan sampai ke kantor yang di sana Allura bekerja untuk mencari Allura, namun tidak ada sedikit pun informasi tentangnya bagaikan tenggelam di laut dan ditelan bumi, menghilang.“Allura kamu di mana?&rd
Baca selengkapnya
The Suck Dinner
Satu pekan sudah berlalu, keadaan Ayah Allura pun sudah membaik. Itu berarti saatnya Allura kembali ke Jakarta untuk bekerja. Selama perjalanan pulang pikiran Allura selalu terganggu dengan satu lelaki yang belakangan ini memang sering berada di kepalanya. Hatinya gelisah ketika memikirkan wanita yang disukai oleh Rayan. Ia tak ada niat untuk berharap lebih, tetapi apalah daya jika hati tak sanggup tuk berdusta. Allura sudah terlanjur memiliki perasaan pada Rayan, tetapi Rayan malah menyukai wanita lain–begitu pikirnya.Melihat pemandangan melalu jendela adalah hal yang sangat menyenangkan. Apalagi jika pemandangan seperti desa tempat Allura dibesarkan. Namun, tatapan Allura hanya kosong seolah tak menikmati pemandangan yang ditangkap oleh netranya."Ah, untuk apa aku memikirkannya. Lagi pula dia pasti sedang memikirkan gadis yang disukainya," gumam Allura yang masih saja menatap kosong ke arah luar.Beberapa menit berlalu Allura masih saja memikirkan Raya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status