All Chapters of Menggapai Cinta Sang CEO: Chapter 31 - Chapter 40
68 Chapters
31. Kembali Pulang
Dave sedang menikmati sarapan ketika ponselnya berdering nyaring. Nama Matt muncul pada layar yang berkedap-kedip. Dave segera meraih ponselnya dan menggeser ikon telepon berwarna hijau.“Boss.” Panggil Matt dari ujung telepon. Dave berharap Matt membawa berita bagus.“Bagaimana, Matt?”“Maura tidak terlihat di perpustakaan, Boss.” Matt berkata dengan suara bergetar. Sungguh ia sangat gugup saat ini. Matt harus berbohong pada Dave dan di saat yang sama Maura tengah menatapnya dengan sorot memelas. Meminta penuh harap padanya agar berbohong.“Tetap di kampus s
Read more
32. Penolakan
Dave sangat kesal karena Maura tak kunjung kembali dari berpamitan dengan Mev Inge. Sesekali diliriknya jam di pergelangan tangan kirinya. Tengah malam sudah berlalu hampir enam puluh menit. Dari arah dapur, terdengar suara Mev Inge dan Maura saling bersahutan. Tak jarang derai tawa Mev Inge terdengar. Dave yang kesal kemudian beranjak dari duduknya dan menuju dapur. Dilongokkan kepalanya, mencari keberadaan Maura. Mev Inge yang pertama kali menyadari kehadiran Dave memberi kode Maura dengan mengangkat  sepasang alis diiringi dagunya. Maura mengikuti arah yang ditunjuk Mev Inge. Dave telah berdiri dengan senyum canggung, menatap penuh tanda tanya pada dua perempuan beda usia itu.“Maura, ayo kita pulang.” Dave mengajak Maura. “Mev, saya pamit ya. Terima kasih untuk semuanya.”
Read more
33. Pembuktian
Dave keluar dari kamar dengan tergesa. Amarah masih menyelimuti dirinya akibat penolakan Maura. bergegas Dave menuju kamarnya di lantai dua. Ia ingin segera membersihkan diri kemudian berangkat ke kantor.    Langkah Dave terhenti kala dilihatnya Maura tengah sibuk di dapur. Dengan cekatan Maura menyiapkan bahan makanan kemudian memasaknya. Dua tungku kompor yang menyala bersamaan membuat Maura harus bergerak cepat. Terlintas dalam benak Dave untuk menolak sarapan yang saat ini sedang dibuat oleh Maura, meskipun tadi ia sendiri yang meminta. Dave berencana akan mengatakan itu nanti, sebelum ia berangkat ke kantor.*    Dave tampak memperbaiki posisi dasinya di depan cermin. Setelahnya dirasa pas, Dave kemudian mengambil salah satu jam tangan di kotak penyimpanan lalu memakain
Read more
34. Tidak Mudah
“Kau dari mana, Dave?” Caroline langsung menanyai Dave tatkala dilihatnya Dave menuruni tangga.“Kamar Maura.” Jawab Dave singkat. Ia lalu mengempaskan tubuhnya di sofa. Caroline yang masih duduk di kursi meja makan akhirnya beranjak menghampiri Dave. Ia pun memilih duduk di samping Dave. Ditatapnya Dave yang terlihat kusut dan lesu.“Maura itu siapa?” Caroline mengawali interogasinya. Dave terlihat enggan menjawab. Ia tahu Caroline akan terus menanyainya sampai puas.“Maura itu mahasiswa master di kampus kita.”“Bagaimana kalian bertemu?”“Kami bertemu tidak sengaja. Terjadi begitu saja di kampus.”Caroline m
Read more
35. Goresan Luka Kedua
Dave dan Maura kini menjadi lebih irit bicara. Banyak hal yang dulunya mendekatkan mereka kini menjadi kebalikannya. Ketika harus terjebak dalam ruangan atau situasi yang sama berdua saja, baik Dave atau Maura mampu bertahan dalam kebisuan masing-masing. Ketika Dave meminta Maura untuk mengecek, membaca, dan membalas surel yang masuk, biasanya ia akan memberi tahu Maura secara langsung atau menelepon sendiri. Namun kini Dave selalu menyuruh Matt untuk memanggil Maura.Maura mengetuk pintu ruang kerja Dave satu kali. Terdengar suara Dave menjawab dari dalam. Perlahan, Maura membuka pintu dan mendapati Dave tengah sibuk di balik meja kerjanya. Dengan isyarat gerakan dagunya, Dave menunjuk apa yang harus dikerjakan Maura. Maura mengangguk paham dan segera menuju komputer yang terletak di sisi kanan meja kerja Dave.Jemari Maura yang bergerak lincah di atas
Read more
36. Kalah dan Menang
Maura berjalan dengan langkah gontai meninggalkan café Mev Inge. Hari masih sangat pagi sehingga belum ada bus yang beroperasi. Maura kecewa karena Mev Inge tidak mengizinkannya membantu pekerjaan paginya, belanja bahan makanan lalu mengolahnya.Kalian seharusnya menyelesaikan masalah secara dewasa. Orang dewasa melakukannya dengan bicara, Maura…. berkomunikasi. Bukan kabur seperti ini. Rasanya setiap kata yang diucapkan Mev Inge masih terdengar sangat jelas di telinga Maura. Maura bisa menangkap kesal yang teramat sangat pada suara Mev Inge. Tapi, mau bagaimana lagi. Maura benar-benar tidak tahan melihat tingkah Dave. Kau cemburu, Maura?“Tentu saja.” Maura menjawab pertanyaan dirinya dengan suara cukup lantang. Un
Read more
37. Terbiasa
Maura sedang menuruni tangga ketika Dave muncul dengan wanita yang berbeda lagi. Maura hampir terjatuh karena mengira kakinya telah menginjak anak tangga terakhir. Untunglah refleks Maura masih bagus sehingga ia bisa dengan cepat meraih pegangan tangga yang tidak jauh darinya. Wanita berbeda lagi. Batin Maura. Maura menatap Dave dan wanita di sampingnya bergantian.“Maura, Ini Sofia.” Ucap Dave santai. Tangan Dave yang tadinya menggandeng tangan Sofia kini berubah posisi. Dave seolah sengaja melingkarkan di pinggang wanita itu. Maura masih terdiam, namun akhirnya ia membalas juga sapaan Dave.“Hai Sofia.” Maura melambaikan tangan dengan memaksakan sebuah senyuman. Dave lalu mengajak Sofia untuk duduk&
Read more
38. Keinginan yang Sama
Maura menyentuh dada Dave dan mendorongnya perlahan. Napasnya terlampau sesak karena ciuman Dave yang membara. Alih-alih menghentikan ciumannya, Dave justru menggenggam pergelangan tangan Maura. Mencoba menahan dorongan Maura pada dadanya."Katakan kamu juga menginginkanku, Maura." Dave berbisik lembut begitu menyudahi ciumannya. Maura yang masih terengah-engah segera mengunci mulutnya rapat-rapat. Ia begitu mengkhawatirkan dirinya sendiri. Khawatir tidak mampu mengontrol lidahnya karena luapan hasrat yang telah sampai ke ubun-ubun. Sejujurnya Maura juga menginginkan Dave, tapi mengatakannya dengan gamblang bukanlah perkara mudah. "Kau tahu, Maura. Tidak ada satu pun dari wanita-wanita itu yang kusentuh." Dave menatap bola mata Maura lekat-lekat."Kenapa, Dave?" Maura bertanya dengan terbata. Ia pun membalas t
Read more
39. Percintaan di Awal Hari
Maura mengerjap ketika telinganya menangkap suara cicitan burung yang bersahutan. Dilihatnya jendela yang berselimut vitrase. Langit sudah tidak lagi berwarna gelap.“Sudah pagi.” Gumam Maura sambil melihat Dave di sampingnya, masih terlelap dengan lengan kanan di bawah kepalanya dan lengan kiri memeluk pinggangnya. Dada Dave yang telanjang terasa begitu nyaman sebagai naungan. “Selamat pagi, Dave.” Bisik Maura lembut. Dave tetap bergeming. Entah ia memang masih terlelap tidur atau enggan membuka mata. Maura menatap wajah damai Dave yang tampak menyunggingkan senyum.“Apakah kau tengah bermimpi, Dave?” Bisik Maura. ia benar-benar penasaran dengan senyuman Dave.“Jika memnag kamu tengah bermimpi, mimpi seperti apakah itu?&rd
Read more
40. Permintaan Hati
Maura menghentikan langkahnya ketika mendapati seorang wanita cantik sedang duduk di ruang tamu. Kecantikan wanita itu tak biasa. Perpaduan antara Asia dan Eropa yang sempurna. Maura sempat menduga jika wanita itu blasteran Indonesia.“Hai.” Sapa Maura singkat. Ia tidak tahu harus menyapa seperti apa. Wanita itu tidak menjawab. Hanya lambaian tangannya sebagai jawaban. Maura tersenyum kecut. Ah, mungkin ia menggira aku pembantu di rumah ini. Pikir Maura sambil berusaha tidak berlama-lama memendam kecewa.Umm…. Tapi bukankah aku memang seorang pembantu di sini. Statusku dan Matt atau pun Bibi Tilda adalah sama, sama-sama pembantu Dave. Maura semakin mempertegas posisinya di rumah ini.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status